Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Minggu, 05 Desember 2010

"Berkawan jangan 'Tertawan'"


  • Pentingkah Memilih Teman?
Teman merupakan salah satu faktor yang berperan dalam proses pendidikan kita di sekolah dan masyarakat. Karena teman adalah tempat berinteraksi dan tempat membaur selain di keluarga yang mempunyai peran dominan dalam perkembangan sifat, perilaku dan kepribadian. Itulah pentingnya teman, sehingga teman yang baik akan menularkan kita kepribadian yang baik begitu juga sebaliknya. Maka dari itu, memilih teman sangat penting agar kita tidak terpengaruh pada kejelekan.

  • a) Musuh jadi teman.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman (yang artinya);“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), Karena rasa kasih sayang; padahal Sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu Karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, Karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, Maka Sesungguhnya dia Telah tersesat dari jalan yang lurus.”
(Q.S Al Mumtahanah: 1)
Sebab turunnya ayat ini adalah kisah Hathib bin Abi Baha’ah yang dianggap sebagai orang munafik karena ia membuka rahasia Rasul kepada musuh Rasul.
 Sehingga dalam ayat ini Allah melarang orang yang beriman itu berkawan, meminta pendapat atau nasehat kepada musuh Allah. Namun, pada ayat selanjutnya (ayat 7-9), membuka harapan bahwa mungkin Allah akan mengubah keadaan orang-orang yang semula menjadi musuh akan menjadi kawan setelah masuk Islam serta beriman.


Allah tidak melarang hambaNya berperilaku baik terhadap orang-orang yang tidak memeranginya dan agamanya.
Seorang yang dianggap musuh tidak boleh dijadikan teman setia. Larangan ini boleh jadi suatu sikap andai suatu saat nanti berbalik menyerang/memusuhi. Musuh yang dimaksud disini hanya orang yang memerangi Allah dan agamanya. Namun, tidak dilarang berbuat baik kepada orang selain itu. agar kita bisa mengajak kepada kebenaran.


  • b) Teman yang burukHadits perumpaan teman yang shalih dan buruk

عن أبي موسى،عن النبي صلى الله عليه وسلم قال “إنما مثل الجليس الصالح والجليس السوء، كحامل المسك ونافخ الكير. فحامل المسك، إما أن يحذيك، وإما أن تبتاع منه، وإما أن تجد منه ريحا طيبة. ونافخ الكير، إما أن يحرق ثيابك، وإما أن تجد ريحا خبيثة”.
“Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang buruk ialah seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan memberi minyak kepadamu, kamu membeli darinya, atau kamu mencium baunya yang harum. Sedangkan pandai besi mungkin akan membakar pakaianmu atau kamu mencium bau yang tidak sedap.” 
(HR. Bukhari no. 5214).
Lihatlah teman kita apakah semua bebas dari kemaksiatan? Berbagai bentuk maksiat telah menyelimuti kita, tanpa hidayah Nya kita tidak akan bisa lepas. Banyak factor sehingga teman kita terperangkap kemaksiatan, seperti halnya
akibat pergaulan yang salah. Pergaulan dengan teman yang salah mempengaruhi pemikiran kita jauh dari kebenaran.
 Teman yang shaleh diibaratkan oleh hadits diatas sebagai pembawa minyak wangi dan teman yang buruk diibaratkan pandai besi.



Teman yang shaleh bisa menunjukan kebaikan kepada kita serta menganjurkan kita untuk melaksanakannya dan juga bisa menjelaskan kepada kita tentang kejelekan dan mengingatkan kita untuk tidak melakukannya. Teman yang buruk mengajak kepada suatu keburukan dan menghalangi dari kebaikan.
Teman itu ada ada tiga macam menurut Syaikh Bakr Abu Zaid, yaitu teman manfaat, teman kenikmatan dan teman kemuliaan. Teman manfaat adalah orang yang hanya berteman selama masih bisa mengambil manfaat darimu. Jika manfaat itu sudah tidak ada, maka ia berbalik menjadi musuhmu. Teman kenikmatan merupakan orang yang berteman semata-mata agar dia bisa bersenang-senang denganmu untuk ngobrol, santai, dan begadang. Teman jenis ini hanya membuang waktu karena tidak ada manfaat yang diberi dan yang diambil. Teman kemuliaan yaitu teman yang bisa mengajakmu pada keutamaan dan mencegahmu dari perbuatan buruk. Teman jenis ini ibarat “mata uang yang langka” atau sulit didapat dimana dengannya bisa saling mendapat keutamaan.
Bukan berarti secara total kita menghindar dari teman yang buruk sifatnya itu, jika bisa dan lebih baik lagi antarkan temanmu kearah kebaikan, yang justru mendapat manfaat jika berteman denganmu.Dua orang lebih teman akan mirip perilaku dengan satunya karena ibarat besi yang bertemu magnet. Kuatnya pengaruh teman jika mendapat teman baik, baiklah kita. Jika mendapat teman buruk, buruk pula kita.

