Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Minggu, 06 Maret 2011

Impian mu ...


OLeh :  Supri Koesumo

MENGGAPAI IMPIAN DENGAN BERDOA
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh..

Menyambung atau berkolaborasi note yang ditulis oleh saudaraku, Abu Azvhierandaha dalam note yang berjudul " DI SAAT IMPIAN BELUM TERWUJUD”. Dalam note tersebut mengungkapkan bahwa  setiap orang pasti memiliki impian dan cita-cita. Berbagai usaha pun dikerahkan untuk mencapai impian tersebut. Namun kadang usaha untuk menggapai impian kandas di tengah jalan dikarenakan berbagai rintangan dari dalam maupun dari luar. Tentu saja impian yang kami maksudkan di sini adalah impian yang logis yang bisa dicapai dan bukan hanya khayalan di negeri antah berantah. Di saat impian tadi belum terwujud, bagaimanakah cara untuk menggapainya?
Suatu contoh, kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bersama istrinya, Sarah. Lihatlah impiannya untuk memiliki anak sekian lama, akhirnya bisa terwujud. Padahal ada tiga sebab yang menjadi penghalang ketika itu. Sarah sudah sangat tua, Ibrahim pun demikian dan Sarah adalah wanita yang mandul. Ketika anaknya Ishaq itu lahir, Sarah berusia 90-an tahun dan Ibrahim berusia 100-an tahun. Di usia yang sudah sangat senja seperti itu, Allah Ta’ala memudahkan mereka memiliki anak, yaitu Ishaq yang akan menjadi seorang Nabi.
Mengenai kisah Ibrahim dan Sarah, kita dapat melihat dalam dua surat, yaitu :

“(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: “(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul”. Mereka berkata: “Demikianlah Tuhanmu memfirmankan” Sesungguhnya Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. ” (Adz Dzariyaat ayat 24-30)
“Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’qub. Isterinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.”  (Huud ayat 71-72)
Allah itu Al ‘Alim (Maha Mengilmui) dan Al Hakim (Maha Bijaksana), Artinya, Allah Ta’ala memiliki ilmu yang sempurna. Sedangkan Allah itu Al Hakim menunjukkan bahwa Allah memiliki kehendak, keadilan, rahmat, ihsan, dan kebaikan yang sempurna. Di samping itu Allah Ta’ala pun betul-betul menempatkan sesuatu pada tempatnya. Inilah pelajaran di balik nama Allah Al Alim dan Al Hakim. Suatu yang mustahil dapat terjadi jika Allah menghendaki. Suatu impian yang sulit terwujud dapat digapai dengan kekuasaan Allah.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”(Yusuf ayat 21).
Untuk itu, hendaknya :
1. Memahami Takdir Ilahi.
Perlu diketahui bahwa “Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”(HR. Muslim). Jika seseorang mengimani takdir ini dengan benar, maka ia pasti akan memperoleh kebaikan yang teramat banyak.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Landasan setiap kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti terjadi dan setiap yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi.”
Yang Allah takdirkan tidaklah sia-sia. Pasti ada hikmah di balik itu semua. Allah Ta’ala berfirman, “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (Al Mu’minun ayat 115-116). Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq.”(Ad Dukhan ayat 38-39).
Oleh karena itu, jika impian itu belum terwujud, maka perlu kita pahami bahwa itulah ketentuan Allah. Allah menjanjikan hikmah di balik itu semua karena sifat hikmah yang sempurna yang Dia miliki.
2. Terus Tawakkal dan Berusaha Semaksimal Mungkin
Kita harus punya sifat optimis dengan selalu bertawakkal (menyandarkan hati pada Allah) dan tetap berusaha untuk menggapai impian yang kita cita-citakan. Ingatlah bahwa siapa saja yang bertakwa dan bertawakkal pada Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya, maka pasti Allah Ta’ala akan memberikan ia jalan keluar dan akan memberikan ia selalu kecukupan.
Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Ath Tholaq ayat 2-3)
Perlu diperhatikan bahwa impian bukan sekedar angan-angan yang tidak ada realisasinya. Jika impian ingin dicapai, tentu harus ada usaha semaksimal mungkin. Cobalah kita saksikan contoh gampangnya adalah seekor burung ketika ia ingin menggapai impiannya untuk memperoleh makanan di hari itu, dia pun pergi ke luar sarangnya untuk mencari hajat yang ia butuhkan. Ketika pulang pun ia dalam keadaan tenang. Inilah yang diisyaratkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Umar bin Al Khottob;derajat hasan).
