By: Ria Fariana
Love , cinta, liebe , atau menjadi deretan huruf
apapun ia dan dalam bahasa apapun, selalu saja indah dan asyik untuk
dibicarakan. Iya nggak sih?
Bo’ong banget kalo kamu sampe menggelengkan
kepala. Bahkan topik inilah yang paling universal untuk dibicarakan atau pun
dinikmati. Apalagi untuk remaja-remaji seusia kamu, kayak nggak ada tema lain
yang mendominasi pembicaraan selain love and love mulu. Iya apa iya?
Sobat muda, cinta emang indah dan nikmat untuk
dibicarakan atau pun dirasakan. Cinta ternyata ibarat dua sisi mata pisau yang
tajam. Bila tak benar menggunakannya bukan tak mungkin kita malah akan terluka
karenanya.
Seperti kata Kahlil Gibran neh bahwa di balik
sayap indah cinta, waspadalah ada terselip sebilah pisau tajam untuk
mencabikmu. Ciee…nggak usah bingung bagi kamu yang nggak ngeh dengan bahasa
kiasan Bung Gibran ini.
Ketika kamu jatuh cinta, dunia terasa indah dan
berbunga-bunga. Kamu jadi rajin ke sekolah, rajin belajar, suka tersenyum,
nyapa kiri-kanan, dll. Tapi semua itu akan berubah banget ketika kamu dapetin
orang yang kamu cintai dengan tulus ternyata tidak membalas cintamu.
Hiks…langit seakan runtuh. Lagu Pupus-nya Dewa 19 didendangkan
berulang-ulang. Emang enak bertepuk sebelah tangan? Kamu pun merasa jadi orang
paling merana sedunia dan selalu terbayang gimana caranya gantung diri di pohon
tomat. Tapi apa iya sih, cinta cuma sebatas itu?
….Ketika kamu jatuh cinta, dunia terasa indah dan berbunga-bunga. Tapi semua
itu akan berubah banget ketika orang yang kamu cintai ternyata tidak membalas
cintamu….
What is love?
Apa cinta itu? Bila ada sepuluh orang kamu tanya
tentang pertanyaan ini, akan ada sepuluh jawaban pula yang bakal disodorkan.
Bahkan para filsuf dan pemikir dari jaman baheula hingga jaman kiwari masih
pada kebingungan untuk mendefinisikan tentang cinta ini. Bahkan ada yang
bilang, cinta tidak untuk didefinisikan karena it’s all about feeling (duilee..
sampe segitunya)
Tapi ada satu hal yang kita pasti sepakat, bahwa
semua makluk hidup pasti mempunyai cinta. Induk ayam saja rela mengais-ngais
tanah demi mendapat seekor cacing demi disuapkannya pada mulut anaknya. Belum
lagi kalo kamu berusaha mendekati anak ayam yang masih imut, jangan salahkan
bila kamu bakal diterjang sama induknya. Semua itu karena dorongan naluri, rasa
cinta.
Apalagi yang namanya manusia, keberadaan naluri
mencintai dan dicintai ini sudah built-up diberi dari sononya. Karena rasa ini
adalah perwujudan dari naluri mempertahankan jenis atau bahasa kerennya,
gharizah nau’. Bisa kamu bayangkan bila seorang suami tidak mencintai istri dan
anaknya, maka ia tak akan mau bersusah payah bekerja mencari nafkah. Begitu
juga seorang ibu, tanpa cinta tak mau ia merasakan lelahnya mengandung sembilan
bulan lamanya, sekitnya melahirkan dengan nyawa sebagai taruhannya, menyusui
hingga dua tahun, dan mendidik serta membesarkan anak-anaknya.
Tanpa cinta, tak mungkin Rasulullah Muhammad SAW
menghabiskan seluruh hidupnya untuk berpikir dan berbuat demi umatnya. Bahkan
di saat detik-detik akhir kehidupannya saat sakaratul maut menjelang, tahu
nggak apa yang diingat beliau tercinta ini? ‘umati…umati’ (umatku…umatku).
Bukan menyebut nama anak-anaknya, bukan pula menyebut nama istri-istrinya,
apalagi menyebut harta yang memang tidak beliau punya, tapi Rasulullah menyebut
umatnya. Termasuk kita yang hidup ribuan tahun jaraknya dari beliau pun sudah
disebut dalam lisan sucinya.
Betapa beliau mengkhawatirkan umatnya dengan
penuh cinta. Malu nggak sih kita bila mengingat ini, sedalam apa balasan cinta
kita untuk Rasulullah SAW? Maka sungguh indah senandung lagu milik Bimbo dengan
penggalan lirik seperti ini:
‘Rindu kami padamu, ya Rasul, rindu tiada
terperi. Berabad jarak darimu ya Rasul, serasa dikau di sini’.
