"..Lihatlah dan engkau pun
pasti pernah atau bahkan sedang merasakan nakalnya cinta. Ia mengetuk pintu air
mata. Jadilah mata berkaca dan tetesan bening pun berlinang menyusuri pipi.
Pun, tak ada tangan lembut yang menyeka.."
**************************************************
Kembali pena ini hadirkan tentang
cinta karena ia menyusup dalam kehidupan tanpa meminta dan dipinta. Cinta
memberikan warna dalam kanvas kehidupan walaupun manusia belum memahami makna
kehidupan itu sendiri. Cinta memberi bekas dalam hidup. Kadang bekas itu berupa
luka maupun dentuman bahagia. Tanpa sadar harus dan telah memilih, manusia bisa
menjadi digdaya atau bahkan gila karena cinta. Maka, bukankah hanya kepada Pemilik
dan Penganugerah Cinta lah kita pasrahkan jiwa??
>>Kenakalan Cinta. . .
Cinta itu nakal. Lincah, pula.
Dibuatnya bayi menangis, menjerit dan berteriak hanya untuk menggapai susu sang
ibu.
Cinta itu nakal. Lihatlah disana. Betapa
banyak anak gadis tersihir rayuan gombal cinta dari lelaki. Betapa banyak anak
lelaki ingusan harus berlagak pahlawan di depan wanita yang dicinta. Ia harus
tersulap dan bertopeng menjadi laki-laki bijaksana nan arif. Penampilan pun
berubah baik dari pakaian, parfum dan gaya berjalan hanya untuk sekedar
menepati janji pertemuan dengan si dia.
Sungguh nakal cinta itu. Lihatlah si
kaya memiskinkan diri agar meraih kenikmatan sesaat dengan kekasih hati yang
tak sah secara syar’i. Lihatlah pula si miskin, ia mengkayakan dirinya agar
terlihat “wah” di depan sang pujaan. Para wanita pun dibuat nakal oleh cinta.
Jadilah mereka tak bermalu. Jadilah mereka begitu mudah terayu. Jadilah mereka
diobral. Secara sadar atau tidak, mereka mengatasnamakan cinta sejati. Mereka
rela berkorban segalanya demi pria yang dikasihi.
Nakalnya cinta. Atas namanya lah
seorang muda-mudi berzina. Mereka robohkan keimanan dan kehormatan diri.
Aiiiiiiiiiiih..
Karena kenakalan cinta, seorang
suami kerap kali berbohong menutupi jati dirinya karena khawatir isterinya akan
kecewa. Kekecewaan sang isteri adalah rasa sakit yang menyesakkan dadanya. Maka
tak usah kaget ketika sang isteri baru tahu belakangan sang suami adalah
koruptor..
Bisa jadi sang suami yang begitu
baik, santun dan penuh kasih itu ternyata seorang berdarah dingin yang bisa
membunuh ratusan orang dengan kesadisannya.
Demi kebahagiaan sang anak, atas
nama cintalah orang tua harus bermaksiat kepada Allah. Jadilah ayah seorang
pencuri. Jadilah ia pemakan riba. Jadilah ia pendusta. Jadilah ia menghalalkan
yang haram atau mengharamkan yang halal.
Aduhai. .
Nakalnya cinta. Ia hadir dan
bereaksi dalam jiwa dan membuat letupan-letupan makna yang kerap mengejutkan.
Dan jiwa pun tak sadar kapan ia bergemuruh di langit hati. .
Terlalu banyak manusia yang menjadi
korban kenakalan cinta. Bertumpuk-tumpuk novel-novel picisan menglamorkan kisah
para korban cinta itu dalam adegan-adegan heroik. Padahal siapaun tahu kalau
adegan tersebut adalah kecelakaan yang menonjok jiwa sekaligus menumbuhkan
dosa.
“dijadikanlah indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah
tempat kembali yang baik (surga)..”[1]
>>Mendayung Hati di Telaga
Cinta Sejati. .
