Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Senin, 15 November 2010

Buah dari Kejujuran dan Ketakwaan


Kisah indah percintaan seorang Tabi’in mulia, namanya Mubarak.

Dulu Mubarak adalah seorang budak. Tuannya memerdekakannya karena keluhuran pekerti dan kejujurannya. Setelah merdeka Mubarak bekerja sebagai penjaga kebun pada seorang kaya raya yang memiliki kebun delima yang cukup luas.

Suatu hari pemilik kebun itu memerintahkan Mubarak untuk memetikan buah delima yang manis dan masak.

Mubarak bergegas ke kebun untuk memetikan beberapa buah dan segera membawanya pada Tuannya. Majikannya mencoba delima itu satu per satu, namun tak satupun dari buah delima yang di petik oleh Mubarak terasa manis dan masak.

Pemilik kebun itu menjadi gusar dan berkata, “apakah kau tidak dapat membedakan mana yang masak dan belum masak, yang manis dan yang kecut?”

Mubarak berkata, “maafkan saya Tuan, saya sama sekali belum pernah merasakan delima. Bagaimana saya bisa merasakan yang manis dan yang kecut?”

Pemilik kebun marah karena merasa dipermainkan dan berkata, “sekian tahun kerja disini dan menjaga kebun delima yang luas dan telah berpuluh kali panen ini dan kau bilang belum pernah merasakan delima!”

Mubarak berkata, “Demi Allah Tuan, saya tidak pernah mencicipi satu butir buah delima pun. Bukankah Anda hanya memerintahkan saya menjaganya dan tidak memberi izin pada saya untuk mencicipinya?”




Pemilik kebun tersentak mendengar ucapan Mubarak, ia lalu pergi bertanya pada teman-teman dan tetangga di sekitaranya, tentang kebenaran ucapan Mubarak. Teman-teman dan tetangga nya mengakui kejujuran Mubarak.

Kejadian itu membuat hati sang pemilik kebun kagum dengan kejujuran Mubarak. Untuk meyakinkan dirinya, sekali lagi ia memanggil Mubarak dan meminta Mubarak memberikan alasan yang bisa ia terima.

Saat pertama kali aku datang untuk bekerja Tuan mengatakan tugas ku hanya menjaga, itu akadnya. Tuan tidak mengatakan aku boleh merasakan delima. Selama ini aku hanya menjaga agar perutku tidak dimasuki makanan yang syubhat apalagi haram. Meskipun delima itu jatuh ke tanah. Sebab itu bukan milik ku, tidak halal bagiku. Kecuali pemiliknya mengizinkan aku untuk memakannya.

Pemilik kebun sangat terharu mendengar jawaban Mubarak dan kemudian berkata, “Mubarak aku memiliki seorang anak perempuan. Menurutmu aku harus mengawinkan dengan siapa?”

Mubarak menjawab: ‘Orang-orang Yahudi mengawinkan anaknya dengan seseorang karena harta, Orang Nasrani karena keindahannya, Orang Arab karena nasab dan keturunannya. Sedangkan orang muslim mengawinkan anaknya pada seseorang karena Iman dan Takwanya. Anda tinggal memilih golongan yang mana? Dan kawinkanlah putrimu dengan orang yang kau anggap satu golongan dengan mu.’

Pemilik kebun berkata,’tak ada orang yang lebih bertakwa darimu.’

Akhirnya pemilik kebun itu mengawinkan putrinya yang cantik, cerdas, salehah dengan Mubarak
Dengan kejujuran dan ketakwaan Mubarak memperoleh nikmat yang agung dari Allah S.W.T. Ia hidup dalam Surga Cinta.

Subhanallah..? Sungguh-sungguh Maha Suci Engkau Ya Allah.
http://www.facebook.com/notes/renungan-dakwah-islam/buah-dari-kejujuran-dan-ketakwaan/113866998664206