Oleh: Ust. Purnomo
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat
dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Perusakan akidah yang dilancarkan musuh Islam
sudah sedemikian hebat. Istilah-istilah baru pun dimunculkan untuk membuat
rancu pemahaman kaum muslimin terhadap agamanya. Sehingga hak dan batil menjadi
samar. Pemahaman Islam menjadi kacau dengan munculnya penafsiran-penafsiran
modern terhadap dalil-dalil dan istilah syar’i. Dalilpun sering dipakai bukan pada
tempatnya.
Di antara pemahaman Islam yang menjadi target
utama serangan mereka adalah wala’ dan bara’. Sehingga umat Islam salah dalam
menempatkan kecintaan dan kebenciannya. Kawan dianggap lawan dan harus
diperangi. Sebaliknya musuh dianggap teman yang harus dilindungi, dibela, dan
dicintai.
Pada rublik Corner's Quote
(Sabtu, 18/12/2010) voa-islam.com menyoroti tentang sepak terjang Banser Anshor
dalam membela non Muslim dan sekte non Islam. Tapi di sisi lain catatan konflik
Banser dengan sesama muslim menjadikannya sangat ironi.
Banser dan Pengamanan Natal
Pada tahun ini, Kepolisian Resor (Polres)
Pelabuhan Tanjung Perak akan melibatkan Banser untuk mengamankan perayaan Natal
dan Tahun Baru 2011 di kawasan Tanjung Perak. (Sumber; Okezone.com/17 Desember
2010)
Sedangkan di wilayah Kediri, rencananya Banser
akan dilibatkan oleh Polres Kediri Kota dalam pengamanan pelaksanaan Natal dan
Tahun Baru 2011, khususnya akan di siagakan di tempat peribadatan umat
kristiani. Bahkan menurut Kapolres Kediri Kota AKBP Mulya Hasudungan Ritonga,
jumlahnya cukup fantastic yaitu sekitar ada sekitar 80 anggota. (Sumber:
beritaJatim.com/14 Desember 2010)
Pada tahun lalu, Banser pun telah ikut serta
dalam pelaksanaan pengamanan dan penjagaan keamanan Natal dan tahun baru,
khususnya di sekitar wilayah Gereja. Jumlah personil Banser -menurut Kepala
Satuan Koordinasi Nasional (Kasatkornas), H Tatang Hidayat, 14 Desember 2009,
lalu-, yang diturunkan 500.000 anggota di seluruh Indonesia.
Menyoroti Keterlibatan Umat Muslim Dalam
Pengamanan Perayaan Natal
Menurut penjelasan Kapolres Pelabuhan Tanjung
Perak AKBP Yuda Gustawan, Jumat (17/12/2010) dilibatkannya Banser dalam
pengamanan Natal dan tahun baru 2011 untuk menjalin kerjasama dan kerukunan
umat beragama.
Hal ini serupa dengan yang diungkapkan Kepala
Satuan Koordinasi Nasional (Kasatkornas), H Tatang Hidayat pada tahun lalu,
“Kita siap membantu aparat kepolisian dalam mengamankan Natal dan Tahun Baru,
karena ini sudah menjadi tradisi Ansor menjaga kerukunan umat beragama,”
katanya, 14 Desember 2009.
Tujuan yang terlihat mulia dengan ikut serta
mengamanakan perayaan hari raya orang kafir dianggap sebagai akhlak mulia dan
toleransi yang diperintahkan Islam. Bahkan tidak sedikit yang menggolongkannya
sebagai bentuk tolong-menolong yang diperintahkan Al-Qur’an.
وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran." (QS. Al-Maidah: 2)
Padahal ikut mengamankan perayaan Natal, bagi
umat dan ormas Islam, seolah memberikan pembenaran dan dukungan kepada perayaan
tersebut. Sementara bagi umat Kristiani, perayaan Natal adalah hari raya untuk
memperingati, merenungkan dan bersyukur atas kelahiran Yesus ke dunia sebagai
tuhan dan juruselamat penebus dosa. Itu merupakan perayaan kekufuran dan
kezaliman terbesar terhadap Allah. Karenanya tolong-menolong di dalamnya adalah
haram.
"Dan mereka berkata: "Tuhan Yang
Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu telah
mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah
karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh,
karena
mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi
Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak." (QS. Maryam:
66-92)
Benar, Allah tak pernah mengangkat seorang anak
untuk-Nya. Karena hal itu menunjukkan ada kakurangan dalam diri-Nya dan masih
butuh pada selain-Nya. Padahal Allah Maha Kaya dan Terpuji.
