Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Minggu, 27 Februari 2011

Syukurnya Seorang Buta


Imam Bukhari (hadits no 3464) dan Muslim (hadits no 2964) meriwayatkan
dari Abu Hurairah bahwa Nabi shalallahu alaihi wa salam pernah bercerita:
”Dahulu ada tiga orang Bani Israil yang masing-masing menderita suatu
penyakit. Orang pertama diserang penyakit kudis disekujur tubuhnya, orang
kedua tidak memiliki sehelai rambut pun di kepalanya (botak) dan orang
ketiga menderita cacat pada matanya sehingga tidak bisa melihat (buta).
Allah ingin menguji mereka dengan mengutus malaikat-Nya.
Malaikatpun mendatangi orang pertama seraya bertanya: ”Apa yang paling
anda inginkan?” Jawabnya: ”Warna dan kulit yang indah serta hilangnya
seluruh cacat di tubuhku yang membuat manusia menjauhiku.” Malaikat lalu
mengusapnya sehingga segala cacat di kulitnya hilang dan berganti warna
kulit yang indah. Malaikat lalu bertanya lagi: ”Binatang (ternak) apa
yang anda inginkan?” Jawabnya: ”Unta…-atau sapi-” (perawi ragu).
Lantas diapun diberi unta yang sedang bunting dan malaikat berdoa:
”Semoga Allah memberkahimu dengan binatang itu.”.
Selanjutnya malaikat mendatangi orang yang botak dan bertanya: ”Apa yang
paling anda inginkan?” Jawabnya: ”Rambut yang indah serta hilangnya
seluruh cacat yang membuat manusia lari dariku.” Malaikat lalu
mengusapnya sehingga cacat di kepalanya hilang dan diberi rambut yang
indah. Malaikat lalu bertanya lagi: ”Binatang apa yang paling anda
inginkan?” Jawabnya: ”Sapi”. Lantas diapun diberi seekor sapi bunting
dan malaikat berdoa: ”Semoga Allah memberkahimu dengan binatang itu.”
Kemudian malaikat mendatangi orang ketiga (si buta) dengan pertanyaan yang
sama: ”Apakah sesuatu yang paling anda inginkan?” Jawabnya: ”Semoga
Allah menyembuhkan mataku hingga aku dapat melihat.” Malaikat lalu
mengusapnya sehingga dia dapat melihat. Malaikat lalu bertanya lagi:
”Binatang apa yang paling anda inginkan?” Jawabnya: ”Kambing”. Lantas
diapun diberi kambing bunting dan malaikat berdoa: ”Semoga Allah
memberkahimu dengan binatang itu.”
Waktu terus berputar, hari datang silih berganti, bulan terus berganti dan
tahun demi tahun pun berlalu. Ternak mereka makin berkembang biak dan
bertambah banyak, hingga masing-masing mempunyai sebuah lembah yang mereka
pergunakan untuk menggembala ternaknya masing-masing. Lembah unta, lembah
sapi, dan lembah kambing.
Tibalah saatnya bagi Allah untuk menguji mereka.
Malaikat kembali mendatangi orang pertama yang kini adalah orang kaya dan
tidak lagi berkudis. Malaikat tersebut datang dengan wujud dan keadaan
orang tersebut sebelum jadi kaya, yaitu seorang miskin lagi berkudis.
Kemudian mengatakan: ”Saya seorang miskin yang kehabisan bekal dalam
perjalanan, hari ini tiada yang dapat menolong diri saya kecuali Allah
kemudian tuan. Saya memohon kepada tuan yang telah dikaruniai kulit yang
indah untuk berkenan kiranya memberikan sedikit harta demi kelangsungan
perjalanan saya”. Si kudis menjawab: ”Tidak, kebutuhanku yang lain masih
banyak.” Malaikat berkata: ”Sepertinya dulu saya pernah mengenal tuan.
Bukankah dahulunya tuan adalah seorang yang berkudis lalu Allah sembuhkan?
Dan dahulu tuan adalah seorang fakir lalu Allah cukupkan?” Dia menjawab:
”Harta ini adalah warisan nenek moyang sejak dulu”. Kata Malaikat:
”Jikalau engkau dusta maka Allah akan merubah tuan seperti keadaan
semula”.
Berikutnya malaikat mendatangi orang kedua. Malaikat menyerupai wujudnya
ketika masih miskin dan botak dahulu seraya mengajukan permintaan yang
serupa dengan orang kedua tadi. Jawaban yang diperoleh pun tak berbeda
dengan jawaban orang pertama. Akhirnya malaikat berkata: ”Jikalau engkau
dusta, maka Allah akan merubah tuan seperti semula”.
Malaikat kemudian mendatangi orang ketiga dengan rupa seorang buta yang
miskin seraya mengatakan: ”Saya orang miskin yang kehabisan bekal dalam
perjalanan. hari ini tiada yang dapat menolong diri saya kecuali Allah,
kemudian tuan. Saya memohon kepada tuan yang telah disembuhkan oleh Allah
untuk berkenan kiranya memberi saya sedikit harta demi kelangsungan
perjalanan saya ini”. Jawab si buta: ”Dahulu aku adalah seorang buta,
kemudian Allah menyembuhkanku. Maka ambillah apa saja dan berapapun yang
anda mau dan tinggalkan yang anda tidak suka. Demi Allah, saya tidak
merasa keberatan bila anda mengambil sesuatu untuk Allah”. Malaikat
menjawab: ”Tahanlah hartamu, ambillah kembali. Sesungguhnya kalian sedang
diuji. Allah telah meridhoimu dan murka kepada saudaramu”.
Su Buta dengan ikhlas hati memberikan hartanya kepada malaikat tersebut
yang dalam pandangannya adalah seorang yang membutuhkan bantuan. Maka
Allah memberkahinya dan dia tetap memiliki hartanya. Berbeda halnya dengan
kedua rekannya terdahulu yang ternyata dia berubah menjadi seorang bakhil.
Setelah berubah menjadi orang kaya dan berharta, keduanya lupa akan
kewajibannya, yaitu bersyukur kepada Allah dan memberikan hak orang lain
yang juga membutuhkan uluran tangannya. Maka dikembalikanlah keadaan
mereka sebagaimana semula.
Dari kisah di atas kita dapat mengambil banyak hikmah dan pelajaran yang
sangat berharga. Di antaranya:
1. Iman akan adanya para malaikat yang diciptakan Allah dari cahaya.
2. Malaikat dapat menjelma seperti wujud bani Adam.
3. Wajibnya bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah.
4. Syukur nikmat merupakan sebab keridhaan Allah.
5. Penetapan sifat ”Ridho” dan ”Murka” bagi Allah sebagaimana aqidah
salaf.
6. Sifat bakhil dan dusta merupakan penyebab murka Allah subhanahu wa
ta’ala sebagaimana terjadi pada si kudis dan si botak.
7. Jujur dan dermawan merupakan sifat yagn mulia sebagaimana sifat si buta
di atas.
8. Harta yang sedikit tapi disyukuri itu lebih baik daripada banyak tapi
tidak disyukuri sebagaimana harta si buta yang hanya kambing dibanding
harta si kudis dan si botak yaitu unta dan sapi.
9. Keutamaan shadaqah dan belas kasih terhadap fakir miskin.
10. Pentingnya ilmu kisah karena lebih mendalam di hati manusia.


http://enkripsi.wordpress.com/2010/09/22/syukurnya-seorang-buta/