Adalah Allah azza wajalla telah
selipkan teori mengakali cinta dalam lengkap, agung dan paripurnanya ajaran
islam sebagai risalah langit. Hanya islam lah yang mampu jelmakan cinta menjadi
anugerah. Hanya islamlah yang mampu menempatkan cinta pada rel yang sebenarnya.
Untukmu saudaraku,
Untukmu saudariku,
Sekiranya cinta tidak ditundukkan
dan di akali maka ia lah yang akan mengakali jiwa yang menjadi tempatnya
ber-inang. Setelah itu, ia akan mendikte pikiran. Ia akan membodohi diri. Lalu
ia akan menghentakkan anggota badan untuk memperagakan kemaksiatan. Tak lah bisa
selanjutnya dibedakan hitam dan putih sehingga menubruk dosa yang mengkaratkan
hati.
Menundukkan cinta sama lah artinya
dengan membangun ketundukan dengan penuh kepatuhan dan penyerahan diri terhadap
Sang Penganugerah cinta itu sendiri. Dialah Allah Yang Maha Rahman dan Maha
Rahiem.
Dialah yang menciptakan langit tanpa
tiang penyangga. Dialah Allah yang menjadikan malam bertabur gemerlapnya
bintang dan memoles langit malam dengan kemuning rembulan. Dialah Allah yang
menerbitkan mentari di ufuk timur lalu disambut kicauan burung-burung. Beberapa
waktu kemudian datanglah hangatnya waktu dhuha seiring keringnya embun di
dedaunan.
Dialah Allah yang membenamkan
mentari dengan warna mewah memerah. Telah tiba saatnya hewan-hewan kembali ke
sarangya. Telah tiba saatnya adzan berkumandang.
Dialah Allah yang mentakdirkan
kemarau datang bertandang. Setelah itu datang lah musim hujan. Allah lah yang
menyiramkan air ke bagian permukaan bumi yang Dia kehendaki. Basah lah bumi
itu. Dialah Allah yang menguncupkan dedaunan muda dan menghijau sejuk
dipandang.
Dialah Allah yang menghembuskan
udara yang mengalir diantara langit dan bumi. Sementara burung-burung
mengepakkan sayapanya sambil berpurtar-putar di udara. Dialah Allah yang
menggerakkan awan menyusuri langit biru.
Dialah Allah yang mengabulkan
seluruh do’a hambanya. Dia anugerahkan dan membagikan rizki. Dialah Allah Yang
Maha Pengasih lagi Penyayang melebihi kasih sayang seorang ibu yang bercucur
mata karena begitu cinta kepada sang anak.
Dialah yang menjadikan surga dan
kenikmatannya teruntuk orang-orang yang bertauhid dengan benar. Pula Dia
sediakan neraka dan adzabnya bagi kaum yang ingkar lagi kufur.
Allah lah pula yang menurunkkan
agama yang mulia melalui malaikat yang mulia dengan kitab yang paling mulia
kepada seorang manusia yang paling mulia. Dialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang sangat cinta kepada umatnya. Amat menginginkan kita masuk surga
dan terhindar dari adzab neraka. Dialah lelaki yang selalu mencintai dan selalu
dicintai.
Maka dari itu, Allah dan Rasul-Nya
lah menjadi muaranya cinta. . .
>>Ada Allah Tempat Adukan
Rasa. .
Ibarat koin, cinta itu bermuka dua.
Ia bisa mendatangkan bahagia dan pula penghias jiwa. Namun di sisi yang lain,
ia bisa guncangkan derita. Kerapkali jiwa dibuatnya merana. Kerap kali ia
goreskan luka. Terlalu sering diundangnya duka di hati. Jadilah hati berkarat
dosa nan menanggung derita.
Lihatlah dan engkau pun pasti pernah
atau bahkan sedang merasakan nakalnya cinta. Ia mengetuk pintu air mata.
Jadilah mata berkaca dan tetesan bening pun berlinang menyusurupi pipi. Pun,
tak ada tangan lembut yang menyeka.
Namun begitu, ada Allah tempat
mengadu. Para pendahulu baik para nabi dan orang-orang shalih pun mengadukan
kepada Allah terhadap peliknya masalah yang mereka hadapi. Mengadu yang bukan
menggugat namun menumpahkan rasa dan menyemburatkan do’a penuh harap.
