oleh Muhammad Robi Ali Marzuqi
Seringkali kita mendengar dan mengucapkan kata
taqwa, tetapi kita sebagai muslim belum memahami dan mengerti apalagi memaknai
taqwa dalam kehidupan kita yang singkat ini. Sangat bersyukur sekali kita semua
dikaruniakan hadiah terindah dalam hidup kita yakni hidayah islam dan selalu
berdoa untuk setia hingga akhir dalam pelukan hidayah Islam.
Seiring dengan krisis yang datang
silih berganti, ibarat kata keimanan dan ketaqwaan kita diuji dengan berbagai
cobaan hidup baik itu kemiskinan, kemelaratan, sulitnya mencari pekerjaan,
meningkatnya kebutuhan hidup dan banyak hal lainnya yang menuntut kesabaran dan
keihlasan hati kita untuk tetap setia berdzikir mengingat kebesaran dan karunia
Allah SWT.
Cobaan yang datang bukan saja
menguji hakikat hati dan kadar keimanan tetapi menguji ketulusan dan keridhaan
kita akan menrima dan mensyukuri ni’mat yang diberikan Allah. Banyak Saudara
kita yang tergelincir imannya dan menukar dengan kebutuhan pokok,
kepopuleritasan dan hal lainnya yang gencar dilakukan pihak-pihak yang membenci
ISLAM. Mari kita bersama memperkuat tali silaturrahim diantara kita dan
memperkokoh iman kita agar terhindar dari hal-hal yang merusak dan menukar
hidup kita dengan kemurkaan danazab dari Allah SWT. Semoga dengan tulisan yang
sederhana ini proses penguatan iman dan taqwa kita selalu kuat dan kuat tak
tergoyahkan dan tergantikan dengan keimanan lainnya yang sungguh- sunguh sesat
dan menyesatkan. Amin ya Rabbal Alamien.
Islam dengan ajarannya yang indah
mengajarkan bahwa perbedaan hakiki manusia tidak berada pada kedudukan,
jabatan, pangkat, kekayaan dan lainnya. Manusia dibedakan dengan kadar dan
bobot nilai mereka di mata Allah. Perbedaan antar manusia di dalam Islam
terletak pada sejauh mana manusia mampu mengoptimalkan kadar ruhaninya untuk
mendekat pada Tuhannya. Perbedaan manusia dan kemuliaan manusia ditentukan oleh
nilai dan kadar taqwanya yang bergolak dalam dadanya. (QS. Al-Hujurat: 13)
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudhari disebutkan,
Hendaknya kamu bertaqwa sebab ia adalah kumpulan segala kebaikan, dan hendaknya
engkau berjihad karena ia sikap kependetaan seorang muslim, dan hendaknya
engkau selalu berdzikir menyebut nama Allah karena dia cahaya bagimu (HR. Ibnu
Dharis dari Abu Said Al-Khudhari).
Definisi Taqwa
Taqwa adalah kumpulan semua kebaikan
yang hakikatnya merupakan tindakan seseorang untuk melindungi dirinya dari
hukuman Allah dengan ketundukan total kepada-Nya. Asal-usul taqwa adalah
menjaga dari kemusyrikan, dosa dan kejahatan dan hal-hal yang meragukan
(syubhat). Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102 yang berbunyi,
“Bertaqwalah kamu sekalian dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu
sekali-kali mati kecuali dalam keadaan muslim”, bermakna bahwa Allah harus
dipatuhi dan tidak ditentang, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak
dikufuri.
Taqwa adalah bentuk peribadatan
kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya dan jika kita tidak melihat-Nya maka
ketahuilah bahwa Dia melihat kita. Taqwa adalah tidak terus menerus melakukan
maksiat dan tidak terpedaya dengan ketaatan. Taqwa kepada Allah adalah jika
dalam pandangan Allah seseorang selalu berada dalam keadaan tidak melakukan apa
yang dilarang-Nya, dan Dia melihatnya selalu melakukan kebaikan. Menurut Sayyid
Quth dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan
perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri
kehidupan.
Saat Umar ra bertanya kepada Ubay
bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?”
Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar
menjawab;
“Aku berhati-hati, waspada dan penuh
keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”
Demikian banyak ayat Al-Qur`an yang menyerukan
kita untuk bertaqwa dalam bingkai taqwa yang sebenarnya, dalam kadar taqwa yang
semestinya, dalam bobot taqwa yang mampu kita lakukan. Lihat umpamanya (QS.
Al-Ahzab : 70) dan (QS. At-Taubah : 119). Dalam hadits juga sangat banyak
seruan agar taqwa menjadi penghias perilaku kita dan menjadi mutiara batin
kita. Seperti sabda Rasulullah, :
“Bertaqwalah kamu kepada Allah,
dimanapun kamu berada, dan ikutilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya
kebaikan itu akan menghapus keburukan itu. Dan bergaullah dengan manusia dengan
akhlak yang baik” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ad-Darimi).
