Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Jumat, 24 Desember 2010

(Ordinary Mom) Ibu,Lagu Rindu yang Selalu Terulang


Setiap menjelang tidur,sejak dulu,yang selalu melintas dalam benakku,adalah wajah teduh Ibuku. Masih terngiang jelas di telingaku,bisikan lembut itu. Bisikan yang menuntun bibir kecilku menguntai beberapa kalimat doa menjelang kupejamkan mataku.
Gema yang telah lewat lebih dari 22 tahun,masih saja berdengung indah dalam ingatanku. Suara syahdu ibuku yang selalu mendampingiku tiap kali aku akan tidur, mulai pertama kali aku mampu mengingat dan dengan cedal menirukan suara dari gerak bibir beliau.
"Robbigh firli waliwalidayya,warhamhuma kamaa Robbayani shoghiro".. doa pertama yang diajarkan ibuku padaku



"Ayo Nak,tirukan Umi', Robbana atina fid dun-ya hasanah,wa fil akhiroti hasanah,wa qina adzaban nar", aku pun dengan ceria menirukan ibuku.
"Robbisy-rohli shodri,wa yassirli amri wahlul uqdatan min lisaani,yafqohu qouli" aku melanjutkan sendiri doa ketiga,dan ibuku memujiku,"MasyaAllah,pinter",seraya tersenyum.
"Rodhitu Billahi Robba,wa bil islami diina wa bi Muhammadin Nabiyyan wa Rosula".. Eh,eh Umi',ceritakan Nabi Muhammad dong? Pintaku, "udah,besok saja,udah malam,tidur dulu",kata Ibuku sembari mengelus-elus punggungku..
Dan selalu,sebelum akhir aku memejamkan mataku cepat-cepat,sambil memeluk erat gulingku,bersama Ibu,aku baca doa tidur, "Bismikallahumma inni ahya wa amut".. Lantas aku rasakan ada kecupan lembut di pipi dan keningku..
Kuingat indah selalu memory masa kecilku itu. Itu yang kini selalu kurindukan setiap malamku. Tak akan kulupa pula,entah dengan tatacara apa,pelan-pelan setiap hari,dengan penuh kesabaran,beliau mendikteku satu-satu ayat-ayat pendek dalam al-Qur'an,sambil aku sibuk dengan mobil-mobilanku. Hingga tanpa terasa,usia 4 tahun aku hafal Juz Amma.. Ibuku sendiri yang telaten mendidikku.
Aku pun tak lupa,tiap usai mandi sore,sambil mendandaniku,mengoleskan Nivea di tangan dan kakiku,ibuku mengajakku bermain berhitung, "one,two,three,four.." dan aku kecil,dengan cerewet meneruskan sampai "one hundred" yang selalu kuakhiri dengan berteriak dan tepuk tangan ibuku sembari mengulas senyum indahnya padaku.
Waktu pun berjalan,aku mulai masuk sekolah,dan aku tak banyak lagi bersama ibuku,kecuali beliau mengawasiku. Sesekali menemaniku belajar. Sebab beliaupun juga sibuk merawat adik-adikku, dan seabreg kegiatan rumah tangga yang lain.
Namun kasih sayangnya tetap mengalir untukku,beliau lah pelindung utamaku tiap aku dimarahi ayahku. Beliau pula yang menghibur dan meredakan tangisku tiap aku terisak usai dibentak ayahku gara-gara kenakalan masa kecilku.
Hingga sampai beberapa tahun kemudian,di suatu sore,saat aku usai lulus SMP. Ayahku memanggilku,menanyakan keinginanku hendak melanjutkan studi ke mana,dan kujawab sesuai keinginan dan rencana yang tersusun di benakku,sambil menyebut nama universitas terkenal di Yaman.
Tetapi ayahku memberiku ide dan tawaran lain,beliau bilang, "Bagaimana jika kamu belajar Nahwu (1) denganku,dan menghafal Qur'an pada Umi'mu,lalu nanti aku antar kamu ke Makkah?" entah seketika itu saja aku setuju dengan tawaran ayahku.


Sejak itu,aku kembali lagi pada didikan ibuku. Tiap hari,menjelang ashar,aku menghafal lembar demi lembar kitab suci al-Qur'an pada Ibuku,dan tiap usai hafalan,beliau pasti memberiku cerita-cerita kehidupan sembari menunggu adzan ashar berkumandang.
Tak terasa 3 tahun aku dalam didikan ibuku,sampai pada suatu maghrib di September 2001,kala dengan kepala tertunduk,aku mengulang kembali hafalan juz Amma-ku pada Ibuku. Setelah lewat 14 tahun ibuku tak lagi menyimakku usai aku hafal di usiaku yang ke empat.
Dan tepat beberapa menit menjelang isya',selesai sudah masa pendidikan ibuku padaku,ya,atas anugerah Allah,aku sukses menghafal al-Qur'an seluruhnya di tangan ibuku. Aku masih tak lupa sengguk tangisku saat itu di pangkuan ibuku,dan beliau memelukku dengan penuh kasih sayang,mencium kedua pipiku, "Umi',terima kasih Umi',Awy' bisa balas apa Umi'",itu kalimat yang terbata-bata keluar dari bibirku.
Ibu, segalanya bagiku
Ibu, lagu rindu yang tak akan pernah terputus.
Ibu, nada indah yang selalu terulang-ulang
Ibu, doa kehidupan yang terus tersambung
Ibu, sinar mentari pagi nan hangat
Ibu... Ibu... Ibu....
Sejenak menjelang beliau melepasku merantau berpetualang mencari ilmu ke Makkah,dengan senyum di antara tangis bangganya,beliau berbisik padaku, "jangan pulang sebelum tumbuh jenggot di dagumu". Isyarat nyata,bahwa aku harus rajin-rajin belajar,agar menjadi Laki-laki pejuang sebagaimana harapannya...
Umi',doamu selalu ananda harap,doamu di sepertiga malammu,saat engkau bermunajat pada Allah Rabbul Izzati wal Jalal
Semoga Allah menjagamu selalu,memanjangkan usiamu dalam nuansa keberkahan.. Umi'ku... Amin ya Rabbal Alamin :)


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/ordinary-mom-ibulagu-rindu-yang-selalu-terulang/10150105259201042