Ahlak Mulia yang disalahartikan
Sesungguhnya toleransi dan
akhlak mulia maknanya bukan ikut-ikutan dan dukung-mendukung terhadap pemeluk
agama lain dalam kebatilan mereka, bekerjasama dan berserikat dalam kebatilan
tersebut. Khususnya jika kebatilan tersebut adalah menyekutukan Allah. Dalam
masalah ini, wajib berbara' (berlepas diri) darinya dan tidak memberi wala' (loyalitas)
kepada pelakunya. Hal itu termasuk perintah Allah dan Sunnah para nabi-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى
أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ
فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim." (QS. Al Maidah: 51)
Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Muhammad bin
Sirin, dia berkata: Abdullah bin 'Utbah berkata, "Hendaknya salah seorang
mereka berhati-hati agar tidak menjadi Yahudi dan Nashrani tanpa disadarinya.”
Ibnu Sirin meyakini bahwa Abdullah bin ‘Utbah menghendaki dari makna ayat di
atas.
Perayaan Natal Berkaitan Dengan Masalah
Akidah
Sesungguhnya perayaan-perayaan hari raya seperti
Natal ini mengandung nilai kekufuran. Yaitu menyandangkan sifat tuhan kepada
Al-Masih Isa bin Maryam, reinkarnasi, memberhalakan Isa, menganggapnya sebagai
anak Allah, ia mati disalib, dan keyakinan lainnya. Dan keyakinan tersebut
telah membuat murka Allah Ta’ala.
Sesungguhnya ikut serta dalam perayaan batil
tersebut, menfasilitasi atau mengamankankannya menunjukkan kecocokan dan
keridhaan terhadap perayaan itu dan pengakuan akan kebenaran keyakinan mereka.
Walaupun orang yang ikut-ikutan merayakan hari
raya tersebut meyakini berbeda aqidah dengan mereka, tapi ia berada di atas
bahaya besar akibat kejahilannya dalam sikapnya tersebut. Karena keridlaan
terhadap kekufuran adalah kekufuran juga.
Sesungguhnya ikut serta dalam perayaan Natal, menfasilitasi atau
mengamankankannya menunjukkan kecocokan dan keridhaan terhadap perayaan itu dan
pengakuan akan kebenaran keyakinan mereka.
Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh dalam al-Mathlab
al Hamid fi Bayan Maqaasid al-Tauhid menulis, “Ingkar wajib bersamaan
dengan kemampuan. Sedangkan membenci semata adalah selemah-lemah iman.
Sedangkan ridla dengan kemungkaran dan mengikuti kemungkaran tersebut merupakan
kehancuran yang tidak ada harapan keberuntungan bersamanya.”
Sesungguhnya ikut menjaga tempat-tempat perayaan
hari raya Natal berarti ikut meramaikan dan memeriahkan tempat perayaan
kekufuran. Dan itu menunjukkan keridlaannya kepada acara tersebut. Padahal,
seharusnya seorang muslim meninggalkan tempat tersebut dan tidak ikut
mendengarkan atau memeriahkannya.
بَشِّرِ
الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ
الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ
الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي
الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ
بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ
إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي
جَهَنَّمَ جَمِيعًا
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik
bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang
mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu?
Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Dan sungguh Allah telah
menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar
ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka
janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang
lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa
dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik
dan orang-orang kafir di dalam Jahanam." (QS. Al Nisa': 138-140)
Dalam tiga ayat di atas, Allah Subhanahu wa
Ta'ala melarang duduk-duduk di majelis yang di dalamnya terdapat
penghinaan dan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah. Dan di antara bentuk
kekufuran yang paling besar adalah ucapan orang Nashrani bahwa Allah punya
anak, dia mati, Dia satu dari tiga (trinitas), Maha suci dan Mahatinggi Allah
dari apa yang mereka tuduhkan kepada-Nya.
Kemudian Allah mengabarkan bahwa orang yang
mendengarkan celotehan dari keyakinan-keyakinan batil ini, dia seperti mereka
dan dihukumi sebagai munafik dan kelak akan dihimpun pada hari kiamat bersama
mereka, kita berlindung kepada Allah dari kehinaan ini.