Memilih teman menurut Syeh Az-Zarnuji yaitu,
a. Memilih teman yang tekun.
b. Memilih teman yang wira’i.
c. Memilih teman yang berwatak jujur.
d. Memilih teman yang mudah memahami masalah.
e. Menghindari teman yang malas.
f. Menghindari teman yang pengangguran.


g. Menghindari teman yang cerewet.
h. Menghindari teman yang mengacau.
i. Menghindari teman yang gemar memfitnah.

C. Sikap Bersahaja dalam BerkawanMakna bersahaja itu sendiri adalah sikap atau perilaku seseorang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki disesuaikan dengan kebutuhan. Jadi tidak didasarkan pada keinginan semata.
  • a) Tidak berlebihan dalam berteman
Jika kaitannya bersahaja dengan teman maka seperti hadits ini.
عن أبي هريرة أراه رفعه قال: (أحبب حبيبك هونا ما، عسى أن يكون بغيضك يوما ما، وأبغض بغيضك هونا ما، عسى أن يكون حبيبك يوما ما)
 Dari Abu Hurairah berkata,”Cintailah kekasihmu dengan sederhana saja. Boleh jadi kelak akan menjadi musuhmu dan bencilah musuhmu dengan sederhana saja. Boleh jadi suatu saat dia akan menjadi kekasihmu.
(HR. Turmudzi no.2065) Disahihkan oleh Imam Al Muhadhis Al Albani.
 Hadits diatas menjelaskan bahwa dalam berkawan bahkan mencintai secukupnya saja tidak perlu berlebihan dalam sikap, manusia itu tidak selalu konsisten dalam sikapnya. Timbullah penyesalan ketika cinta yang amat sangat berubah menjadi benci atau justru malu ketika tiba-tiba jadi mencintai orang yang dulu sebagai musuh. Hal ini terjadi karena tidak ada jaminan seseorang akan selalu tetap ada disamping kita, kelak akan berpisah juga. Saat sikap yang sederhana dalam cinta dan benci, jika perpisahan itu terjadi penyesalan yang timbul tidak akan sangat kehilangan.
  • b) Jangan sombong
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”


(Q.S Luqman: 18)
Kata (مخثل) mukhtal diambil dari kata yang sama dengan خيال karenanya kata ini pada mulanya berarti orang yang tingkah lakunya diarahkan oleh khayalan, bukan oleh kenyataan yang ada pada dirinya. Bisaanya orang ini berjalan angkuh dan merasa dirinya memiliki kelebihan dibanding orang lain. Kuda dinamai khail (خيل) karena cara jalannya mengesankan keangkuhan sehingga membanggakan apa yang dimilikinya bahkan tidak jarang membanggakan yang bukan miliknya.
Mukhtal dan fakhur sama-sama membanggakan diri. Mukhtal lebih kepada tingkah laku sedang fakhur dominan pada ucapan.
Kita dilarang memalingkan muka dari manusia. Memalingkan muka tentu saja karena sombong. Orang sombong adalah orang yang merasa lebih dan menganggap diri lebih mulia jika dibandingkan dengan orang lain.
Orang sombong bisa saja karena pintar, bisa saja karena kaya, bisa karena kuat, bisa karena bagus fisik dan tidak cacat, bisa karena keturunan bangsawan dan sebagainya. Maka bentuk kesombongan itu adalah menghindari diri dari bergaul dengan orang bodoh, orang miskin atau orang yang serba berkekurangan.
Bila kita merasa lebih dari orang lain, maka disinilah munculnya dan tumbuhnya perasaan dan sikap sombong. Bila menghindari diri dari orang-orang yang serba kurang baik, niscaya kita akan medapat resiko yang lebih jelek. Satu hal yang tidak boleh dilupakan dan dikhianati adalah dalam proses pendidikan merupakan sarana pergaulan orang bodoh dengan orang pintar yang wajib dilaksanakan. Makanya kehidupan dalam masyarakat yang harmonis adalah dengan membangun kerukunan sesama warga.
 Fungsi-fungsi yang wajib dijalankan adalah yang kaya menyantuni yang miskin, yang pintar mengajar orang bodoh, yang kuat melindungi yang lemah, yang mampu membantu yang serba berkekurangan. Tidak sebaliknya yakni “
memalingkan muka dari manusia “ atau menzalimi sesama dalam masyarakat.

Wallahu'alam..