♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
"Mencintai seseorang bukan hal
yang mudah.
Bagi sebagian orang, termasuk saya
tentunya, mencintai orang merupakan proses yang panjang dan melelahkan."
Lelah ketika kita dihadapkan pada
suatu keadaan yang tidak seimbang antara akal sehat dan nurani.
Lelah ketika kita harus menuruti
akal sehat untuk berlaku normal meski semuanya menjadi abnormal.
Lelah ketika mata menjadi buta
akibat dari perasaan yang membius tanpa ampun.
Lelah ketika imaginasi menjadi liar
oleh khayalan yang terlalu tinggi.
Lelah ketika pikiran menjadi galau
oleh harapan yang tidak pasti.
Lelah untuk mencari suatu alasan
yang tepat untuk sekedar melempar sesimpul senyum atau sebuah sapaan "apa
kabar…"
Lelah untuk secuil kesempatan akan
sebuah moment kebersamaan.
Lelah untuk menahan keinginan untuk
melihatnya..
Lelah untuk mencari secuil
kesempatan menyentuh atau membauinya.
Lelah dan lelah dan lelah..
Hanya sebuah sikap diam dan
keheningan yang lebih saya pilih..
Diam menunggu sang waktu memberi sebuah
moment.
Diam untuk mencatat segala yang
terjadi.
Diam untuk memberi kesempatan otak
kembali dalam keadaan normal.
Diam untuk mencari sebuah jalan
keluar yang mustahil.
Diam untuk berkaca pada diri sendiri
dan bertanya "apakah aku cukup pantas?"
Diam untuk menimbang sebuah
konsekuensi dari rasa yang harus dipendam.
Diam dan dalam diam kadang semuanya
tetap menjadi tak terarah..
Dan dalam diam itu pula, saya
menjadi gila karena sebuah rasa dan pesona tetap mengalir..
Sayangnya, dalam keheningan dan diam
yang saya rasakan,
lebih banyak rasa galau daripada
sebuah usaha untuk mengembalikan pola pikir yang lebih logis.
Galau ketika mata terus meronta
untuk sebuah sekelibat pandangan.
Galau ketika mulut harus terkatup
rapat meski sebuah kesempatan sedikit terbuka.
Galau ketika mencintai menjadi
sebuah pilihan yang menyakitkan
Galau ketika mencintai hanya akan
menambah beban hidup
Galau ketika menyadari bahwa
segalanya tidak akan pernah terjadi
Galau ketika tanpa disadari harapan
terlanjur membumbung tinggi
Galau ketika semua bahasa tubuh
seperti digerakan untuk bertindak bodoh.
Apakah mencintai seseorang
senantiasa membuat orang bodoh? Tentu tidak.
Namun itu pula yang saya rasakan
selama hampir lebih dari sepekan.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Dalam kelelahan, diam dan kegalauan
yang saya rasakan selama ini, ada rasa syukur atas berkat dari Sang Hidup atas
apa yang saya alami.
Syukur ketika rasa pahit menjadi
bagian dari mencintai seseorang.
Syukur ketika berhasil memendam
semua rasa untuk tetap berada pada zona diam.
Syukur untuk sebuah pikiran abnormal
namun tetap bertingkah normal
Syukur ketika rasa galau merajalela
tak terbendung.
Syukur ketika rasa perih tak
terhingga datang menyapa.
Syukur karena tak ditemukannya
sebuah nyali untuk mengatakan "Aku mencintaimu"
Syukur ketika perasaan hancur lebur
menjadi bagian dari mencintai.
Syukur ketika harus menyembunyikan
rasa sakit dan cemburu dalam sebaris ucapan "aku baik – baik saja"
Syukur atas rahmat hari yang
berantakan akibat rasa pedih yang teramat dalam.Akhirnya, bagi saya, keputusan
untuk mencintai melalui sebaris doa menjadi pilihan yang paling pantas.
Setidaknya, mencintai secara tulus
melalui doa, dalam tradisi agama yang saya anut, akan menjadi lebih bermakna,
karena saya diteguhkan dus menjadi
berkat atas segala rasa perih yang senantiasa ada didalam diri.
Dalam doa, akhirnya, semuanya kita
kembalikan kepada Sang Hidup..
Bahwa terkadang akal dan perasaan
campur aduk tak tentu arah.
Bahwa saya juga bukan manusia
super..
Bahwa saya juga tidak bisa berlaku
pintar sepanjang waktu, setiap hari.
Bahwa saya juga punya kebodohan yang
kadang susah untuk diterima akal sehat.
Bahwa dengan segala kekurangan yang
ada, saya berani mencintai..
Bahwa saya bersedia membayar harga
dari mencintai seseorang..
Bahwa saya bersedia menanggung rasa
sakit yang luar biasa..
Bahwa saya mampu untuk tetap hidup
meski rasa perih terus menjalar..
Bahwa saya masih memiliki rasa takut
akan kehilangan dalam hidup..
Dan hari ini, dari semua
pembelajaran yang telah saya terima,
Berkembang menjadi sebuah bentuk
KEPASRAHAN.
Sebuah Zona yang terbentuk karena
saya merasa tidak berdaya.
Dimana saya merasa tidak memiliki
kemampuan untuk membuat segalanya menjadi mungkin.
Dimana saya tidak berani untuk
membangun sebuah harapan
Dimana saya tidak berani untuk
mengatakan
"Aku mencintaimu, mari kita
pastikan segalanya, dan semuanya, hanya untuk kita berdua saja"
Dan ini adalah pilihan terakhir yang
saya miliki,
Mencintai dalam kepasrahan, tanpa
berharap dan tanpa meminta.
Meski sangat susah dan hampir
mustahil bagi saya untuk tidak mengingatnya.
Semoga saya bisa.
Dan hingga hari ini, saya masih
mencintainya
Saya sadar hal itu akan memberi rasa
perih yg teramat dalam
Karena bagi saya, lebih susah untuk
tidak mencintainya.
Dalam perjalanan yang melelahkan,
dalam diam dan keheningan
Dan tentunya dalam sebuah KEPASRAHAN
yang teramat dalam.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Dari saya yang akan selalu
mencintaimu dalam diam.