Lihatlah bagaimana seekor burung saja mewujudkan impiannya dengan mencari rizki, dengan berusaha semaksimal mungkin. Bagaimanakah lagi kita selaku insan yang diberi anugerah akal oleh Sang Kholiq ?
3. Teruslah Memohon pada Allah
Untuk mewujudkan impian, janganlah lupakan Yang Di Atas. Kadang kita lalai dan hanya bergantung pada diri kita sendiri yang lemah dan tidak memiliki kemampuan apa-apa. Maka perbanyaklah do’a. Karena setiap do’a pastilah bermanfaat.
Allah Ta’ala berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (Al Mu’minun ayat 60).
4. Teruslah berusaha, memohon pada Allah, dan janganlah putus asa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)Menghindarkan diri dari banyak berkhayal (bermimpi) adalah upaya untuk menegaskan diri pada pengabdian yang total, karena hidup pada hakekatnya adalah menunggu kematian, dan mengukur derajat kita di akherat. Apakah termasuk orang yang beruntung ataukah orang yang merugi. Semua manusia berlomba, mengejar kemegahan dunia, dan sebagian yang lain mengejar kemuliaan akherat. Hanya orang yang banyak  berkhayal, yang mendapat kerugian di akherat. Mereka terjerumus pada tipuan dan nikmat yang tidak kekal. Mengumbar hawa nafsu, dan bermalas-malasan dalam menjalankan ibadah, namun apakah berkhayal itu akan mengobatinya? Apalagi berkhayal dengan menggunakan narkoba, sungguh sangat merugi dan kemanfaatannya hanya sesaat.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa banyak berkhayal atau berangan-angan dapat menyebabkan empat hal yang membahayakan jiwa seorang muslim, yaitu; pertama, meninggalkan taat dan bermalas-malasan (biasanya orang akan mengatakan, “Akan saya kerjakan nanti, karena hari masih panjang”), kedua, meninggalkan taubat atau mengulur-ulurnya (seperti perkataan, “Suatu saat saya akan taubat, tapi hari masih panjang dan umurku masih muda. Sedangkan taubat itu tergantung saya, dan saya yakin mampu melakukannya”), ketiga, semangat (yang berlebihan) dalam mengumpulkan harta dan sibuk dengan kebutuhan dunia, hingga mengalahkan kebutuhan akherat (karena terkadang seseorang berkata, “Aku takut miskin jika kelak sudah tua, dan pada saat itu aku sudah tidak lagi mampu mencari uang”, keempat, hati menjadi keras dan lupa pada akherat, karena jika meyakini hidup adalah panjang, maka akan lupa pada kematian dan kubur”.
Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Yang lebih aku takuti dari yang kalian takuti adalah banyak berkhayal dan mengikuti hawa nafsu. Perlu diketahui bahwa banyak berkhayal dapat melupakan akherat dan mengikuti hawa nafsu menutupi hati menerima kebenaran. Akhirnya membuat fikirannya berkutat pada masalah keduniawian, sehingga hati menjadi keras. Banyak berkhayal disebabkan oleh minimnya ketaatan, dan menunda-nunda taubat, memperbanyak perbuatan maksiat, membabi buta dalam mengumpulkan harta hingga hati menjadi tertutup. Adakah kondisi yang lebih buruk dari ini? Dan, apakah ada bencana yang lebih buruk lagi dari ini? Dan sesungguhnya keras dan lembutnya hati itu tergantung pada ingat akan kematian yang datang secara mendadak, kuburan, pahala, adzab, dan hal-hal yang berkaitan dengan akherat”.
Benar bahwa doa merupakan sesuatu yang akan mampu menghindarkan dan mencegah turunnya bencana atau meringankan bencana manakala sudah terjadi. Dari ‘Aisyah berkata bahwasanya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Bersikap waspada tidaklah akan bisa menghindarkan seseorang dari qadar, sedangkan doa akan bermanfaat, baik terhadap bencana yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi. Sungguh, adakalanya bencana yang sudah hendak turun berpapasan dengan doa, lalu keduanya saling berbenturan sampai hari kiamat tiba” (HR Hakim). Dari Tsauban berkata bahwasanya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Tiada yang bisa menolak qadar, kecuali doa” (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Hakim).
