Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Kamis, 13 Januari 2011

MENCINTAI Rasullaloh


Rasulullah


Rasulullah dalam mengenangmu
Kami susuri lembaran sirahmu
Pahit getir perjuanganmu
Membawa cahaya kebenaran

Engkau taburkan pengorbananmu
Untuk ummat mu yang tercinta
Biar terpaksa tempuh derita
Cekalnya hatimu menempuh ranjaunya

Tak terjangkau tinggi pekertimu
Tidak tergambar indahnya akhlak mu
Tidak terbalas segala jasa mu
Sesungguhnya engkau rasul mulia

Tabahnya hatimu menempuh dugaan
Mengajar erti kesabaran
Menjulang panji kemenangan
Terukir nama mu di dalam Al Quran

Rasulullah kami ummatmu


Walau tak pernah melihat wajah mu
Kami cuba mengingatimu
Dan kami cuba mengamalsunnah mu

Kami sambung perjuanganmu
Walau kami dicaci dihina
Tapi kami tak pernah kecewa
Allah dan rasul sebagai pembela

Bila mengingat nasyid ini tumbuh kerinduan dan kecintaanku kepada Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa Sallam.
Bagaimanakah kita seharusnya mencintai Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa Sallam?
Marilah kita kaji bersama berdasarkan materi yang disampaikan Ustadzah Septiana di Kajian Muslimah Online, Senin, 15 Jan 2007.
Mengenai CINTA Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan batasan:
Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara , isteri-isteri,kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) jalan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS: At-Taubah: 24)
Cinta adalah sebuah ungkapan yang sangat indah dalam kehidupan manusia, dengan cinta manusia bisa sengsara dan dengan cinta pula manusia bisa bahagia, bahkan surga bisa diraih dengan cinta, yaitu cinta yang hakiki kepada manusia terpilih Muhammad Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam.
Cinta kepada Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dengan sebenar-benarnya cinta, merupakan pondasi aqidah seorang muslim. Kita bisa mencontoh bentuk-bentuk cinta yang benar dan membuahkan hasil di dunia maupun di akhirat dari generasi As- Salafus Shalih.


Kita bisa menelusuri jejak mereka dalam bercinta dengan kekasih mulia Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, bagaimana mereka mengorbankan jiwa, harta, anak, oranga tua dan asegala apa yang dimilikinya.
Banyak orang yang mengaku cinta Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam tetapi mereka tidak tahu hakekatnya, bentuk serta konsekuensi dari cinta tersebut. Padahal semua itu telah dicontokan oleh generasi terbaik, seharusnya manusia yang ingin mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirat harus mencontoh mereka.
Para sahabat dalam memahami cinta kepada Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, membuktikan dengan segala pengorbanan, pembelaan dan konsekuensinya. Mereka tidak segan-segan mengorbankan harta yang paling mahal yang mereka miliki untuk membela Rasululah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam. Dan cinta mereka kepada beliau melebihi cintanya kepada siapapun, sebagai realisasi dari hadits rawayat Imam Muslim dari Anas bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
" Tidaklah seorang hamba beriman sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada keluarganya, hartanya dan seluruh manusia."
Mereka rela kehilangan harta kekayaan, jiwa, anak-anak, orang tua dan seluruh manusia, bahkan lebih baik kehilangan segala macam kenikmatan dari pada kehilangan Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam.
Bagaimana sikap kaum Anshor pada perang Hunain, seperti diriwayatkan oleh Abu Said, ia berkata:
"Maka kaum Anshor menangis hingga air mata mereka membasahi jenggotnya dan mereka mengatakan: kami rela menerima Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam menjadi bagian dan pemberian untuk kami."
 Begitu juga Abu Thalha yang telah menjadikan nyawa sebagai taruhan untuk sang kekasihnya sehingga ia menyatakan kepada Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam pada waktu perang Uhud:
" Wahai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam janganlah engkau memperlihatkan diri agar tak terkena anak panah pasukan musuh, cukuplah leherku yang menjadi tameng musuh asalkan leher engkau selamat."
 Hal serupa juga dilakukan oleh Abu Dujanah sebagaiman yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Ishaq berkata:
"Abu Dujanah pernah menjadikan dirinya sebagai perisai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dari panah musuh dengan merangkul Nabi sehingga panah musuh menancap dipunggungnya dan menghujam seluruh tubuhnya sementara ia tidak bergerak sama sekali."

