Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah
menangis ketika melihat seorang anaknya pada hari raya dengan pakaian yang
usang.
Anaknya berkata, “Apa yang membuatmu
menangis, ya Amirul Mukminin?”
Umar menjawab, “Putraku, aku takut
hatimu bersedih pada hari raya ini. Kamu melihat anak-anak yang lain memakai
baju bagus, tetapi kamu memakai baju seperti ini.”
Anaknya berkata, “Ya Amirul
Mukminin, yang patut bersedih adalah orang yang tidak memperoleh ridha Allah
atau dia durhaka kepada ibu-bapaknya. Dan aku berharap Allah meridhaiku dangan
ridhamu.”
Umar menangis. Dia memeluk dan
mencium kening anaknya. Dia mendoakannya dengan kebaikan dan keberkahan. Maka
dia termasuk orang terkaya sesudah bapaknya.
Sumber: Makarimul Akhlaq
Terdapat banyak ayat yang
mendudukkan ridha orang tua setelah ridha Allah dan keutamaan berbakti kepada
orang tua adalah sesudah keutamaan beriman kepada Allah. Allah berfirman yang
artinya, “Dan Kami perintahkan kepada manusia kepada dua orang
ibu-bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS.
Lukman: 14). Lihat pula QS. Al-Isra 23-24, an-Nisa 36, Al-An’am 151, Al-Ankabut
08.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
waikhfidh lahumaa janaaha aldzdzulli
mina alrrahmati waqul rabbi irhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraan
Artinya:
"Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil".
(QS. Al-Israa' [17] : 24)
Diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud ia
berkata:
سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم أي
العمل أحب إلى رسول الله ؟ قال الصلاة على وقتها قلت ثم أي؟ قال بر الوالدين
Artinya:
Saya bertanya kepada Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wa sallam,
"Amal yang manakah yang paling
dicintai Allah dan Rasul Nya?".
Rasulullah menjawab: "Melakukan
salat pada waktunya".
Saya bertanya: "Kemudian amal
yang mana lagi?"
Rasulullah menjawab: "Berbuat
baik kepada kedua ibu bapak."
(H.R. Ibnu Mas'ud).
Di dalam ayat yang ditafsirkan di
atas tidak diterangkan siapakah yang harus didahulukan mendapat kebaktian
antara kedua ibu bapak. Akan tetapi dalam hadis dijelaskan bahwa berbakti
kepada ibu didahulukan dari pada berbakti kepada bapak, seperti dariwayatkan
dalam sahih Bukhari dan Muslim:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل
من أحواج الناس بحسن صحابتي؟ قال أمك. قال ثم من؟ قال أمك، قال ثم من؟ قال أمك قال
ثم من؟ قال أبوك
Artinya:
Bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi
Wa sallam ditanya: "Siapakah yang paling berhak mendapat pergaulan yang
paling baik dari padaku?". Rasulullah menjawab: "Ibumu". Orang
itu bertanya: "Siapa lagi?". Rasulullah menjawab: "Ibumu".
Orang itu bertanya lagi: "Siapa lagi". Rasulullah menjawab:
"Ibumu". Orang itu bertanya lagi: "siapa lagi". Rasulullah
menjawab: "Ayahmu".
(H.R. Bukhari dan Muslim).
Kebaktian kepada kedua orang tua,
tidaklah dicukupkan pada saat mereka masih hidup, akan tetapi kebaktian itu
haruslah diteruskan meskipun kedua ibu bapak itu sudah meninggal dunia, sedang
caranya disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah:
روى أحمد عن أنس بن مالك أنه قال: أتى
رجل من بني تميم إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله إني ذو مال
كثير وذو ولد وحاضرة فأخبرني كيف أنفق وكيف أصنع؟ فقال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: تخرج الزكاة من مالك إن كان فإنها طهرة تطهرك وتصل أقرباءك وتعرف حق السائل
والجار والمسكين. فقال يا رسول الله؟: أقلل لي: فقال فأت ذا القربى حقه والمسكين
وابن السبيل ولا تبذر تبذيرا. فقال : حسبي يا رسول الله إذا أديت الزكاة إلى رسولك
فقد برئت منها إلى الله ورسوله فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: نعم إذا أديتها
إلى رسولي فقد برئت منها ولك أجرها وإثمها على من بدل لها
Artinya:
Diriwayatkan dari Imam Ahmad dan
Anas bin Malik bahwa ia berkata:
"Datang seorang laki-laki dari
Bani Tamim kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam seraya berkata:
"Hai Rasulullah! Saya adalah
seorang yang berharta dan banyak keluarga, banyak anak serta banyak tamu yang
selalu hadir, maka terangkanlah kepadaku bagaimana saya harus membelanjakan
harta, dan bagaimana saya harus berbuat".
Maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi
Wa sallam bersabda:
"Hendaklah kamu mengeluarkan
zakat dari hartamu jika kamu mempunyai harta, karena sesungguhnya zakat itu
menyucikan harta dan menyucikan kamu peliharalah silaturahmi dengan kaum
kerabatmu, dan hendaklah kamu ketahui hak orang yang meminta pertolongan, hak
tetangga dan hak orang miskin.
Kemudian lelaki itu berkata:
"Hai Rasulullah! Dapatkah engkau mengurangi kewajiban itu kepadaku".
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa
sallam membacakan:
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ
وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
(Berikanlah kepada karib kerabat
haknya, orang miskin dan Ibnu Sabil dan janganlah mubazir).
Sesudah itu lelaki itu berkata:
"Cukupkah bagiku hai
Rasulullah, apabila aku telah menunaikan zakat kepada amil zakatmu, lalu aku
telah bebas dari pada kewajiban zakat yang harus dibayarkan kepada Allah dan
Rasul-Nya, lalu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:
"Ya, apabila engkau telah
membayar zakat itu kepada amilku, engkau telah bebas dari kewajiban itu dan
engkau akan menerima pahalanya, dan orang yang menggantikannya dengan yang lain
akan berdosa".
Di samping itu diterangkan pula
dalam hadits yang lain:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل
: هل بقي من بر أبوي شيئ أبرهما بعد موتهما؟ قال نعم، حصال أربع: الدعاء
والإستغفار لهما والوفاء بعهدهما وإكرام صديقهما وصلة الرحم التي لا رحم لك إلا من
قبلهما، فهذا الذي بقي عليك من برهما بعد موتهما
Artinya:
Bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi
Wa sallam ditanya:
"Masih adakah kebaktian kepada
kedua orang tuaku, setelah mereka meninggal dunia?.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa
sallam menjawab:
"Ya, masih ada empat perkara,
mendoakan ibu bapak itu kepada Allah dan memintakan ampun bagi mereka,
menunaikan janji mereka, menghormati teman-teman mereka serta menghubungkan
tali persaudaraan dengan orang-orang yang tidak mempunyai hubungan keluarga
dengan kamu kecuali dari pihak mereka. Maka inilah kebaktian yang masih tinggal
yang harus kamu tunaikan, sebagai kebaktian kepada mereka setelah mereka
meninggal dunia".
(HR. Ibnu Majah)