Adapun hal-hal yang dibolehkan dalam berdoa adalah :
 1.     Mendoakan orang lain tanpa mendoakan dirinya sendiri. Hal ini dibolehkan, karena Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah melakukannya.
Dari Abu Musa berkata bahwasanya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanjatkan doa, “Allaahummaghfir li ‘ubaidin abii ‘aamir, Allaahummaghfir li ‘abdillaahibni qoisin dzambah” (Ya Allah, ampunilah dosa ‘Ubaid Abu Amir. Ya Allah, ampunilah dosa ‘Abdullah bin Qois” (HR Bukhari dan Muslim).
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mendoakan Anas bin Malik sebagaimana yang diriwayatakan dari Anas berkata bahwasanya ‘Ummu Sulaim pernah berkata kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, “(Kiranya engkau berkenan mendoakan) Anas, pelayan engkau”. Beliau lalu memanjatkan doa, “Allaahumma aktsir maalahuu wa waladahuu wa baarik lahuu fiimaa a’thoitahuu” (Ya Allah, perbanyaklah anak dan hartanya serta berkahilah rizki yang Engkau berikan kepadanya)” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad).
2.     Mengharapkan kematian ketika terpaksa.
Dari Anas berkata bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian lantaran ada kesusahan yang menimpanya. Namun jika terpaksa melakukannya, hendaklah dia berdoa, “Allaahumma ahyinii maa kaanatil hayaatu khoirol lii wa tawaffanii idzaa kaanatil wafaatu khoirol lii” (Ya Allah, hidupkanlah aku selama hidup ini lebih baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika kematian memang yang lebih baik bagiku)” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i dan Abu Dawud).
3.     Mendoakan ketidakbaikan dan kebaikan bagi orang musyrik. Hal ini dibolehkan, namun dalam mendoakan ketidakbaikan kepada orang musyrik tentunya dilakukan setelah mengemukakan petunjuk atau hujjah yang secukupnya dalam mendakwahi mereka, sedangkan mereka tetap saja dalam kemusyrikan dan tidak mau mengikuti petunjuk atau hujjah yang diberikan kepada mereka.  Contohnya doa kaum muslimin dalam Surat Yunus ayat 88, “....Ya Robb kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka.....”.
Juga disebutkan dalam riwayat dari Ibnu Mas’ud berkata bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanjatkan doa, “Allaahumma a’innii ‘alaihim bisab’in kasab’i yuusuf” (Ya Allah, kiranya Engkau berkenan menimpakan musim paceklik kepada orang-orang musyrik itu selama tujuh tahun lamanya sebagaimana yang pernah terjadi pada masa Nabi Yusuf)” (HR Bukhari, Tirmidzi dan Ahmad).
Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah memanjatkan doa, “Allaahumma ‘alaika bi abii jahl” (Ya Allah, binasakanlah Abu Jahl)” (HR Bukhari, Muslim dan Nasa’i).
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah memohon doa kepada Allah agar Allah berkenan membinasakan pasukan ahzab yang datang memerangi beliau (dan kaum mukminin) yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abu Aufa berkata bahwasanya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kebinasaan bagi orang-orang musyrik seraya bersabda, “Allaahumma munzilal kitaab, sarii’al hisaab, allaahummahzimil ahzaab, allaahummahzimhum wa zalsilhum” (Ya Allah, wahai Dzat yang menurunkan Al-Kitab dan Dzat yang amat cepat hisabnya, binasakanlah pasukan ahzab. Ya Allah, binasakanlah mereka dan porakporandakan mereka)” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah).Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mendoakan kebaikan kepada orang musyrik, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasanya Thufail bin ‘Amr Ad-Dausy beserta rombongan shahabat pernah menghadap Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, “Ya Rosulullah, sesungguhnya suku Daus telah berbuat durhaka dan membangkang. Karenanya tolong didoakan saja supaya mereka binasa”. Ada seseorang yang berkata, “Celakalah suku Daus!”. Akan tetapi, Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu berdoa, “Allaahummahdi dausan wa’ti bihim” (Ya Allah, berilah hidayah kepada suku Daus dan datangkan mereka ke sini)” (HR Bukhari dan Muslim).