Kesenangan dan kegembiraan para sahabat untuk selalu berteman dan bersama Nabi dalam keadaan suka maupun duka terkadang diungkapkan dengan tetesan air mata, sebagaimana yang terjadi pada diri Abu Bakar ra, tatkala diminta untuk menemani beliau dalam hijrah.Abu Bakar ra, bukannya tidak tahu atau lupa bahaya dan resiko yang akan dihadapi dalam perjalanan hijrah, tetapi karena besarnya tekanan dan keinginannya untuk menemani Nabi yang mulia maka ia justru menangis karena bahagia dan gembira bisa menjadi pendamping Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dalam hijrah tersebut. Imam Al- Hafidz Ibnu Hajar berkata:" Ibnu Ishaq menambahkan dalam riwayatnya bahwa Aisyah berkata:
" Saya melihat Abu Bakar menangis dan saya tidak menyangka ada seorang yang menangis karena kegirangan."
Tidak hanya pengorbanan cinta sebatas itu untuk melindungi keselamatan diri Rasululah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, tetapi pengorbanan jiwa dan raga para sahabat juga teruji dalam membela sunnah dan menegakkan ajaran beliau sehingga tidak aneh jika empat ratus sahabat berjanji untuk mati bersama pada perang Yarmuk.
Prinsip para sahabat dalam membela agama sang kekasih mereka, terungkap dari pernyataan Ubadah bin shamit tatkala diutus kepada Muqauqis:
" Tidaklah ada seorangpun diantara kita yang setiap pagi dan sore melainkan selalu berdoa memohon mati syahid dan hendaklah tidak kembali ke tanah airnya, bumi pertiwinya, keluarganya, atau anak-anaknya. Tidak seorangpun diantara mereka yang memikirkan nasib keluarganya kecuali karena mereka telah memasrahkan keluarga dan anak-anak mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka hanya memikirkan apa yang ada didepannya."
Kewajiban mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam haruslah melebihi cinta kepada :
Pertama: Diri sendiri, ini di riwayatkan oleh Imam Al- Bukhari dari Abdulah bin Hisyam bahwa ia berkata:
" Kami pernah bersama Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam sementara beliau menggandeng tangan Umar bin Khaththab r.a, lalu Umar berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri." Maka Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya! Hingga aku lebih engkau cintai daripada mencintai dirimu sendiri." Maka Umar berkata kepadanya:
"Sesungguhnya sekarang engkau lebih aku cintai dari pada diriku sendiri."  Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:" Sekarang wahai Umar."
Kedua: Orang tua dan anak, Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

" Demi Dzat yang jiwaku ada ditanganNya, tidaklah diantara kalian beriman sehingga aku lebih dicintai daripada orang tua dan anaknya."
Ketiga: Keluarga, harta dan seluruh manusia. Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
"Tidak beriman seorang hamba sehingga aku lebih ia cintai daripada keluarga, hartanya, dan seluruh manusia."
Sesungguhnya Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam tidak membutuhkan cinta kita, dan keberadaaan cinta kepada beliau, kita tidak menambah ketinggian dan kemuliaan beliau serta hilangnya cinta kita tidak pula mengurangi kedudukan dan kehormatan beliau, bagaimana tidak, bukankah beliau kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala semesta alam. Tidak hanya itu, bahkan siapa yang mengikuti Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencintai dan mengampuni dosa-dosanya sebagaiman firmanNya:
" Katakanlah 'Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu'.Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Ali Imran : 31).
Oleh sebab itulah mencintai Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam akan mendatangkan manisnya iman. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari Anas ra, bahwa Nabi talah bersabda:
"Tiga perkara, barang siapa yang tiga hal tersebut berada dalam dirinya maka ia akan mendapatkan manisnya iman; hendaknya Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selainnya, hendaklah ia mencinatai seseorang dan tidak mencintainya kecuali hanya karena Allah, dan hendaklah ia benci kembali kepada kekafiran seperti kebenciannya bila dilemparkan kedalam api."
Arti manisnya iman sebagaiman yang telah disebutkan oleh para ulama adalah merasakan lezatnya segala ketaatan dan siap menunaikan beban agama serta mengutamakan itu daripada seluruh materi dunia. Selain akan merasakan manisnya iman, orang yang mencinatai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam akan bersama beliau di akhirat. Imam Muslim dari Anas bin Malik ra, bahwa ia berkata:
“Seseorang pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat terjadi?’ Beliau pun bertanya kepadanya, ‘Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari kiamat?’ Dia menjawab, ‘Kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya.’ Maka beliau bersabda, ‘Engkau bersama orang yang engkau cintai.’ Anas berkata, ‘Tidak ada sesuatu pun yang menggembirakan kami setelah Islam lebih dari ucapan Nabi: ‘Engkau bersama orang yang engkau cintai’. Aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakr dan Umar, maka aku pun berharap akan bersama mereka walaupun aku belum beramal seperti amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)