Adalah Yusuf ‘alaihissalam
mengadukan rasa kepada Allah ketika dia harus digoda seorang wanita cantik
dalam ruangan yang tertutup di istana raja. Nakalnya cinta tengah bereaksi
hebat. Dan dengan keteguhan imannya, Yusuf ‘alaihissalam pun diselamatkan Allah
dari maksiat yang menggoda hati dan menggelorakan nafsu. .
Subahanallah, Dialah yang menolong
hamba-Nya. Dan memang kepada-Nya lah meminta pertolongan.
“iyyaaka na’budu wa iyyaka
nasta’ien.”
“hanya kepada-Mu lah kami beribadah
dan hanya kepada-Mu lah kami pinta pertolongan”[2]
>>Saatnya Mengakali Nakalnya
Cinta. . .
Telah tiba saatnya seorang balita
harus berhenti diberikan ASI. Namun ketika ia masih ketagihan, seorang ibu
harus mengakalinya. Entah harus memolesi jejamuan pahit di [maaf] puting susu
atau dengan cara lain agar sang balita sedikit “kapok”.
Begitulah cinta. Harus pula diakali
dan disiasati agar tak menguasai dinasti hati..
Kecintaan berlebih terhadap makanan
dan minuman harus diakali dengan puasa sehingga tak rakus lagi mengejar nikmat
perut semaunya.
Kecintaan berlebih terhadap syahwat
akan menggelorakan nafsu. Diakalilah ia dengan menikah atau puasa bujang
(shaumul ‘uzzab) bagi yang belum mampu berumah tangga. Lalu melunaklah nafsu
yang bergejolak sehingga ia tak berlagak dan merusak. Tak terceburlah diri
dalam dosa.
>>Senarai Harapan. .
Tetaplah berada pada kesadaran bahwa
cinta itu sebagai penghias jiwa, bukan menguasai jiwa. Jadikanlah cinta itu
indah sesuai dengan ketentuan agama yang mulia. Oleh karena itu, memahami islam
dengan benar adalah kunci utamanya. Pelajari lah tauhid agar memebersihkan
karat-karat hati.
Jadikanlah cinta sebagai alat memburu
kebahagiaan hakiki. Hiasilah hati dengan cinta sejati yaitu cinta yang dikelola
agar benar-benar bermuara dan berlabuh syahdu di dermaga cinta-Nya. Maka cinta
lain akan tunduk dan mendahului kecintaan kepada Allah.
“pokok-pokok iman yang paling kuat adalah mencintai karena
allah dan membenci karena Allah.” [3]
Tak usahlah bersikap jumawa untuk
tidak berdo’a dan meminta pertolongan kepada Allah dalam berbagai masalah.
Hanya dengan pertolongan Allah lah terselamatkan dari jerat-jerat cinta.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata kepada Ibnu Abbas:
“sekiranya engkau hendak pinta pertolongan, pintalah kepada
Allah..” [4]
Akhirnyaaaa…
Cintailah siapapun, cintailah apapun
selama cinta itu bermakna dan berguna untuk kehidupan dunia maupun kelak dihari
kebangkitan. . .
Wallahu a’lam. Subahanaka allahumma
wa bihamdika asyhadu alla ila hailla anta astaghfiruka wa atuubu ilaika. .
******************
Penulis : Rufaidah Kiky & Fachrian Almer Akiera
Editor : Fachrian Almer Akiera
Footnotes:
[1]. QS. Al-Imran: 14
[2]. QS. Al-Fatihah: 5
[3]. HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jam
Al-Kabir, No. 11537; Ibnu Syaibah dalam Al-Iman, hlm. 110, dan dishahihkan oleh
Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, No. 1728
[4]. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi
IV : 667, oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak III : 623, Al-Haitsami dalam
Majma’uz Zawa-id VII : 189 dan Ahmad dalam Musnad-nya I : 293.
all of u can share or copas all
articles in this blog without get my permision but i think u should copy-paste
and than tag your friends. I hope u appear the link of this blog as your
articles source. May Allah bless us n u. Aamiin