Seekor anak kura-kura memanjat
tebing dengan tergopoh-gopoh. Begitu sampai di atas ia loncat sambil
mengepak-kepakkan kedua kaki depannya.
Ia jatuh terjungkir dan
menggelinding ke bawah.
Tak lama kemudian ia kembali naik ke
atas dan loncat dan jatuh lagi sampai berkali-kali.
Sepasang burung melihat perilaku
kura-kura kecil dengan hati yang pilu.
Lalu si burung betina berkata pada
burung jantan, suaminya;
"Sayang, rasanya kini saat yang
tepat untuk mengatakan pada kura-kura mungil kita bahwa ia adalah anak
adopsi."
Humor dan hikmah:
Meniru atau imitasi adalah proses
paling penting dalam pertumbuhan anak bahkan pertumbuhan manusia.
Setiap anak selalu tanpa sadar
mengimitasi apapun yang dilakukan orang tua.
Itu adalah salah satu naluri mahluk
hidup.
Kura-kura anak adopsi tadi hanya
melihat apa yang dilakukan ayah ibu angkatnya dari kelompok burung, ia kira ia
bisa terbang hanya dengan menggerakkan kaki depannya sebagaimana ayah ibu
angkatnya seekor burung.
Ada orang tua yang matanya hanya
melihat layar handphobe, Blackberry atau komputer ketika bicara dengan
anak-anak mereka. Hasilnya anak merasa tidak penting dan merasa tidak perlu
menghormati orang lain karena ia sendiri tidak merasa dihormati.
Anak-anak mungkin merasa tidak perlu
sholat karena ayah ibunya juga tidak sholat.
Anak-anak merasa merokok sah-sah
saja karena ayah atau ibunya merokok.
Sebenarnya proses imitasi ini tetap
berjalan sekalipun kita dewasa.
Para karyawan kerja malas-malasan
kalau bos kerja seenaknya.
Mereka ikut sering telat kalau
atasan juga sering telat.
Ada pegawai yang korupsi karena
meniru perilaku teman kerjanya.
Karena itu jaga sikap, karena bisa
jadi kita diikuti orang.
Kalau mereka ikut yang baik gak
masalah, tapi kalau mereka ikut perilaku buruk, itu bisa jadi masalah.
Antusiasme itu menular!
Begitu juga pesimisme.