Kadangkala kita sering tersalah faham
dalam membedakan antara putus asa dan pasrah.Ini karena implementasasi keduanya
hampir sama yang bermaksud berhenti atau menyerahkan apa saja yang bermaksud
berhenti atau menyerahkan apa saja yang
bakal terjadi pada suratan takdir.Disini terdapat perbedaan situasi antara
pasrah dan putus asa,,contohnya,para dokter ingin melakukan pembedahan kepada
seorang pasien yang mengidap jantung yang kritikal,namun ahli keluarganya
menolak.Mereka menolak bukan karena kesempitan uang ,tetapi mereka sudah pasrah
pada ketentuan Ilahi.Akhirnya pasien itu meninggal.Dan situasi lain seorang
dokter berunding dengan seorang pemuda yang ayahnya diserang strok,Meskipun
keadaan ayahnya sudah kritikal,namun si anak tetap berusaha mengobati ayahnya
walau berapapun biayanya,sembuh atau tidak dia pasrah pada Ilahi,seperti yang
pertama pasien itu meninggal.
Dari kedua kondisi diatas soal kesembuhan keluarga ini sudah pasrah
kepada Allah SWT,dan akhirnya mendapatkan hasil
sama kehilangan untuk selamanya.Tetapi ada perbedaan diantara
keduanya.Bedanya terletak pada usaha yang maksimal.Ikhtiar yang bersungguh
sungguh sebagai memenuhi sunah kauniyah yang digariskan olehNYA.Oleh itu
usahalah yang menjadi penentu mana yang layak disebut pasrah/tawakkal dan mana
yang disebut putus asa.
Sebelum ikhtiar yang maksimum,semestinya kita menutup rapat rapat kata
pasrah.Mari kita renungkan firmanNYA:”Oleh itu sesiapa yang percaya dan
berharap akan pertemuan dengan Tuhannya,hendaklah ia mengerjakan amal yang
soleh dan janganlah ia mempersekutukan sesiapapun dalam ibadatnya kepada Tuhannya
(Surah Al-Kahfi,ayat 110)
Barang siapa yang ingin tercapai hasrat yang mulia,maka
beramallah,bergeraklah dan melangkahlah.Kesalahpahaman dalam membedakan dan
menentukan keduanya akan membuat seseorang itu menyerah kemudian menamakan
sebagai pasrah.Sebenarnya ia masih mampu berlari tapi memilih berhenti,masih
mampu berenang ke tepi tapi berdiam diri akhirnya tenggelam.Padahal hidup
adalah perjuangan,karena scenario hidup adalah ujian bagi manusia.Sebagaimana
firmanNYA :”Dia lah yang telah mentakdirkan mati dan hidup(kamu)-untuk menguji
dan menzahirkan keadaan kamu;siapakah diantara kamu yang terbaik amalannya,dan
ia maha kuasa(membalas amal kamu),lagi maha pengampun (Surah Al-Mulk ayat 2).
NAFAS KEHIDUPAN
Putus asa. Mengapa dinamakan putus? Mungkin
karena asa pengharapan,tujuan dan cita-cita diibaratkan sebagai rantai
penggerak dalam jiwa.
Ia harus kukuh,kuat dan semakin kuat.Harapan
dancita-cita adalah nafas kehidupan.Bukankah sesudah mendaki kita akan
menurun?Bukankah dengan airmata juga tercapai sukacita?Cita-citalah yang
membangkitkan semangat orang yang mendaki,karena dibalik pendakian aka nada
penurunan,menjadikan perjalanan lebih mudah.Kalau tidak karena cita-cita
hilanglah nafsu bekerja,berhenti gerak dunia,padam pelita orang-orang bijak
bistari.Cita cita pokok pangkal kemajuan,karena makhluk yang bernama manusia
saja yang layak mendapat kemajuan,makhluk lain tidak.
Cita-citalah yang menghilangkan rasa sakit,melupakan kepedihan,dan
kesulitan.Sebab cita-cita itu sendiri adalah ‘dynamo’ hidup.Jangan diabaikan
cita-cita yang tumbuh,pupuklah ia.Baik itu pada burung yang mengangkut rumput
selembar-selembar,untuk sarang anaknya.Atau para petani yang bertekun
disawah,dibawah cahaya matahari sehingga hitam punggungnya,semua lantaran
cita-cita.Cita-citalah tiang kemajuan,tonggak gerak bumi dan menimbulkan nafsu
bergerak.Kita bergerak karena ‘percikan-percikan’ api pengharapan yang membakar
niat dan tekad.Semakin besar kecintaan kita pada harapan dan cita-cita semakin
besar pula percikan api dan tenaga yang dihasilkan.Bertambah kuat pula
keberanian,tekad dan semangat menghadapi segala resiko dan tantangan.Semakin
gigih pula otak kita bekerja mencari cara,berinovasi dan mengatur strategi agar
Berjaya mendapatkannya.Dapatlah kita gantungkan azam/himmah yang tinggi.Himmah
yang tinggi berbeda dengan angan-angan yang tinggi,karena angan-angan yang
tinggi hanya menyebabkan seseorang pemuda itu ‘menggantang asap’ atau
mengelamun,dia tidur di siang hari pada waktu orang lain bekerja keras,dan
berangan angan hendak membeli mobil mewah,berangan angan naik pesawat terbang
ke New York bertemu gadis cantik Hollywood dsb.Ahkirnya karena terlampau
berangan angan tinggi tanpa kerja keras akhirnya pemuda itu,ketaparan.Cita-cita
membawa kebesaran dan kemuliaan sedangkan angan-angan merusak dan membawa
kejurang kehinaan.
Oleh itu tetaplah berharap,karena seorang muslim tidak akan pernah
berhenti mengharap.Dalam setiap amal ibadahnya,ia selalu mengharapkan kasih
sayang dan rahmat Tuhannya.Dalam setiap gerak kehidupannya,ia selalu
menancapkan tujuan dan cita-cita untuk kebaikannya dan kehidupan.Dan jika
harapan pernah terputus,maka sambunglah kembali.Bukankah simpul sambungan akan
menjadikan tali semakin kuat?
Terkadang lantaran putus asa yang mendalam,sesetengah orang,jemu dengan
kehidupan,bak pepatah “hidup segan mati tak mau”. Seorang mukmin tidak akan
mudah berputus asa,walaupun pintu disekelilingnya seakan2 tertutup.
Rasulullah SAW bersabda:”Janganlah salah
seorang dari kamu meminta mati karena
kesulitan hidup yang menimpanya.Jika perlu ucapkanlah doa seperti berikut ‘Ya
Allah panjangkanlah umurku sekiranya hidup ini lebih baik bagiku,dan matikanlah
aku sekiranya mati itu lebih baik bagiku”(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Marilah membangun harapan dengan tauladan seperti Sayyidah Hajar yang
tetap berlari mencari air,meskipun dalam pandangan hanya ada fatamorgana dan
padang pasir saja.Dan seperti Nabi SAW,yang tidak membiarkan malaikat
menjatuhkan gunung,walaupun penduduk Thaif menolak nasihat/dakwahnya dengan
kasar,Malah baginda tetap menaruh Harapan pada anak dan cucu mereka.
Dengan memperbaiki amalan(usaha)diiringi ibadah/do'a,berarti kita telah
mencoba kearah perbaikan agar tercapai harapan dan cita-cita.Harapan umpama
aliran darah yang terus mengalir sepanjang Hayat kita.Janganlah kita berputus
asa dari Rahmat Allah SWT…… Subhannallah Walhamdilillah waLailahailallah
Allahuakbar.