Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 08 Maret 2011

Merenungi Nyamuk


Pagi hari ini, iseng karena saya tak bisa tidur, saya pun membuka situs favorit saya: Wikipedia. Sambil bermalasan, saya membuka satu persatu menu yang ada, dan, wow, saya terkejut ketika saya menemukan info yang baru bagi saya: yang menggigit kulit kita hanyalah nyamuk betina —nyamuk jantan hanya memakan nektar bunga!
Saya pun berdecak kagum, merasa aneh dengan info ini. Saya pun meng-klik kata nyamuk, dan info yang diberikan pun semakin beragam.
Salah satunya, ternyata, nyamuk betina yang menggigit kulit kita, pun bukan untuk ia makan —seperti nyamuk jantan, nyamuk betina pun hanya mengkonsumsi nektar bunga. Ia menggigit kulit kita, menghisap darah, hanya karena mengambil protein secukupnya, untuk memberi nutrisi pada telur yang dikandungnya.
Ya Subhanallah. Betapa kita sering dzalim dengan makhluk kecil yang sedang ingin mmpertahankan hidupnya dan kehidupan telur yang dikandungnya. Ia hanya mengambil sedikit protein dari darah kita, yang kita sendiri pun tak mempunyai hak miik untuk protein tersebut. Lantas, dengan sombongnya, kita katakan bahwa nyamuk adalah hewan pengganggu, berisik, penyebar penyakit, harus diberantas...
Ya Subhanallah, saya baru menyadari, bahwa benar-benar manusia adalah makhluk yang sangat dzalim.
###
Okelah, katakan ia mengganggu karena menggigit kulitmu. Tapi sahabat, seperti yang sudah kau baca barusan, bahwa ia tak menggigit untuk menyakitimu —ia hanya mengambil sedikit protein yang ada dalam darahmu, untuk mempertahankan hidup telurnya.
Dan lagi, janganlah hanya melihat konteks 'ia mengganggu'. Lihatlah pada diri kita sendiri. Apakah kita pernah mengedepankan keinginan kita, ingin menuruti keinginan kita, dengan menutup mata dari perasaan orang lain? Kita menuruti keinginan diri kita, dan dalam waktu yang sama kita tak peduli bahwa kita menyakiti salah seorang sahabat kita.
Ambil lagi contoh lain, ketika ada seorang pengemis, atau anak jalanan meminta uang padamu. Dan, kamu tak memberinya uang. Saat itu, adakah sedikit perasaan bersalah dalam hatimu? Sedangkan orang tersebut, atau anak tersebut, tentu saja kecewa dengan sikap dinginmu.
Cukup dari dua misal ini saja, apakah kita masih tak malu mengatakan bahwa nyamuk adalah makhluk pengganggu? Bukankah manusia sendiri dengan dua contoh kecil diatas, yang bisa kamu terapkan pada kejadian-kejadian lainny, adalah 'makhluk pengganggu' yang lebih parah daripada nyamuk?
Saya selalu suka dengan peribahasa yang berkata, kau melihat kuman diseberang sana. Sedangkan gajah didepan matamu, kau tak melihatnya! Peribahasa yang sarat introspeksi diri.
 ###
Sisi lain, okelah, katakan ia berisik, berdengung-dengung ditelinga kita. Tapi, sahabat, sebagai Ummat Islam, haruslah kita beriman pada ayat Alquran yang berkata, artinya, "Dan tak ada satupun (makhluk), kecuali ia bertasbih dengan puja-puji tuhannya, akan tetapi kalian tak mengerti bagaimana mereka bertasbih."
Sahabat, siapakah yang berkata padamu, bahwa ia berdengung ditelingamu untuk mengganggu tidur nyenyakmu? Apakah tak baik, jika kita berkata, 'Ah, mungkin dengungan inilah cara nyamuk bertasbih pada Allah.' Dari situ, kita pun tersadar dan berdzikir pada Allah. Pas lah keadaanmu dengan ayat yang artinya, "Dan ingatlah Tuhanmu ketika kau lupa!"
Okelah, anggap ia mengganggu, meski dengan tasbihnya yang berdengung-dengung itu. Tapi, ambillah pelajaran, apakah nyamuk ini, yang selalu bertasbih pada Allah, lebih baik dari kita yang lupa dariNya —ditambah lagi merasa sebal dengan suara dengungan itu?
Mungkin, jika kita boleh memperkirakan, nyamuk yang berdengung itu mungkin berpikir, 'Kenapa makhluk berkepala besar ini tercipta, jika kepala besar ini sama sekali tak mengingat Allah? Kalau saja kepala besar ini dirubah menjadi ribuan nyamuk, yang semua berdzikir pada Allah!"
Saya suka dengan doa sebagian orang shaleh, "Ya Allah, aku selalu mendzalimi diriku dengan kedzaliman yang banyak, maka, ampunilah aku."