4.     Meminta didoakan kepada orang sholeh. Ini dibolehkan sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah menyebukan bahwa seorang wanita pernah berkata kepada Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Tolong diakan aku dan suamiku”. Beliau lalu bersabda, “Shollallaahu ‘alaiki wa’alaa zaujik” (Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepadamu dan kepada suamimu).
Berdoa itu sangat penting dan janganlah diabaikan (terutama hamba-hamba-Nya yang selalu sibuk dan dikejar waktu), juga sangat besar manfaatnya dalam usaha mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar selalu berada dalam kebenaran.
Doa adalah bentuk ibadah ruhiyyah yang agung bahwa kita mampu merasakan betapa Mahaagungnya Sang Khalik yang merupakan Dzat tempat berlindung bagi segenap makhluk, setelah semua sarana dan jalan ikhtiar yang diupayakan mengalami kegagalan dan kebuntuan. Pada saat itulah, seseorang pasti akan segera menghadap dan mengadu kepada Rabbnya agar bisa meraih ketenangan, kenyamanan dan ketenteraman, yang semuanya merupakan sesuatu yang tak mungkin didapatkan pada sesama makhluk. Hal tersebut karena Allah merupakan Rabb satu-satunya, Raja di atas semua raja, Dzat Yang Mahakaya dan Dzat Yang Maha Terpuji.
Doa dikatakan ibadah, karena doa merupakan bentuk pemasrahan diri secara total dan bentuk pengakuan yang sempurna terhadap ubudiyyah kepada Allah. Hal ini terlihat pada sosok seorang hamba yang sungguh-sungguh bertaubat, khusyu’, menerima sepenuhnya semua ketentuan Allah, merasa senang dengan karunia-Nya, mengharapkan pahala-Nya, selalu memohon perlindungan-Nya dan berprasangka baik kepada-Nya.
Doa adalah permohonan hamba kepada Allah secara langsung, di samping berikhtiar melalui usaha-usaha atau kerja keras dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan. Doa, pada hakekatnya adalah memohon pertolongan kepada Allah agar mendapat petunjuk dan rahmat-Nya dalam usaha memperoleh ketenangan, kesenangan dan kebahagiaan dunia dan akherat.
Dan doa merupakan alat kontrol rohani bagi seseorang yang berdoa agar tidak sombong ketika memperoleh kenikmatan dan tidak putus asa ketika ditimpa musibah. Karena segala nikmat pada hakekatnya adalah pemberian Allah, dan juga musibah pada hakekatnya adalah berlaku dengan izin dan takdir dari Allah.
 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, : “Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Al-Baqarah ayat 186) “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepada kalian dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untuk kalian) supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang mukmin” (Al-Ahzaab ayat 41-43). “Oleh karena itu, berdzikirlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat) Ku” (Al-Baqarah ayat 152). “Sesungguhnya laki-laki dan wanita muslim, laki-laki dan wanita mukmin, laki-laki dan wanita yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan wanita yang benar, laki-laki dan wanita yang sabar, laki-laki dan wanita yang khusyu’, laki-laki dan wanita yang bershodaqoh, laki-laki dan wanita yang berpuasa, laki-laki dan wanita yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan wanita yang banyak berdzikir kepada Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (Al-Ahzaab ayat 35).
Firman-firman-Nya di atas merupakan janji Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya agar memohonkan doa, berdzikir dan bertasbih sebanyak-banyaknya baik pagi, siang, petang dan malam akan memenuhi permohonannya, namun persyaratan utama adalah beriman, bersyukur (jangan mengingkari), muslim, mukmin, takwa, sabar, khusyu’, bershodaqoh, berpuasa, memelihara kehormatan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar memohon doa, dan doa yang dimohonkan dilakukan dengan ikhlas sehingga akan diperkenankan-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam Surat Mukmin ayat 60 (tolong baca). Selanjutnya dalam  hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan dalam berdoa selalu memohon dengan cara, yaitu : (1) Hati yang khusyu', (2) Nafsu yang terkendali, (3) Ilmu yang mendatangkan manfaat, (4) Doa yang dikabulkan.
Syarat  utama terkabulnya suatu doa adalah keikhlasan, keyakinan yang bulat dan kesucian hati serta kesucian hidup. Jangan hanya mulut saja yang "kumat-kamit" memohon doa, tapi hati dan jiwanya sama sekali tidak menghadap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.  Doa itu erat sekali hubungannya dengan keyakinan, seperti hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, "Apabila kamu meminta kapada Allah, berdoalah dalam keadaan bahwa kamu yakin sepenuhnya akan permohonan itu dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala  tidak mengabulkan doa seorang hamba yang hatinya membelakang dan goncang".