Sesungguhnya ikut menjaga tempat-tempat perayaan hari raya Natal
berarti ikut meramaikan dan memeriahkan tempat perayaan kekufuran. Dan itu
menunjukkan keridlaannya kepada acara tersebut.
Padahal, seharusnya seorang muslim meninggalkan tempat tersebut dan
tidak ikut mendengarkan atau memeriahkannya.
Harusnya Berlepas Diri Dari Kekufuran
Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri
dari orang yang menolong pelaku kebatilan dalam melakukan aksinya. Dan
kebatilan terbesar adalah kufur kepada Allah dan menuduh Allah punya anak, Dia
mati lalu hidup kembali. Keyakinan-keyakinan ini adalah perkara yang sangat
buruk dan jahat yang membuat kulit dan bulu setiap mukmin bergidik, bahkan
benda-benda matipun tak terima dengan tuduhan tersebut.
"Dan mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha
Pemurah mengambil (mempunyai) anak'. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan
sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan
itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah
Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah
mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi,
kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba."
(QS. Maryam: 88-93)
Langit dan bumi kaget dengan ucapan tersebut,
bagaimana mungkin seorang muslim yang mentauhidkan Allah bisa ikut serta,
mendukung, dan bergembira dengan perayaan-perayaan hari raya tersebut yang
jelas-jelas menghina Allah dengan terang-terangan. Keyakinan ini membatalkan
peribadatan kepada Allah, karena inilah Allah Ta'ala menyifati Ibadurrahman
(Hamba-hamab Allah yang Mahapengasih) bersih dari semua itu:
وَالَّذِينَ
لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ
"Dan orang-orang yang tidak memberikan
persaksian palsu. . ." (QS. Al Furqaan: 72)
Makna al Zuur, adalah hari raya dan hari
besar kaum musyrikin sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Abul 'Aliyah, Ibnu
sirin, dan ulama lainnya dari kalangan sahabat dan tabi'in.
Karena seorang muslim berada di atas kebenaran,
yang lebih pas ia menyeru mereka kepada kebenaran yang diyakininya. Jika tidak
mampu berdakwah maka janganlah mendukung kebatilan mereka. Tapi ia pergi
menjauhinya sebagai bentuk keingkarannya. Dan itu terkategori selemah-lemahnya
iman.
Dilarang Ikut Berbahagia dan Memeriahkan
Acara Batil
Allah melarang menampakkan kebahagiaan pada saat
hari besar mereka, walau tidak ikut serta orang kafir dalam merayakannya. Dasarnya
adalah hadits Anas radliyallah 'anhu, berkata: "Ketika Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah, mereka memiliki dua hari
hari untuk bermain-main (bersenang-senang) pada masa jahiliyah. Lalu beliau
bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberikan ganti untuk kalian yang
lebih baik dari keduanya, yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya
korban." (Dishahihkan oleh al Albani dalam Shahih al Jaami', no. 4460)
Dalam hadits 'Uqbah bin 'Aamir radliyallah
'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Hari 'Arafah dan hari-hari Tasyriq adalah hari raya kita umat
Islam, hari-hari itu adalah hari untuk makan dan minum
(bersenang-senang)," (dishahihkan oleh Al Albani).
Sesungguhnya hari raya merupakan syi’ar zahir
bagi setiap ajaran atau agama tertentu. Natal dan tahun baru, merupakan syi’ar
agama Nasrani (Kristen). Karenanya dilarang ikut serta mendukung dan
menfasilitasi perayaan hari raya Natal orang kafir Nasrani. Apa lagi di
dalamnya dikumandangkan kekufuran penghinaan terhadap Allah Ta’ala.
Sesungguhnya dosa ini sangat berat.
Sesungguhnya hari raya merupakan syi’ar zahir bagi setiap ajaran
atau agama tertentu. Natal dan tahun baru, merupakan syi’ar agama Nasrani
(Kristen). Karenanya dilarang ikut serta mendukung dan menfasilitasi perayaan
hari raya Natal orang kafir Nasrani.
Namun hal ini tentu sangat berbeda bagi orang
yang ikut mengamankan dan melancarkan jalannya acara Natalan. Di sana dia
bersuka cita, bahkan boleh jadi makan dan minum di tempat tersebut dengan
jamuan dari pihak Gereja. Semua ini bertentangan dengan tuntunan akidah Islam.
Wal’iyaz Billah..