Suatu waktu Ibnu Umar
Radhiya Allahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam,
"Apa yang menjauhkanku
dari murka Allah Azza Wa Jalla?"
Rasul langsung menjawab,
"Jangan marah!."
Marah, menurut Imam
Al-Ghazali, dalam bukunya yang terkenal, Ihya Ulumuddin, pada hakikatnya
merupakan gejolak hati yang mendorong agresifitas. Energi marah ini meledak
untuk mencegah timbulnya hal-hal negatif juga untuk melegakan jiwa dan sebagai
pembalasan akibat hal-hal negatif yang telah menimpa seseorang.
Sering kita dengar orang
lain berkata, “pokoknya gue harus ngomelin die…biar lega nih ati!”, atau “kalo
gak dilabrak, manalah tenang.
Harus gue labrak dan gue
gampar tuh orang!”, dan kalimat senada lainnya, yang terkesan amat sangat
marah.
Betul bahwa marah itu
manusiawi, semua orang pernah marah. Namun kita bisa bertaubat saat ini juga
untuk mengubah kebiasaan marah agar lebih bernilai positif.
Jangan sampai syetan tertawa
gembira melihat kita saat marah makin menjadi, lalu tertumpahlah darah,
terputuslah persaudaraan, atau hancurlah berbagai fasilitas, yang paling
dirugikan tentunya diri kita sendiri. Siapa yang puas ? (jelas Syaithan
jawabannya).
"Mengekang hawa nafsu
ketika terjadi kemarahan akan membuat aman dari terjadinya kerusakan."
(Ali bin Abi Thalib
Radhiyallahu 'Anhu).
"Marah adalah nyala api
dari neraka. Seseorang pada saat marah,mempunyai kaitan erat dengan penghuni
mutlak kehidupan neraka, yaitu syetan saat ia mengatakan, Saya lebih baik
darinya (Adam); Engkau ciptakan saya dari api sedangkan dia Engkau ciptakan
dari tanah.Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al-Qur'an;
(Qaala maa mana'aka allaa
tasjuda idz amartuka qaala anaa khayrun minhu khalaqtanii min naarin
wakhalaqtahu min thiinin)
Artinya:
Allah berfirman: "Apakah yang
menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?"
Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api
sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
(QS. Al-A'raf [7] : 12).
Tabiat tanah adalah diam dan tenang, sementara
tabiatapi adalah bergejolak, menyala, bergerak, dan berguncang."
Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wa sallam bersabda (yang artinya):
“Sesungguhnya marah itu bara
api yang dapat membakar lambung anak adam. Ingatlah bahwa sebaikbaik orang
adalah orang yang melambatkan (menahan) amarah dan mempercepat keridhaan, dan
sejelek-jelek orang adalah orang yang mempercepat amarah dan dan melambatkan
ridha”
(HR. Ahmad dari Abu Sa’ id
al-Khudriy).
Kemarahan yang mempunyai
tingkat ekstrim rendah ini ditandai dengan ketidak mampuan seseorang untuk
marah, pun disaat yang sebenarnya mengharuskan orang tersebut marah. Seperti
saat menghadapi kemungkaran dan musuh-musuh Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman:
(Muhammadun rasuulu allaahi
waalladziina ma'ahu asyiddaau 'alaa alkuffaari ruhamaau baynahum taraahum
rukka'an sujjadan yabtaghuuna fadhlan mina allaahi waridhwaanan siimaahum fii
wujuuhihim min atsari alssujuudi dzaalika matsaluhum fii alttawraati
wamatsaluhum fii al-injiili kazar'in akhraja syath-ahu faaazarahu faistaghlazha
faistawaa 'alaa suuqihi yu'jibu alzzurraa'a liyaghiizha bihimu alkuffaara
wa'ada allaahu alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati minhum maghfiratan
wa-ajran 'azhiimaan)
Artinya:
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud [*]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia
dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.
[*] Maksudnya: pada air muka
mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka.
(QS. Al-Fat'h [48 : 29).
(Yaa ayyuhaa alnnabiyyu
jaahidi alkuffaara waalmunaafiqiina waughluzh 'alayhim wama'waahum jahannamu
wabi'sa almashiiru)
Artinya:
"Hai Nabi, berjihadlah
(melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah
terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali
yang seburuk-buruknya."
(QS. At-Taubah [9] ; 73).
Aisyah Radhiyallahu ‘anha
berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘‘Alaihi wa Sallam tidak pernah marah jika
disakiti. Tetapi jika hukum Allah dilanggar, maka beliau akan marah karena
Allah.”
{HR. Muslim (6195) &
Ahmad (25200)}.
Meluapkan kemarahan apalagi
yang berlebihan, merupakan salah satu ekspresi memanjakan ego yang cenderung
bersifat negatif, atau dalam Al-Qur’an sering disebut dengan nafsu amarah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman:
(Wamaa ubarri-u nafsii inna
alnnafsa la-ammaaratun bialssuu-i illaa maa rahima rabbii inna rabbii ghafuurun
rahiimun)
Artinya:
" Dan aku tidak
membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang."
