Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Minggu, 05 Desember 2010

Saudariku..,Kuingin Meraih Surga Bersamamu


Bismillaahirrahmaanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================

Saudara dan saudariku fillah..
Izinkan saya bercerita tentang sedikit pengalaman pribadi saya. Tulisan ini bermula ketika kemarin pagi...seorang sahabat lamaku bersilaturahim kerumah. Aku melihat seorang sahabat lamaku yg dulu istiqomah dalam memakai jilbab, kini melepasnya tanpa alasan yg jelas. Ketika kutanya kenapa, ia menjawab dengan begitu simple, “ Sudah bosan ! “. Astaghfirullahaladzimmmm...Sedih..sedih dan menangis hati ini mendengarnya..
Memakai jilbab, untuk saat ini dan di negara ini, bukanlah berarti sebuah pengilmuan akan agama. Dulu aku pernah beranggapan bahwa seorang yang memakai jilbab adalah orang yang akan berusaha mempertahankan jilbabnya disebabkan proses pemakaian jilbab itu sendiri membutuhkan pergulatan di hati yang membuncah-buncah dan penuh derai air mata. Tapi sayangnya, makin bertambah usiaku, maka berubah pula anggapan itu disebabkan berbagai kenyataan yang kutemui.
Jujur..proses memakai jilbab itu sendiri bagiku merupakan pergulatan batin yg dahsyat sebelum aku benar2 memutuskan utk memakainya dengan cara yg benar2 syari, bukan hanya sekedar jilbab sebagai asesoris dan penutup kepala. Awalnya aku memakai jilbab kelas 1 SMA hingga lulus sekolah, dan ketika itu aku memakai jilbab hanya ketika bersekolah saja. Setelah pulang sekolah jilbab itupun aku lepas lagi dan mengganti dengan pakaian santai dirumah. Namun sejak aku berkenalan dengan sahabatku Ifta Istiany ketika pertama masuk bangku kuliah tingkat satu, dari situlah keinginan mengistiqomahkan memakai jilbab terpatri kuat dalam hati ini dan aku mulai berazzam: Tidak akan kulepas hijab ini sampai akhir hayat..!! Alhamdulillah keluargapu mendukung dan sampai saat ini masih istiqomah mengamalkannya.
Lalu aku baru menyadari ada sebagian wanita yang menggunakan jilbab hanya karena sekedar disuruh atau diwajibkan oleh orang tua, tempat belajar atau tempatnya bekerja. Jika telah keluar dari ‘aturan’ itu, maka lepas pula jilbab yang menutupi kepalanya.


Mungkin karena itulah kain-kain itu tidak menutup secara benar kepala dan dada mereka.
Sebagian lagi, memakai jilbab karena pada saat itu, jilbab terasa pas untuk dipakai dan lebih menimbulkan kesan ‘gaya’ dan kereligiusan agama. Apalagi jika diberi pernak-pernik di sana-sini. Jilbab yang seharusnya menutup keindahan wanita tersebut malah justru menambah keindahan itu sendiri. Ditambah lagi kesan agamis yang terasa nyaman di hati.
Aku juga pernah berpikir dan bertanya-tanya, bahwa orang-orang memakai cadar dan berjilbab lebar apakah tidak kepanasan dengan seluruh atributnya? Apakah tidak repot jika hendak keluar dimana mereka harus memakai seluruh kain panjang tersebut? Mulai dari baju, jilbab yang lebar, masih harus ditambah memakai kaus kaki! Ah! Dan di balik jilbab itu, ternyata masih ada jilbab lagi! Dan… apakah mereka bisa melihat dari balik cadar yang menutup matanya?
Untuk yang satu ini, waktu tidak cukup untuk menjawab semua pertanyaan itu. Karena butuh pengetahuan lain yang merasuk ke dalam hati untuk mendapatkan jawabannya. Pengetahuan akan indahnya Islam dengan segala pengaturan yang diberikan oleh Allah. Pengetahuan akan surga yang begitu indah dan damai dengan segala kenikmatannya. Pengetahuan bahwa surga tidak akan tercium oleh wanita yang mengumbar-umbar aurat di depan khalayak.
Pengetahuan bahwa penghuni neraka yang paling banyak adalah wanita. Ternyata kerepotan itu bukanlah kerepotan, melainkan sebuah usaha. Usaha dari seorang wanita muslimah untuk menggapai surga-Nya. Untuk bersanding dengan suaminya ditemani dengan bidadari cantik lainnya. Panas dari jilbab itu bukanlah rasa panas yang menyesakkan pikiran dan dada. Akan tetapi hanya sepercik penguji jiwa yang dapat meluruhkan dosa-dosa kecil dari seorang insan wanita. Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa setiap kesusahan yang dialami muslim merupakan peluruh bagi dosa-dosanya.
Maka… hatiku kini pedih… Ketika kemarin melihat saudariku yang lain, seiring dengan berjalannya waktu, kini telah membuka jilbabnya. Sempat kutanyakan, “Di mana jilbabnya?”
Ia menjawab, “Tidak sempat kupakai.” Jawaban yang datar dan santai, sama sekali tidak nampak penyesalan dan dosa di wajahnya. Duh Allah..jaga hambaMu ini dari sikap lalai danmendzalimi diri sendiri.
Aih… waktu kutanyakan itu, memang pada saat dimana orang-orang sibuk menyelamatkan dirinya dikarenakan bencana alam. Aku hanya terdiam mendengar jawaban itu. Ah… mungkin karena sangat terkejutnya sehingga tidak sempat berbalik lagi untuk mengambil jilbab.
Tapi hari ini… kutemukan dia sudah menanggalkan jilbabnya sama sekali. Bahkan tak tersisa sedikitpun jejak bahwa ia pernah memakai jilbab. Kini ia telah bercelana pendek dengan pakaian yang pendek pula. Sesak rasanya dada ini. Tetapi belum ada daya dari diriku untuk bertanya lagi tentang sebuah kain yang menutupi kepala dan dadanya.


Masih tersisa di benakku, jika seseorang yang menggunakan jilbab melepas jilbabnya… maka habislah sudah… karena perenungan dan pergulatan hati ketika itu kini telah dikalahkan oleh hawa nafsu. Perenungan yang pernah mendapatkan kemenangan dengan dikenakannya jilbab itu kini justru bahkan tak mau diingat. Hanya kepada Allah-lah aku mengadu dan memohonkan hidayah itu agar tetap ada bersamaku dan kembali ditunjukkan kepadanya.
Saudariku… Tidakkah kau tahu bahwa kuingin meraih surga bersamamu. Dengan hijabmu dan selaras dengan akhlakmu sebagai perwujudan diri dari identitas muslimah itu yang insaallah akan mengantarkan kita di jannahNya.
Saudariku..cintaku yang kusayangi karena Allah..pakailah jilbabmu, pakailah ! Pakailah yg sesuai dengan syari dan tuntunan Rasulullah. Pakailah hijabmu yg dengan demikian engkapun terlihat mulia dan berharga di mata manusia juga di mata Allah. Maka, saat ini aku hanya bisa berdoa. Semoga kita bertemu di surga kelak…amin dan semoga.

Barakallahufikum..semoga bermanfaat
Wassalam

http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/motivas-saudarikukuingin-meraih-surga-bersamamu/175674702461185