Namanya Sukerti bin Saiman, dari
Lombok Utara. Pada saya beliau bercerita, bahwa desanya adalah salah satu desa
yang paling tertinggal baik dari sisi pembangunan maupun ekonomi sosial. Di
desa yang paling tertinggal ini, Pak Sukerti, menurutnya, adalah penduduk
paling miskin di antara 300 kepala keluarga. Dia hanya petani lahan kering,
bertanam jagung, diselingi kacang atau yang lain.
Tak ada dalam bayangannya untuk
bepergian jauh, yang harus mengeluarkan dana dan bekal besar. Tapi hari ini, di
sini lah Pak Sukerti, menunaikan Thawaf dan Sai. Bersama jutaan manusia dari
seluruh dunia, menunaikan ibadah haji. Bertasbih, bertahmid, bertakbir, memuja
sang Ilahi.
Tak ada nalar yang bisa dibangun
untuk mencerna ini. Sukerti bin Saiman mencatat sejarah sebagai orang pertama
yang menunaikan rukun Islam kelima dari kampungnya. Tak ada orang yang percaya,
tapi Allah sudah menciptakan sebab untuknya.
Dari Bandung, beberapa orang
tunanetra juga menunaikan ibadah yang sama. Saling tuntun, saling jaga. Terbang
dari tempat yang sungguh jauh, tak melihat terang, tapi di saat yang sama
justru dilimpahi cahaya-Nya, insya Allah. Satu di antara mereka adalah Pak
Hepi. Sejak mengayunkan langkah pertama kakinya dari pintu rumah, dia sudah
membisikkan doa yang penuh pasrah dan iba. “Ya Allah, tak seperti para hujjaj
yang lain, aku tak bisa melihat rumah-Mu yang Agung. Padahal sungguh aku ingin
melihatnya. Aku hanya mampu melihat dengan cara meraba. Maka izinkan aku
menyentuh dan meraba bangunan-Mu yang mulia,” demikian doa Pak Hepi.
Maka disinilah dia. Terseret-seret
oleh gelombang manusia yang berthawaf dengan Kabah sebagai pusarannya.
Terjungkal-jungkal, terdorong-dorong oleh kekuatan manusia yang
bergulung-gulung besarnya. Terjatuh-jatuh, dua kali Pak Hepi tak berkuasa
mengendalikan diri. Tapi ketika terbangun, tangannya telah meraba dinding
Kabah. Subhanallah,
Maha Suci Allah yang jika telah
menghendaki sesuatu terjadi, maka dengan berbagai alasan akan terjadi. Tak ada
sesuatu bisa menghalangi, meski alasan-alasan dan sebab sebagai syarat
terjadinya sesuatu tak cukup terpenuhi dalam ukuran akal manusia yang lemah
ini.
Pak Sukerti, Pak Hepi, termasuk saya
adalah satu di antara ratusan orang lain dari seluruh dunia yang menunaikan
ibadah haji atas undangan Rabitha Alam Islami. Satu dari sekian sebab yang
dijadikan Allah untuk mengantar sesuatu bisa terjadi. Dia, Allah yang Maha
Memiliki, tak pernah kehilangan alasan untuk menciptakan sebab-sebab kejadian.
Dia tak pernah kehabisan cara untuk mewujudkan peristiwa-peristiwa dalam
kehidupan manusia. Dan Dia, Allah yang Maha Kuasa, sungguh Maha Mampu
menciptakan kausalitas yang tak pernah terbayang oleh manusia.
Maka, jangan pernah hilang harapan.
Apapun asa dan hajat kita. Dan jika Dia mampu membuat sesuatu terjadi, beyond
reason, maka Dia juga mampu menghentikan apapun yang terjadi juga beyond
reason. Berdoalah, dan jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah SWT. Dengan
izin-Nya, dengan kuasa-Nya, Dia mampu mengantar kita untuk datang kerumah-Nya
yang agung dan beruluk salam langsung di pusara baginda Rasul.
Pertanyaanya bukan tentang seberapa
besar kemampuan kita, tapi tentang seberapa tinggi kemauan hati ini. Sehingga
menggerakkan makhluk langit untuk berdoa dan membantu meringankan semua. Labaik
ya Allah, kami akan datang memenuhi panggilan-Mu….
http://www.facebook.com/notes/melati/semua-karena-sebab/161212243917159