(QS. Yusuf [12] : 53)
Kita sering beranggapan
bahwa dengan meluapkan kemarahan, kita akan melegakan kemarahan, padahal
sebenarnya yang terjadi sering kali membuat orang yang bersangkutan tidak dapat
mengontrol dirinya.
Wallahu'alam bishawab.
Ada beberapa kiat untuk
mengendalikan amarah, antara lain adalah:
Memaafkan, sikap lembut dan
tegar dengan mengharap ridha dan balasan baik dari Allah."
Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman dalam Al-Qur'an:
( khudzi al'afwa wa/mur
bial'urfi wa-a'ridh 'ani aljaahiliina
Artinya:
Jadilah engkau pema'af dan
suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh.
(QS. Al-'A'raf [7]:199).
( Alladziina yunfiquuna fii
alssarraa-i waaldhdharraa-i waalkaatsimiina alghayzha waal'aafiina 'ani
alnnaasi waallaahu yuhibbu almuhsiniina).
Artinya:
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan."
(QS. Ali Imran [3] :134).
Mengingat qishas di akhirat,
jika kita melampiaskan kemarahan. Riwayat Abu Ya’la ketika merasa kesal dengan
Washif yang lambat melaksanakan tugas. Rasulullah menegurnya secara bijak
seraya berkata, ” Kalaulah tidak mencemaskan pembalasan di akhirat, niscaya aku
beri engkau pelajaran”
· Mengingat pesan Rasulullah
dalam hadits Abu Dawud, ” Duduk ketika sedang berdiri, tiduran ketika sedang
duduk, jika masih marah, berwudhu atau mandilah dengan air dingin”
· Memikirkan kembali dengan
tenang, tentang faktor yang menjadi pemicu marah, apakah memang sepatutnya disikapi
dengan marah atau tidak.
· Tersenyum. Cobalah
bercermm saat kita marah, dan lihatlah betapa jeleknya kita ketika marah dan
tersenyumlah, percaya atau tidak, kemarahan yang kita rasakan akan sirna
perlahan-lahan.
· Positif thinking
(husnudzon) dan mencoba memahami alasan sikap dan prilaku orang lain.
· Berlatih menunda amarah,
dengan tidak mealampiaskan marah secara spontan dan refleks
· Coba dekatkan diri secara
fisik kepada seseorang yang kita cintai disaat kita marah untuk menetralisir
kemarahan. Misalnya dengan menggenggam tangannya. Kiat ini juga bisa kita
gunakan untuk meredam kemarahan orang yang kita cintai pada kita.
· Diam dan dengarkan
· Ungkapkan kemarahan dengan
tulisan.
· Komunikasi dan proaktif.
Jangan harap orang lain dapat membaca fikiran kita atau mengetahui apa yang
kita inginkan
· Membaca taawwudz seraya
berdoa kepada Allah agar terhindar dari provokasi syetan dan jebakan fitnah
yang menyesatkan.
” Allahumma Rabban Nabi
Muhammad, ighfirlii dzambi wa adzbib ghaiddha qoIbii wa ajimii min mudhilatil
fitan”.
Ungkapkanlah kekesalan kita
dengan tetap mengendalikan diri. Orang yang kuat menurut Islam bukanlah orang
yang menakutkan ketika marah, melainkan orang yang mampu mengendalikan diri
ketika marah sebagaimana hadits Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairoh,
” Bukanlah disebut kuat
orang yang pandai bergulat. Sesungguhnya orang yang kuat adalah orang yang
dapat menahan dirinya ketika ia marah”
Akhirnya, mari kita
tingkatkan terus keimanan kita kepada Allah dengan mendekatkan diri pada-Nya.
Karena letak iman berada di hati sedangkan hati bersifat tidak tetap, maka
selain itu jangan pula kita pernah lupa untuk terus memanjatkan doa pada Allah
Ta’ala, karena setiap tindakan/usaha tanpa dibarengi doa adalah ketakaburan dan
sebaliknya doa tanpa dibarengi dengan usaha adalah kemalasan (Allah tidak akan
mengubah keadaan seseorang kecuali orang itu yang mengubah dirinya dengan
berusaha).
Doa adalah usaha dan usaha
adalah doa. Keduanya tak dapat dipisahkan dalam suatu pencapaian yang besar.
“Ya Lathif, lembutkanlah
hati kami, sehingga menjadi lembut pula setiap tindakan yang kami lakukan. Lembutkanla
hati kami untuk mudah menerima setiap ketetapan-Mu, lembutkanlah hati kami
untuk mudah menerima segala perintah-Mu,
sehinggga ia dapat kami
jadikan sebagai penerang dalam hidup, sebagai pembimbing dalam langkah kami.
Ya Lathif, lembutkanlah hati
kami, agar kami dapat memahami dan menjalani takdirmu dengan keikhlasan dan
kelapangan Karena tiada yang dapat membuatnya menjadi lapang selain Engkau
wahai menguasa jagad.