Tanda-tanda mencintai Rasulullah
Tanda-tanda mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam telah dibicarakan oleh para ulama, suatu contoh Ibnu Hajar berkata:
"Termasuk tanda cinta kepada Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam di atas adalah bahwa seandainya disuruh memilih antara kehilangan dunia atau bertemu dengan Rasululah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam kalau itu memungkinkan maka ia memilih kehilangan dunia dari pada kehilangan kesempatan untuk melihat beliau, ia merasa lebih berat kehilangan Rasul Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dari pada kehilangan kenikmatan dunia, maka orang yang seperti itu telah mendapat sifat kecintaan di atas dan siapa yang tidak bisa demikian maka tidak berhak mendapat bagian dari buah cinta itu. Yang demikian itu tidak hanya terbatas pada persoalan cinta belaka bahkan membela sunnah dan menegakkan syariat serta melawan para penentang-penentangnya termasuk amar ma'ruf nahi munkar."
Pertama : Rindu Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam di atas segalanya. Sudah menjadi hal yang wajar bagi setiap orang, untuk selalu berhasrat dan berharap serta ingin bertemu dan berkumpul bersama orang-orang yang dicintainya, barang siapa yang mencintai kekasih yang mulia Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam maka sangatlah rindu dan berharap bisa bertemu serta menemani beliau baik di dunia maupun di akhirat. Dia menunggu kebahagian dengan perasaan rindu dan cemas, jika disuruh memilih di antara Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam atau kenikmatan dunia, maka ia lebih memilih bertemu Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, ia sangat bergembira untuk melihat wajah beliau yang bercahaya dan sangat senang serta bahagia bila bisa diberi kesempatan untuk bertemu dengan beliau dan sangat takut bercampur cemas bila terhalang tidak bisa melihat dan bertemu beliau bahkan mengguyur deras air mata duka tatkala berpisah dengan beliau.
Cintanya kaum Anshor terhadap Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam telah ditunjukan oleh mereka dengan cara menyambut kedatangan beliau ke kota Madinah yang digambarkan dalam hadits Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Urwah bin Az-Zubair ra, sebagai berikut :
"Orang-orang Islam di Madinah mendengar kepergian Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dari kota Makkah, maka mereka hampir setiap pagi pergi keluar kota di padang pasir untuk menunggu kedatangan Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam dan tidak pulang ke rumah hingga terik matahari di siang hari mengusir mereka. Pada suatu hari karena lama menunggu, mereka kembali ke rumah, setelah mereka sampai di rumah masing-masing, ada seorang yahudi yang mendaki ke tempat yang tinggi di salah satu benteng untuk melihat sesuatu, tiba-tiba ia melihat Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bersama para sahabatnya mengenakan pakaian putih dari kejahuan menerobos fatamorgana.
Sehingga tanpa disadari ia berteriak dengan suara yang tinggi:' Wahai oranga-orang Arab inilah pemuka kalian yang kalian tunggu-tunggu'. Maka dengan serempak mereka berhamburan, membawa pedang untuk menyambut kehadiran Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam di tengah-tengah padang pasir."

