Mereka sangat cangat cantik,
memiliki suara-suara yang indah dan berakhlaq yang mulia. Mereka mengenakan
pakaian yang paling bagus dan siapapun yang membicarakan diri mereka pasti akan
digelitik kerinduan kepada mereka, seakan-akan dia sudah melihat secara
langsung bidadari-bidadari itu. Siapapun ingin bertemu dengan mereka, ingin
bersama mereka dan ingin hidup bersama mereka.
Semuanya itu adalah anugrah
dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan sifat-sifat terindah
kepada mereka, yaitu bidadari-bidadari surga.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati wanita-wanita penghuni surga sebagai
kawa’ib, jama’ dari ka’ib yang artinya gadis-gadis
remaja. Yang memiliki bentuk tubuh yang merupakan bentuk
wanita yang paling indah dan pas untuk gadis-gadis remaja. Alloh Subhanahu
wa Ta’ala mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari, karena kulit mereka
yang indah dan putih bersih. Aisyah RadhiAllohu anha pernah berkata:
“warna putih adalah separoh keindahan”
Bangsa Arab biasa menyanjung wanita
dengan warna puith. Seorang penyair berkata:
Kulitnya putih bersih gairahnya
tiada diragukanlaksana kijang Makkah yang tidak boleh dijadikan buruandia
menjadi perhatian karena perkataannya lembutIslam menghalanginya untuk
mengucapkan perkataan jahatAl-’In jama’ dari aina’, artinya wanita yang matanya lebar, yang berwarna hitam
sangat hitam, dan yang berwarna puith sangat putih, bulu matanya panjang dan
hitam. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai
bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik, yaitu wanita yang
menghimpun semua pesona lahir dan batin. Ciptaan dan akhlaknya sempurna,
akhlaknya baik dan wajahnya cantk menawan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga
mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang suci. Firman Alloh Subhanahu wa
Ta’ala, yang artinya: “Dan untuk mereka di dalamnya ada
istri-istri yang suci.” (QS: Al-Baqarah: 25)
Makna dari Firman diatas
adalah mereka suci, tidak pernah haid, tidak buang air kecil dan besar
serta tidak kentut. Mereka tidak diusik dengan urusan-urusan wanita yang
menggangu seperti yang terjadi di dunia. Batin mereka juga suci, tidak cemburu,
tidak menyakiti dan tidak jahat. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga
mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang dipingit di dalam rumah. Artinya
mereka hanya berhias dan bersolek untuk suaminya. Bahkan mereka tidak pernah
keluar dari rumah suaminya, tidak melayani kecuali suaminya. Alloh Subhanahu
wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang tidak liar
pandangannya. Sifat ini lebih sempurna lagi.
Oleh karena itu bidadari yang
seperti ini diperuntukkan bagi para penghuni dua surga yang tertinggi. Diantara
wanita memang ada yang tidak mau memandang suaminya dengan pandangan yang liar,
karena cinta dan keridhaanyya, dan dia juga tidak mau memamndang kepada
laki-laki selain suaminya, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair: Ku
tak mau pandanganmu liar ke sekitar jika kau ingin cinta kita selalu mekar.
Di samping keadaan mereka yang dipingit di dalam rumah dan
tidak liar pandangannnya, mereka juga merupakan wanita-wanita gadis, bergairah
penuh cinta dan sebaya umurnya. Aisyah RadhiAllohu anha, pernah
bertanya kepad Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, yang artinya: “Wahai
Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, andaikata engkau melewati rerumputan
yang pernah dijadikan tempat menggembala dan rerumputan yang belum pernah
dijadikan tempat menggambala, maka dimanakah engkau menempatkan onta
gembalamu?” Beliau menjawab,”Di tempat yang belum dijadikan tempat
gembalaan.” (Ditakhrij Muslim) Dengan kata lain, beliau tidak pernah
menikahi perawan selain dari Aisyah.
Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bertanya
kepada Jabir yang menikahi seorang janda, yang artinya: “Mengapa tidak
engkau nikahi wanita gadis agar engkau bisa mencandainya dan ia pun mencandaimu?”
(Diriwayatkan Asy-Syaikhany)
Sifat bidadari penghuni surga yang
lain adalah Al-’Urub, jama’ dari al-arub, artinya mencerminkan rupa yang
lemah lembut, sikap yang luwes, perlakuan yang baik terhadap suami dan penuh
cinta. Ucapan, tingkah laku dan gerak-geriknya serba halus.
Al-Bukhary berkata di dalam
Shahihnya, “Al-’Urub, jama’ dari tirbin. Jika dikatakan, Fulan tirbiyyun”,
artinya Fulan berumur sebaya dengan orang yang dimaksudkan. Jadi mereka itu
sebaya umurnya, sama-sama masih muda, tidak terlalu muda dan tidak pula tua.
Usia mereka adalah usia remaja. Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyerupakan
mereka dengan mutiara yang terpendam, dengan telur yang terjaga, seperti Yaqut
dan Marjan. Mutiara diambil kebeningan, kecemerlangan dan kehalusan
sentuhannya. Putih telor yang tersembunyi adalah sesuatu yang tidak pernah
dipegang oleh tangan manusia, berwarna puith kekuning-kuningan. Berbeda dengan
putih murni yang tidak ada warna kuning atau merehnya. Yaqut dan Marjan
diambil keindahan warnanya dan kebeningannya.
Semoga para wanita-wanita di dunia
ini mampu memperoleh kedudukan untuk menjadi Bidadari-Bidadari yang lebih mulia
dari Bidadari-Bidadari yang tidak pernah hidup di dunia ini. Wallahu A’lam
(Sumber Rujukan: Raudhah Al-Muhibbin
wa Nuzhah Al-Musytaqin [Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu],
karya Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah.
http://www.facebook.com/notes/melati/bidadari-yang-cantik-jelita/165809690124081