….Semua terjadi dengan begitu teratur, begitu indah, dan begitu setia. Tentu
dari Yang Mahamemiliki cinta itu sendiri, Allah SWT….
Siapa sih yang nggak merasa cinta pada sosok
mulia ini? Pasukan perang Tabuk rela menjadikan tubuhnya sebagai tameng anak
panah demi menyelamatkan sang Nabi tercinta. Tubuh dan nyawa mereka tak ada
artinya dibandingkan dengan keselamatan sang Rasul mulia. Bahkan ketika
mendengar berita tentang isu wafatnya Rasul, semua sahabat menangis
tersedu-sedu. Dan ketika mendapati beliau masih hidup tetapi dengan luka
sekujur tubuh, para sahabat lega meski masih merasa sedih dengan terlukanya
sosok yang dicintai. Ingin rasanya mereka menjadi pengganti rasa luka itu
selama bisa mengurangi rasa sakit yang diderita Rasulullah akibat tusukan
pedang dan anak panah. Semua itu mereka lakukan karena cinta.
Bila kita mau menoleh pada hal lain barang
sejenak, akan kita dapati matahari yang bersinar tanpa syarat ke bumi, hujan
pun turun untuk membasahi ladang gersang, dan tanah yang masih juga menumbuhkan
tanaman buat manusia.
Semua itu terjadi dengan begitu teratur, begitu
indah, dan begitu setia. Dari siapa? Tentu dari Yang Mahamemiliki Cinta itu
sendiri; Allah SWT.
Perwujudan cinta
Lalu bagaimana dengan kita? Dengan apa kita harus
membalas semua rasa cinta yang pernah, sedang, dan akan terus kita rasakan
hingga akhir hayat kita itu? Ada pepatah yang mengatakan kasih ibu sepanjang
jalan, kasih anak sepanjang galah. Kamu pasti tahu dong, beda panjang jalan dan
galah. Jauh banget kan? Kalau kasih ibu saja sepanjang itu, lalu bagaimana
dengan kasih dan cinta Muhammad saw. pada umatnya? Lalu bagaimana lagi dengan
kasih dan cinta Allah SWT pada kita? Sungguh, seandainya seluruh pohon di bumi
ini dijadikan pena dan air laut sebagai tintanya tetap tak bisa melukiskan
sedalam dan sejauh apa cinta Allah pada kita.
Pernahkah kita merasakan dengan sadar cinta Allah
dalam setiap tarikan dan hembusan nafas? Dalam setiap langkah yang kita buat,
dalam setiap detik waktu yang terlewat, pernahkah itu kita sadari? Semua itu
ibarat matahari, yang karena terbiasanya kita dengan sinarnya kita jadi lupa
pada jasanya.
….Pernahkah kita merasakan dengan sadar cinta Allah dalam setiap tarikan dan
hembusan nafas? Dalam setiap langkah yang kita buat, dalam setiap detik waktu
yang terlewat….
Bayangkan bila sedetik saja Allah menarik pasokan
oksigen untuk kita hirup, makhluk seisi dunia bisa kelabakan. Tapi Allah begitu
sayang dan cinta terhadap kita sehingga tak peduli orang yang durhaka
terhadap-Nya juga diberi pasokan oksigen yang sama dengan mereka yang taat.
Meski tentunya ada konsekuensi juga kan? Mereka yang taat jelas tempat
kembalinya di akhirat; surga. Begitu pun dengan yang durhaka sudah dintentukan
tempatnya; neraka.
Sobat muda muslim, pernah nggak kamu dicintai
oleh orang lain yang begitu tulus mencintaimu tanpa pamrih? Apa yang ingin kamu
lakukan? Kamu pasti berusaha membalas ketulusannya dan berusaha mencintainya
dengan tulus pula.
Lalu, bagaimana dengan membalas ketulusan Allah
dan rasulNya yang sudah begitu mencintai kita tanpa pamrih? Yaitu dengan
berusaha menjalankan perintaNya dan menjauhi laranganNya.
BTW, kalo kamu sedang jatuh cinta, apa sih yang
akan kamu lakukan demi si dia? Kalo si dia nggak suka liat kamu pakai baju
merah, pasti kamu nggak bakal pakai baju itu demi menyenangkan hatinya meski
sebetulnya kamu setengah mati suka warna merah. Jika si dia suka banget makan
bakso kamu pasti berusaha setengah mati bisa mentraktirnya makan bakso meski
kamu lagi kanker alias kantong kering. Kenapa bisa begitu? Karena cinta identik
dengan ketaatan. Identik dengan keinginan untuk membahagiakan. Itu pulalah yang
ingin kita lakukan bila ingin membalas cinta Allah dan RasulNya. Wajar dan
sangat adil kan?