Subhanallah! Betapa dalam rasa rindu mereka ingin menyambut kehadiran Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam hingga mereka mondar-mandir setiap pagi ke padang pasir menunggu kehadiran beliau dan tidak pulang ke rumah hingga terik matahari di tengah siang yang mengusir mereka agar pulang ke rumah masing-masing.
Kedua : Mengorbankan harta dan jiwa demi Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam. Orang yang sedang bercinta, semangat membara, senang hati akan tidak segan-segan mengorbankan segala sesuatu baik berupa jiwa, kesenangan diri dan sesuatu yang paling berharga untuk sang kekasih. Begitu pula pecinta-pecinta Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam yang mulia dari kalangan sahabat, tinta sejarah telah menorehkan catatan emas tentang betapa tinggi pengorbanan dan pembelaan serta kesetiaan mereka terhadap beliau, sehingga orang-orang yang mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam setelah merasakan dalam dada mereka kerugian yang tidak terhingga karena tidak mampu menggapai kebahagian yang teragung dan harapan yang amat mahal.
Imam Ahmad meriwayatkan kepada kita dari Barra' bin Azib berkata, Abu Bakar Radliyallahu ’anhu pernah berkata:
"Pada waktu kami pergi hijrah, orang-orang sedang mengejar kita dan tidak ada yang dapat mengajar kami kecuali Surakah bin Malik bin Ju'tsum dengan mengendarai kuda. Saya berkata kepada Beliau Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam: ”Wahai Rasululah pencarian telah mampu mendapatkan kita?” Maka Beliau bersabda, ”Jangan kamu kawatir sesungguhnya Allah pasti bersama kita.” Hingga dia telah mendekati kita dan jarak kami dengan dia kira-kira satu atau dua atau tiga tombak, Abu Bakar berkata: ”Wahai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, Orang yang melakukan pencarian telah berhasil mengejar kita? Maka saya menangis?”. Beliau bertanya: ”Kenapa kamu menangis?” Saya menjawab: ”Demi Allah, saya menangis bukan karena takut terhadap keselamatan diriku akan tetapi saya takut terhadap keselamatan diri Engkau”.  Barra' berkata :  'Maka Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam mendoakan keburukan atas Surakah denagan berdoa: "Ya Allah, cukupkanlah dia dari kami dengan sesuatu yang Engkau kehendaki." Maka tiba-tiba kaki kuda Surakah terperosok ke dalam tanah yang keras hingga perut kuda menyentuh tanah."
Ketiga : Tunduk terhadap perintah dan menjahui larangan Rasulullah.  Tidak dapat dipungkiri bahwa orang akan selalu taat kepada orang yang dicintainya, dia berusaha melakukan apa saja yang diinginkan oleh sekasihnya dan menghindari segala apa saja yang dibenci olehnya. Ia merasakan kenikmatan dan kelezatan yang tidak terhingga. Begitu juga orang yang mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam yang mulia, selalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengikuti jejak beliau, bersegera mewujudkan perintah dan bersegera menjahui larangan beliau. Betapa banyak kita dapatkan sikap-sikap indah yang tercermin dari perilaku sahabat yang mulia dan jujur dalam mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam.



Orang-orang pecinta Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam bukan hanya sanggup meninggalkan suatu yang disenangi saja bahkan mereka sanggup meninggalkan kebiasaannya bertahun-tahun bahkan kebiasan yang mereka warisi secara turun-temurun, namun mereka tidak menjadikan kebiasan itu sebagai hujjah untuk menentang perintah Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam seperti sikap kebanyakan kaum muslimin zaman sekarang ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat An-Nur ayat 51:
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min bila mereka dipanggil kepad Allah dan RasulNya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan:'Kami dengar dan kami patuhi'.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung,"
Keempat : Membela sunnah dan memperjuangkan syariat yang dibawa Rasulullah. Sangat wajar bila orang selalu mengorbankan waktu, tenaga dan seluruh harta kekayaannya seperti pengorbanan yang dilakukan oleh kekasihnya. Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam telah mengorbankan seluruh pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala baik berupa potensi, kemampuan harta dan jiwa untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam, dari penyembahan hamba kepada penyembahan Rabbnya hamba. Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam berjihad di jalan Allah dengan sungguh-sungguh Agar kalimat Allah Subhanahu wa Ta’ala tinggi dan kalimat kekafiran hancur dan hina dan beliau berperang agar tidak muncul fitnah dan hanya agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tegak di muka bumi.Orang-orang yang mencintai Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam mengikuti dan mencontoh jejak petunjuk beliau dalam semua itu, dengan suka rela mereka dengan bantuan dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu siap mengorbankan seluruh potensi dan kemampuan, mempersembahkan harta dan nyawa untuk tujuan seperti tujuan yang ditempuh Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa Sallam, beliau mempersembahkan waktu, harta dan jiwa untuk itu.Allah berfirman:
"Di antara orang-orang mumin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kapada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)." (QS Al-Ahzab : 23)

Wallahu a'lam bishshowab…


http://www.facebook.com/notes/kata-kata-hikmah/mencintai-rasulullah/496140045848