Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 29 Maret 2011

Kisah tentang Niqab di Hong Kong


Senyum dan tangis yang bisa dijadikan gambaran curahan hatiku saat berjalan dalam balutan jilbab dan niqab selama dinegara Beton. Hong Kong, negara Andy Lau dan Jacky Chan dijuluki dengan sebutan negara beton, karena wilayah China yang pernah dipimpin British ini betul-betul negara yang banyak apartemen-apartemen dan bangunan mewah yang dibeton. Di kota Hong Kong mayoritas masyarakat tinggal di apartemen.
Negara yang bisa disebut negara sekuler ini menjanjikan limpahan materi, menyalakan keimanan sangat penting. Godaan duniawi mampu meluluhkan iman seseorang. Namun, tidak sedikit pula warga Indonesia yang justru menemukan hidayah Islam di Hong Kong. Kerasnya ujian dan keringnya nilai kekeluargaan pada lingkungan membuat nurani dituntut berpikir cerdas.
Awalnya saya bercadar karena ada keinginan kuat dari hati, ingin meneladani cara hidup wanita-wanita mulia di zaman Rasulullah. Mereka yang terkenal kemuliaan akhlak dan imannya, sangat menjaga aurat dan pemalu. Tidak lama kemudian, Subhanallah, teman-teman mengikuti langkah ini, jadilah beberapa dari kami mengenakan cadar. Meskipun ilmu kami sangat minim, namun apapun usaha yang kami mampu kami kerjakan dulu.
Suka duka cadar selama melekat ditubuh ini mencipta haru-biru dan senyum riang.
Suatu ketika saat ingin menunaikan ibadah sholat dimasjid Jami’ Tsim Sha Tsui, saya pernah dihujat sebagai orang fanatik yang over. Senyum saja, mereka belum tahu, tidak bisa disalahkan pandangan ini jika yang melontarkan kata tersebut benar-benar belum tahu.
Suatu hari, saat berada dalam sebuah kereta umum bawah tanah atau yang disebut MTR, seorang lelaki China memandang saya dengan penuh ketidaksukaan, saya tersenyum dalam hati. Alhamdulillah, Allah menjadikan saya muslimah yang mengenal-Nya.
Suatu hari lagi, saat berjalan disebuah taman salah satu sudut kota Hong Kong, seorang wanita China mengatakan “Budak Hitam” ketika melihat saya.  Subhanallah, iman ini justru menyala, tertantang untuk terus menguatkan niat bercadar dan memperkenalkan islam pada mereka.
Ada lagi kisah yang membuat saya tersenyum geli bercampur miris. Saat berjalan di sebuah taman, saya dikejutkan kakek berusia tujuhpuluhan tahun mengatakan begini, “Kwai leikah, emhai yan.” Artinya, dia hantu, bukan orang. Lalu beberapa langkah lagi kaki berjalan, kerumunan wanita Indonesia berdandan tomboy berkata seperti ini, “Wah kok ada ninja hatori jalan disini.” Saya tidak marah, tidak tersinggung, saya geli mendengarnya.
Sungguh, cadar bukanlah pakaian menakutkan seperti yang ada dalam benak dan pandangan mereka. Begitulah kisah-kisah niqab yang terjadi yang bisa saya himpun, saya berharap warga Indonesia khususnya muslim tidak merasa asing dengan niqab, apalagi berpikir buruk dengan citra cadar pada Muslimah yang berusaha sempurna dalam menutup aurat.


http://www.facebook.com/notes/melati/kisah-tentang-niqab-di-hong-kong/192323264139390