Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Jumat, 25 Februari 2011

Sebuah RENUNGAN


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================
Setelah Qiyammul lail tadi malam…, ditengah keheningan malam…coba diri ini merenung…tentang :

1. Kepala kita!
Apakah ia sudah kita tundukkan, rukukkan dan sujudkan dengan segenap kepasrahan seorang hamba yang tiada daya di hadapan Allah Yang Maha Perkasa, atau ia tetap tengadah dengan segenap keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan seorang manusia?

2. Mata kita!
Apakah ia sudah kita gunakan untuk menatap keindahan dan keagungan ciptaan-ciptaan Allah Yang Maha Kuasa, atau kita gunakan untuk melihat segala pemandangan dan kemaksiatan yang dilarang?

3. Telinga Kita!
Apakah ia sudah kita gunakan untuk mendengarkan suara adzan, bacaan Al Qur’an, seruan kebaikan, atau kita gunakan utk mendengarkan suara-suara yang sia-sia tiada bermakna?

4. Hidung Kita!
Apakah sudah kita gunakan untuk mencium sajadah yang terhampar di tempat sholat, mencium anak-anak tercinta serta mencium kepala anak-anak yatim piatu yang sangat kehilangan kedua orangtuanya dan sangat mendambakan cinta bunda dan ayahnya?

5. Mulut kita!
Apakah sudah kita gunakan untuk mengatakan kebenaran dan kebaikan, nasehat-nasehat bermanfaat serta kata-kata bermakna atau kita gunakan untuk mengatakan kata-kata tak berguna dan berbisa, mengeluarkan tahafaul lisan alias penyakit lisan seperti: bergibah, memfitnah, mengadu domba, berdusta bahkan menyakiti hati sesama?

6. Tangan Kita!
Apakah sudah kita gunakan utk bersedekah kepada dhuafa, membantu sesama yang kena musibah, membantu sesama yang butuh bantuan, mencipta karya yang berguna bagi ummat atau kita gunakan untuk mencuri, korupsi, menzalimi orang lain serta merampas hak-hak serta harta orang yang tak berdaya?

7. Kaki Kita!
Apakah sudah kita gunakan untuk melangkah ke tempat ibadah, ke tempat menuntut ilmu bermanfaat, ke tempat-tempat pengajian yang kian mendekatkan perasaan kepada Allah Yang Maha Penyayang atau kita gunakan untuk melangkah ke tempat maksiat dan kejahatan?

8. Dada Kita!
Apakah didalamnya tersimpan perasaan yang lapang, sabar, tawakal dan keikhlasan serta perasaan selalu bersyukur kepada Allah Yang Maha Bijaksana, atau di dalamnya tertanam ladang jiwa yang tumbuh subur daun-daun takabur, biji-biji bakhil, benih iri hati dan dengki serta pepohonan berbuah riya?

9. Perut kita!
Apakah didalamnya diisi oleh makanan halal dan makanan yang diperoleh dengan cara yang halal sehingga semua terasa nikmat dan barokah. Atau didalamnya diisi oleh makanan yang diperoleh dengan cara yang tidak halal, dengan segala ketamakan dan kerakusan kita?

10. Diri kita!
Apakah kita sering tafakur, tadabur, dan selalu bersyukur atas karunia yang kita terima dari Allah Yang Maha Perkasa?

Hatim Al-Asham Rahimahullah berkata; Barangsiapa yg hatinya tidak mengingat empat bahaya, maka dia akan tertipu dan tidak ada harapan untuk bisa sembuh:

Pertama: Bahaya hari pengambilan sumpah ketika Allah Ta’Ala berfirman ( dalam hadist Qudsi ): “ Mereka di surga dan AKU tidak mempedulikannya, mereka di neraka dan AKU pun tidak mempedulikannya. Sementara dia tidak mengetahui di golongan manakah dia akan berada?”
Kedua: Ketika diciptakan dalam kegelapan yang tiga: Malaikat diseru untuk menuliskan kesengsaraan dan kebahagiaan, dan dia tidak tahu apakah dari golongan yg celaka ataukah dari golongan yg bahagia?
Ketiga:  Disebutkan kedahsyatan Hari Kebangkitan, sementara dia tidak tahu apakah diberi kabar gembira dengan keridhoan Allah atau dengan murkaNya?
Keempat: Pada hari manusia bangkit dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, sedangkan dia tidak mengetahui jalan mana yg harus ditempuhnya?
Wahai manusia..
Jadilah kamu merasa diawasi oleh Dzat yang kamu tidak bisa bersembunyi dariNya !
Persembahkan syukurmu kepada yang membantumu dengan nikmat-nikmatNya !
Jadikanlah tangismu sesuai dengan yang hilang darimu !

Barakallahufikum..jabat erat dan salam hangat
wassalamualiakum


http://www.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-ifta-istiany-notes/sebuah-renungan/192115184150470