###
Dan dikesempatan lain, seringkali terdengar bahwa nyamuk adalah hewan berbahaya yang menyebarkan penyakit.
Saya tak memungkiri fakta ini —memang secara ilmiah ini terbukti. Tapi, saya hanya bertanya-tanya, mungkin kamu, sahabat, mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan saya.
Saya merasa aneh saja, kenapa malaria dan DBD baru saja muncul diakhir-akhir ini, sebagai wabah yang menakutkan. Lantas, dimana saja nyamuk penyebab penyakit-penyakit tersebut sebelumnya?
Pribadi, saya tetap tak bisa menyalahkan nyamuk-nyamuk tersebut. Kata agama, bencana dan wabah penyakit, akan turun pada ummat manusia, jika memang kerusakan telah menyebar luas. Saya menilai, bahwa nyamuk-nyamuk itu hanyalah pengirim pesan saja, seakan berkata, 'Hei, manusia! Tak ingatkah kalian pada Allah yang menugaskan kalian untuk menjaga alam? Kami, nyamuk kecil yang tak berharga dimata kalian, pun mampu menjadi bencana besar untuk kalian, tentu atas izin Allah. Ingatlah kembali Allah!"
Ya, karena wabah penyakit itu, tak muncul kecuali karena ulah tangan usil manusia. Allah telah berfirman yang artinya, "Telah terlihat kerusakan didaratan dan lautan, karena ulah tangan manusia!"Satu syair arab yang sering membuat saya berpikir berkata, "Terkadang, mata tak percaya pada sinar terang matahari hanya karena ia sakit. Dan karena sakit, mulut pun berkata bahwa air terasa pahit
###
Sifat asli kemanusiaan, memang selalu saja ingin merasa bawa dirinya benar, bahwa dirinya berkuasa, selalu lupa pada Penciptanya. Alquran seringkali menampakkan fakta sifat asli manusia, seperti salah satu ayat yang berkata, "Sesungguhnya manusia benar-benar dzalim (akan diri sendiri atau pada lainnya) dan benar-benar bodoh."
Sahabat, jika kita memang ingin terbebas dari sifat buruk kemanusiaan, dengarkanlah ayat Alquran yang berkata yang artinya, "Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada pada kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal shaleh, saling mengingatkan dalam ketakwaan dan saling mengingatkan dalam kesabaran."
Allah pun selalu berkata pada orang-orang beriman tersebut, yang telah 'naik tingkat' dan meninggalkan sifat buruk kemanusiaan, dengan kata-kata "orang berakal", "orang yang berpikir". Cukuplah sebagai bukti, ketika Islam diasaskan pada satu hal paling dasar berupa ilmu, ketika Allah mewahyukan pada Rasul untuk kali pertama, "Bacalah!"
Ya, karena Islam dibangun dengan Ilmu. Dan, seseorang, akan menjadi manusia yang berbeda dengan manusia lainnya, ketika ia berilmu.
Dan, jika seorang muslim telah berilmu, tak ayal ia harus masuk pada firmanNya yang berkata, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hambaNya, adalah orang-orang yang berilmu"!
Sahabat, antarkan ilmu yang kamu peroleh pada satu hal: alat yang membuatmu mengingati kebesaranNya, dan membuatmu takut kepadaNya.
Sahabat, buatlah semua hal yang ada didepan matamu, sebagai hal-hal yang selalu mengantarkanmu untuk mengingat akan KekuasaanNya dan KebesaranNya. Karena Allah tak menciptakan alam ini, kecuali sebagai 'jalan' yang Dia persiapkan agar kita selalu mengingatiNya.
###
Ya, nyamuk, makhluk kecil itu pun, bukanlah sebuah pengganggu seperti yang sekilas terlintas dalam otak kita. Tapi, nyamuk, adalah makhluk yang pula bertugas penting: mengingatkan bahwa kita, manusia, pun sering lupa bahwa kita sering banyak bersalah. Nyamuk juga bertugas mengingatkan, "Hei, manusia, berdzikirlah, ingatlah pada Allah, Tuhanmu Yang Menciptakanmu!"
Nyamuk, dimata saya dengan kacamata pandang diatas, bukan lagi makhluk remeh.
Subhanallah, Mahasuci dan Mahabesar Allah yang telah menitipkan segala peringatan untuk kita, pada makhluk kecil ini.
Tugas terakhir untuk saya: Setelah ini apakah saya mau berubah menjadi manusia yang lebih baik?

Doakan saja :) .


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/merenungi-nyamuk/10150140871446042