Ya Ghofar, ampunilah segala
dosa kami dan kedua orang tua kami, ampunilah segala kehilafan dan kemarahan
yang pernah kami lakukan, kemarahan yang pernah kami luapkan pada kedua orang
tua kami, kemarahan yang pernah kami luapkan pada suami kami, anak-anak tak
berdosa kami, teman-teman kami, tetangga-tetangga kami, guru-guru kami, murid-murid
kami dan yang lainnya.
Ya Shabur, berikanlah
kesabaran pada kami dalam menghadapi setiap cobaan yang engkau berikan,
sehingga tidak ada kemarahan dalam menghadapi cobaan tersebut.
Ya Muqalibal Qulub,
tetapkanlah hati kami, tetapkan ia untuk tetap komitmen dalam ikatanMu,
tetapkan ia untuk terus mencari ridhaMu, sehingga setiap detik dari waktu yang
kami lalui, setiap desah dari nafas yang terbuang, setiap tapak dari jalan yang
kami susuri adalah ladang amal kebaikan, tetapkanlah hati kami, tetapkanlah ia
pada jalan yang telah kau gariskan, tetapkanlah ia berpegang pada Qur’an dan
SunahMu, sehingga kami tidak akan sesat pada jalan yang salah. Bersihkanlah ia
dari penyakit-penyakit yang akan menggerogoti keimanan kam
Ya Lathif, Ya Ghofar, Ya
Shobur, Ya Muqolibal qulub, Aamiin Yaa rabbal `Aalamiin.
Do'a menghilangkan rasa
marah:
A’uzubillahi minasy
syaitanir rajimi. Allahummagfirli zanbi wazhab gaiza qalbi wa ajirni minasy
syaitanir rajimi.
Artinya: “Aku berlindung
kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk. Ya Allah, ampunilah dosaku dan
hilangkanlah kepanasan hatiku dan lepaskanlah aku dari gangguan syetan yang
terkutuk.”
Do'a menghadapi orang yang
sedang marah:
La ilaha illallahul halimul
hakimu, subhanallahi rabbus samawatis sab’a wa rabbul ‘arsyil ‘azimi, la ilaha
illa anta ‘azza jaruka wa jalla sana’uka.
Artinya: “Tiada Tuhan
melainkan Allah yang Maha Kasih Yang lagi Maha Bijaksana, Maha suci Allah Tuhan
yang memelihara tujuh langit dan yang memelihara ‘arsy yang besar tiada Tuhan
melainkan Engkau, sangat kuat perlindungan-Mu dan Maha tinggi perlindungan-Mu.”
Do'a menjauhkan permusuhan:
Allahumma la tusymit bi
‘adwwi wa la tasu’ubi sadiqi wa la taj’al musibati fi dini wa la taj’alid dunya
akbara hami wa la tusallit ‘alayya man la yarhamuni ya hayyu ya qayyumu.
Artinya: “Ya Allah,
janganlah jadikan musuhku gembira karena kesusahanku, dan janganlah jadikan
temanku membuat kejahatan terhadapku dan janganlah jadikan kemalanganku dalam
urusan agamaku dan janganlah jadikan kepentingan dunia menjadi pusat
perhatianku dan janganlah jadikan orang yang tidak berbelas kasihan ber maha
raja lela atasku, wahai Tuhan yang hidup yang berdiri sendiri.”
Mari kita bershalawat yuk!?
~>(Shalawat Tafrijiyah)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allahumma shalli shalatan
kaamilataw wassalim salaaman taamman ‘alaa sayyidinaa muhaamadinil ladzii
tanhallu bihil uqadu watanfariju bihil kurabu watuqdhaa bihil hawaa iju
watunaalu bihirragaa ibu wahusnul khawaatimi wayustasqalgamaamu biwajhihil
kariimi wa ‘alaa aalihi washashbihi fii kulli lamhatiw bi’ adadi kulli
ma’luumillak
Artinya :
Yaa Tuhan kami, limpahkanlah
kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna atas junjungan kami Nabi Muhammad
Shalallahu 'Alaihi Wa sallam
Semoga terurai dengan
berkahnya segala macam buhulan dilepaskan dari segala macam kesusahan,
ditunaikan segala macam hajat, tercapai segala macam keinginan dan husnul
khatimah (saat akhir hayat yang baik), dicurahkan air hujan (rahmat) dengan
berkah pribadinya yang mulia.
Kesejahteraan dan
keselamatan yang sempurna itu semoga juga Engkau limpahkan atas para keluarga
dan sahabatnya setiap kedipan mata dan hembusan nafas, bahkan sebanyak
pengetahuan Engkau Yaa Tuhan kami.
آمِّينَ يَرَبَّلْ علَمِّينْ
"Barang siapa yang
tidak tergetar dengan sesuatu yang timbul di dalam hatinya, kelak jika ajalnya
telah dekat ia akan tetap berada dalam kelalaian, kehilangan semangat dan
selalu menunda-nunda yang disertai penyesalan atas apa yang terlewatkan hingga
kematian menjemputnya."
(Al-Imam Muhammad
Al-Ghazali).