Ciri Manusia Taqwa
Seseorang akan disebut bertaqwa jika
memiliki beberapa ciri. Dia seorang yang melakukan rukun Iman dan Islam,
menepati janji, jujur kepada Allah, dirinya dan manusia dan menjaga amanah. Dia
mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Manusia taqwa
adalah sosok yang tidak pernah menyakiti dan tidak zhalim pada sesama, berlaku
adil di waktu marah dan ridha, bertaubat dan selalu beristighfar kepada Allah.
Manusia taqwa adalah manusia yang mengagungkan syiar-syiar Allah, sabar dalam
kesempitan dan penderitaan, beramar ma’ruf dan bernahi munkar, tidak peduli
pada celaan orang-orang yang suka mencela, menjauhi syubhat, mampu meredam hawa
nafsu yang menggelincirkan dari shiratal mustaqim. Itulah diantara ciri-ciri
sosok manusia taqwa itu.
Agar seseorang bisa mencapai taqwa
diperlukan saran-sarana. Dia harus merasa selalu berada dalam pengawasan Allah,
memperbanyak dzikir, memiliki rasa takut dan harap kepada Allah. Komitmen pada
agama Allah. Meneladani perilaku para salafus saleh, memperdalam dan memperluas
ilmu pengetahuannya sebab hanya orang berilmulah yang akan senantiasa takut
kepada Allah (QS. Fathir: 28). Agar seseorang bertaqwa dia harus selalu
berteman dengan orang-orang yang baik, menjauhi pergaulan yang tidak sehat dan
kotor. Sahabat yang baik laksana penjual minyak wangi dimanapun kita dekat maka
akan terasa wanginya dan teman jahat laksana tukang besi, jika membakar pasti
kita kena kotoran abunya (HR. Bukhari). Membaca Al-Qur`an dengan penuh
perenungan dan mengambil ‘ibrah juga merupakan sarana yang tak kalah pentingnya
untuk mendaki tangga-tangga menuju puncak taqwa. Instrospeksi, menghayati
keagungan Allah, berdoa dengan khusyu’ adalah sarana lain yang bisa
mengantarkan kita ke gerbang taqwa. Pakaian dan makanan kita yang halal dan
thayyib serta membunuh angan yang jahat juga sarana yang demikian dahsyat yang
akan membawa kita menuju singgasana taqwa.
Buah Taqwa
Manusia dengan ciri dan
karakterisrik di atas akan memetik buah ranum dan manisnya taqwa. Bukan hanya
individual sifatnya namun masyarakat juga akan menikmatinya. Manusia taqwa akan
mendapatkan mahabbah Allah (Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
bertaqwa, (QS. At-Taubah: 4), Allah akan selalu bersama langkah dan pikirnya
(Sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang
yang berbuat kebaikan (QS. An-Nahl; 128), mendapat manfaat dari apa yang dibaca
di dalam Al-Qur`an (QS. Al-Baqarah; 2), lepas dari gangguan syetan
–“sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila ditimpa was-was dari syetan,
mereka ingat kepada Allah maka seketika itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya” (QS. Al-A’raf: 35), diterima amal-amalnya (QS.
Al-Maidah: 27), mendapatkan kemudahan setelah kesulitan dan mendapat jalan
keluar setelah kesempitan (QS. Ath-Thalaq: 2 dan 4)
Manusia taqwa akan memiliki firasat yang
tajam, mata hati yang peka dan sensitif sehingga dengan mudah mampu membedakan
mana yang hak dan mana pula yang batil. (QS. Al-Anfaal : 29). Mata hati manusia
taqwa adalah mata hati yang bersih yang tidak terkotori dosa-dosa dan maksiat,
karenanya akan gampang baginya untuk masuk surga yang memiliki luas seluas
langit dan bumi yang Allah peruntukkan untuk orang-orang yang bertaqwa (QS. Ali
Imran: 133 dan Al-Baqarah: 211).
Taqwa yang terhimpun dalam
individu-individu ini akan melahirkan keamanan dalam masyarakat. Masyarakat
akan merasa tenteram dengan kehadiran mereka. Sebaliknya pupusnya taqwa akan
menimbulkan sisi negatif yang demikian parah dan melelahkan. Umat ini akan lemah
dan selalu dilemahkan, akan menyebar penyakit moral dan penyakit hati.
Kezhaliman akan merajalela, adzab akan banyak menimpa. Masyarakat akan terampas
rasa aman dan kenikmatan hidupnya. Masyarakat akan terenggut keadilannya,
masyarakat akan hilang hak-haknya. Semakin taqwa seseorang -baik dalam tataran
individu, sosial, politik, budaya, ekonomi- maka akan lahir pula keamanan dan
ketenteraman, akan semakin marak keadilan, akan semakin menyebar kedamaian.
Taqwa akan melahirkan individu dan masyarakat yang memiliki kepekaaan Ilahi
yang memantulkan sifat-sifat Rabbani dan insani pada dirinya. Sungguh Allah SWT
telah memberikan karunia terindah atas umat muslim yang beriman dan bertaqwa
hanya kepada NYA.
Akankah kita seperti hamba Allah
lainnya menghadap kepadaNya dengan kebanggan dan tingkat taqwa setinggi-tinggi
untuk menemui Dzat Yang Maha Agung Allah SWT. Smoga kita termasuk ke dalam
golongan orang beriman dan mendapat SyafaatNya di hari Pembalasan. Amin.