Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Jumat, 04 Maret 2011

"Lentera' Pesona Cahaya Hati'."


"Allah Maha Kaya, sedangkan kita manusia adalah 'butuh/perlu'(fakir). Akankah si fakir menggantungkan diri pada si fakir yang lain?,atau seseorang itu berkata,'tidak ada penolong terhadap 'kesulitan', kecuali manusia? Naudzubillah! Astaghfirullah, Subhanallah, Masya Allah Laa Haula walaa Quwwata Illa billaahil 'Aliyyil Adziim."
Apabila seseorang mendapati masalah & merasa sudah terhalang 'tembok kukuh', lalu menyandarkan pertolongan manusia (Hablumminannas), sedangkan mereka menolong berkali-kali namun 'gagal', maka dimanakah keyakinan/keimanan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai Al-Wakil?
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala 
Qul man yaklaukum biallayli waalnnahaari mina alrrahmaani bal hum 'an dzikri rabbihim mu'ridhuuna
-> Katakanlah: "Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari dari (azab Allah) Yang Maha Pemurah?" Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari mengingati Tuhan mereka.
(QS. Al-Anbiyaa [21]:42)
Siapakah yg memelihara & menjaga kita setiap saat?
Siapakah yg mengawasi kita ketika 'asyik' bermaksiat?
Siapakah yg menjaga kita disaat berada di tempat tidur?
Apakah ayah/bapak/abah/babe/papah/papi/abi, ...
Apakah ibu/bunda/mama/mimi/umi,..
Apakah kakak/Aa/teteh/abang/mas/uda/kakang/...adik/ading/ade/dede....
Apakah satpam/waker/pembantu bahkan bodyguard...
Ataukah ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA?

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Qul man biyadihi malakuutu kulli syay-in wahuwa yujiiru walaa yujaaru 'alayhi in kuntum ta'lamuuna
-> Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?"
(QS. Al-Mu'minuun [23]:88).
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu'anhu beliau berkata : Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan :
"Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari.
Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara :
menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli Surga hingga jarak antara dirinya dan Surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli Surga maka masuklah dia ke dalam Surga.
(HR. Bukharii dan Muslim)
Hadits ini dikeluarkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya pada kitab Bad’ul-Khalqi, bab Dzikrul-Malaikah, nomor 3036, juga pada bab al-Qadr dan al-Anbiya. Sementara Muslim meriwayatkannya pada permulaan kitab al-Qadr, bab Kaifiyatu Khalqil-Aadamy, nomor 2643.
Hadits ini sangat agung, memuat kondisi manusia mulai dari awal penciptaannya, kehidupannya di dunia hingga kondisinya yang terakhir di negeri keabadian akhirat, baik di kampung kebahagiaan (Surga) maupun di kampung penderitaan (neraka).
Semuanya berjalan sesuai ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Sayaquulu alssufahaau mina alnnaasi maa wallaahum 'an qiblatihimu allatii kaanuu 'alayhaa qul lillaahi almasyriqu waalmaghribu yahdii man  yasyaau ilaa shiraathin mustaqiimin
Artinya:
"Orang-orang yang kurang akalnya [*] diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus [**]".
(QS. Al-Baqarah[2]:142)
[*] Maksudnya: ialah orang-orang yang kurang pikirannya sehingga tidak dapat memahami maksud pemindahan kiblat.
[**] Di waktu Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa sallam  berada di Mekah di tengah-tengah kaum musyirikin beliau berkiblat ke Baitul Maqdis. Tetapi setelah 16 atau 17 bulan Nabi berada di Madinah ditengah-tengah orang Yahudi dan Nasrani beliau disuruh oleh Tuhan untuk mengambil Ka'bah menjadi kiblat, terutama sekali untuk memberi pengertian bahwa dalam ibadat shalat itu bukanlah arah Baitul Maqdis dan Ka'bah itu menjadi tujuan, tetapi menghadapkan diri kepada Tuhan. Untuk persatuan umat Islam, Allah menjadikan Ka'bah sebagai kiblat.

Subhanallah, Allaahumma shalli 'alaa Muhammad...