Bentuk riilnya?
Ketika kamu melaksanakan shalat lima waktu dan
puasa Ramadhan, kamu sedang melakukan sebentuk bukti riil cinta kepada-Nya.
Tapi itu belum cukup, karena Islam bukan hanya agama ritual saja. Ketika kamu
menutup aurat, kamu melakukannya karena cinta. Ketika kamu patuh dan sopan pada
orang tua, sayang pada yang lebih muda, ringan tangan pada saat orang lain
membutuhkanmu, bersedia mendengar keluh kesah kesedihan teman yang lagi
durundung duka, itu semua juga sebagian bukti cinta.
Ketika kamu menasihati temanmu untuk tidak
berpacaran dan tidak suka membolos, itu juga bukti cinta. Ketika kamu tahu
menjalankan syariat Islam adalah wajib dan kamu mendakwahkannya pada yang lain,
itu juga bentuk cinta. Bahkan tersenyum pun (asal bukan senyum yang TP alias
tebar pesona yah) itu juga bentuk kecintaan kita pada sesama.
Jangan mentang-mentang kamu udah ngaji duluan,
lalu merasa sok bener sendiri tanpa mau membagi cintamu itu dengan
mendakwahkannya. Emang surga milik kamu sendiri? Nggak kan? Alangkah enaknya
surga itu bila kita bisa menghuninya beramai-ramai. Bukankah kamu lebih suka
rumahmu didatangi banyak temanmu daripada bengong sendirian nggak ada yang
diajak ngomong. Tul nggak?
Cuekin aja kalo ada temanmu yang suka becanda
bilang ‘Enak lho masuk neraka bisa ketemu bintang film macam Britney Spears,
J-Lo, Mas Nunu alias Keanu Reeves or Brandon’. Anggap saja mereka adalah
orang-orang yang membutuhkan sentuhan cintamu dalam bentuk dakwah, amar makruf
nahi munkar. Jangan benci mereka dan jangan pula dijauhi. Sentuh akal dan
perasaannya sehingga mereka dapat memperoleh hidayah dan ‘terjerumus’ dalam
cinta; Islam.
Karena cinta
Yup, benar sekali bahwa semua kejadian di dunia
ini tidak pernah terlepas dari yang namanya cinta. Mulai dari nongolnya kamu di
dunia ini adalah hasil pertautan cinta ibu-bapakmu sampai kamu bisa beriman dan
berislam hingga hari ini juga karena cintanya Rasul terhadap umatnya, juga
cinta Allah terhadap hambaNya. Cinta bukan melulu Tejo yang naksir Surti, tidak
selalu sang putri yang menunggu pangeran idaman datang meminang. Tapi cinta
adalah kehidupan itu sendiri.
….Semua kejadian di dunia ini tidak pernah terlepas dari yang namanya cinta.
Karena cinta adalah kehidupan itu sendiri….
Pernahkah kamu menikmati setiap aliran cinta yang
merambati tubuhmu di saat kamu menarik nafas segar di pagi hari, merasakan
sejuknya embun yang menetes di wajahmu, dan bugarnya badan untuk memulai
beraktivitas? Bila belum, cobalah. Pejamkan matamu dan rilekskan pikiranmu.
Maka biarkan ada yang bening mengaliri sanubarimu. Oksigen yang terhirup, embun
yang lembut, sinar mentari yang hangat, tubuh yang sehat, iman yang kuat dan
pikiran yang mantap, itu semua ada karena cinta.
So , kamu-kamu udah pada ngeh kan, bahwa cinta
bukan melulu seperti yang kamu pahami selama ini, sekadar hubungan
taksir-menaksir antar lawan jenis.
Cinta ternyata bisa begitu luas dan indah. Semoga
artikel cinta ini bisa membuka hati dan akalmu tentang makna cinta itu sendiri.
Sehingga kamu pun bisa melangkah dengan mantap di kehidupan dengan menaburkan
sebanyak mungkin cinta kepada sesama.
Bukan cinta sempit yang sulit dibedakan dengan
nafsu, tapi lebih mengarahkan arti cinta kepada kebenaran itu sendiri, yakni
Al-Islam. Agama yang selama ini menjadi pilihan hidup kita. Nggak berlebihan
kan? Bahkan tulisan ini pun dibuat juga karena cinta kami pada kamu, sang calon
pemegang tongkat estafet dakwah di masa depan. Sungguh, betapa indah dan ringan
semua hal bila kita mendasarkannya karena cinta. Yakinlah ^_^