Orang tidak bisa bersyukur kepada
Allah dengan tulus Ikhlas jika tidak memahami tentang sesuatu yang
disyukurinya. Karena banyak orang bersyukur, bahkan sepanjang hari tidak
terhitung, tetapi sebatas ujung lidah. Ketika syukur lenyap, maka menguaplah
rasa terimakasih itu..."
"Syukur menambah
keimanan."
Seseorang akan bisa bersyukur dengan
sedalam-dalamnya dan penuh rasa ikhlas, membesarkan Allah Yang Memberi nikmat,
apabila ia memahami dan "membaca" terhadap apa yang diterimanya,
memahami apa yang disyukuri. Karena itu syukur erat kaitannya dengan
Iman."
"Tak mungkin seseorang bisa
bersyukur jika ia tidak punya akidah, tidak yakin adanya Tuhan. Sebaliknya
seseorang yang telah beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan menjalankan
Perintah-Nya, tetapi tidak bersyukur, maka sungguh ia adalah termasuk orang
yang tak tahu diri."
"Jika seseorang telah beriman
dan mengakui adanya Allah, menjalankan Perintah-Nya, takut dan ta'at
kepada-Nya, lalu ia mau membaca tanda-tanda-Nya, maka mudahlah ia melakukan
bersyukur."
"Adapun tanda-tanda Kebesaran
Allah yang mudah kita "baca" atau kita lihat misalnya tentang langit
ditinggikan dan bumi dihamparkan.
"Allah telah menciptakan langit
dan bumi, dan menurunkan air hujan dari langit. Kemudian dengan air hujan itu,
Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu agar kau bisa berlayar di lautan atas kehendak-Nya,
dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam
orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah
memberikan kepadamu (ke permulaan) dari segala yang kamu mohon kepada-Nya. Dan
jika kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah)."(QS. Ibrahim 32-34).
"Berdasarkan sifat manusia,
bahwa nikmat itu dapat dikatagorikan menjadi 2 macam; yaitu nikmat yang
bersifat fitri (asasi) dan nikmat yang menyusul yang dibawa sejak lahir.
Sedangkan nikmat yang menyusul kemudian adalah yang diterima manusia yang
dirasakannya setiap waktu.
"Fabiayialla irabbikuma
tukazziban..."
(...nikmat mana lagi yang engkau
dustakan ?.").
Begitulah ayat yang beberapa kali
disebutkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala
dalam Al-Qur'an surah Ar-Rahman.
"Dan Tuhan melahirkan kamu dari
perut ibumu tanpa mengetahui sesuatu apapun. Dan (kemudian) diberi-Nya kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur."(QS, An Nahl 78).
Kita jarang berpikir, jika Allah
menjual mata kepada manusia dan panca indra semuanya serta udara untuk kita
bernafas ini kepada manusia, tentu kita harus membelinya dengan mahal. Meskipun
demikian Allah hanya memberikannya dengan cuma-cuma. Dia tidak pernah menuntut
agar kita membeli atau menyewa organ-organ itu dan sebagainya, semua yang ada
dan kita perlukan ini. Syukur dan taat sudah cukup menyatakan terimakasih
kepada-Nya. Allah Maha Segalanya. Allah Maha segalanya, tak butuh apa-apa,
sekalipun manusia itu tidak mau bersyukur, maka Allah tidak pernah dirugikan.
Akan tetapi sebaliknya, bila kita
tak tahu diri dan enggan bersyukur, maka kerugian akan menimpa diri kita.
Dengan kata lain, syukur itu merupakan akhlak dan perbuatan baik yang dampaknya
akan kembali kepada diri kita.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman
(yang artinya);
"Barang siapa yang bersyukur,
maka hal itu adalah untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa yang
ingkar, sesungguhnya Allah itu Maha Kaya dan Mulia." (QS. An-Naml 40).
"Jika kamu bersyukur atas nikmat KU maka akan Ku
tambahkan nikmat mu, namun jika kamu ingkar, sesungguhnya azab KU amat
pedih..." (QS : Ibrahim : 7)"
Maha Benar Allah dengan segala
Firman-Nya.