Selain itu, faktor kesucian hidup memegang peranan yg penting, sebagaimana sebuah hadist yang menyatakan bahwa "Salah seorang sahabat Rosulullah bernama Sa'ad bin Abi Waqash pernah bertanya kepada Beliau....apakah syarat-syaratnya supaya doa yang kumohonkan dikabulkan Allah Subhanahu wa Ta’ala ?. Nabi menjawab, "Makanlah dari harta yang halal, niscaya permohonanmu akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala".
Setiap doa haruslah disertai dengan ikhtiar dan perjuangan. Usaha-usaha yang bersifat fisik (perjuangan dan ikhtiar) harus dirangkaikan dengan kekuatan-kekuatan yang berbentuk doa itu. Rosulullah shalallahu ‘alaohi wa sallam sendiri masih memerlukan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, apalagi kita sebagai manusia biasa.Lebih-lebih dalam kehidupan manusia ini, bagaimanapun kuatnya, pintarnya, kuasanya dan kelebihan-kelebihan lainnya, pada suatu ketika akan menemukan saat-saat kesulitan atau situasi yang tidak dapat diatasinya, dan sudah menjadi naluri manusia akan memohonkan doa meminta pertolongan kepada Kekuasaan yan g lebih tinggi (Allah Subhanahu wa Ta’ala). Doa itu selain diperlukan dalam kehidupan juga merupakan suatu ibadah.
Pada hakekatnya, sebab-sebab belum dikabulkan doa itu terletak pada si pemohon sendiri.  Salah seorang ulama sufy bernama Ibrahim bin Adham (hidup pada abad ke 8 Masehi) memberikan jawaban bahwa sebab-sebab doa tidak dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ada sepuluh macam, yaitu :
1.      Kamu tidak membayarkan hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2.      Kamu tidak mengamalkan isi Al-Qur'an.
3.      Kamu tidak menjalankan sunnah rosulullah.
4.      Kamu patuh kepada syaitan.
5.      Kamu menerjunkan diri ke jurang, artinya dia tdk mau mengerjakan yang ma'ruf tapi selalu   bergelimang dg perbuatan dosa dan maksiat.
6.      Ingin masuk sorga tapi tidak beramal.
7.      Sadar akan mati, tapi tidak mempersiapkan diri, artinya mengakui dan insaf hidup di dunia ini hanya sementara, tapi tidak mengerjakan amal shalih yang akan menjadikan anak kunci membuka pintu kehidupan yang abadi itu.
8.      Kamu melihat cacat orang lain, cacat sendiri tak tampak.
9.      Kamu mengecap nikmat, tapi tidak bersyukur.
10.   Kamu menguburkan jenazah, tapi tidak menyadari diri.
Menurut Ibrahim bin Adham, yang seharusnya setiap mukmin/mukminat dalam berdoa menginstropeksi dan mengenal diri sendiri sampai ke ulu hati.
Perlu diketahui bersama bahwa untuk melatih keikhlasan dan keyakinan yang bulat, lakukanlah sholat tahajud yang berdasarkan Surat A-Muzzammil ayat 4, ayat 8, ayat 10, ayat 11 dan ayat 20, (coba baca artinya) yang intinya sbb :
1.  Bacalah Al-Qur'an dengan perlahan-lahan.
2.   Memperbanyak zikir dan ibadah dengan ikhlas. Adalah seseorang belajar ikhlas di saat bangun malam untuk mengerjakan shalat tahajud, untuk konsentrasi berzikir mengingat keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sifat-sifat-Nya yang suci. Di saat malam hari, jalan fikiran terputus untuk tidak memikirkan apapun, selain amal kebajikan dan nilai luhur dalam ibadah. Mensyukuri segala nikmat yang tiada terhingga dan mewujudkan rasa terima kasih dengan bentuk ibadah yang paling tulus. Melafadzkan tasbih, tahmid dan tahlil, menyeret tiap-tiap lafadz ke dalam maknanya masing-masing dalam kehidupan kita.
3.   Sabar memerlukan latihan berkali-kali untuk melunakkan hati. Pada malam hari yang sunyi, ketika duduk menghadap ke kiblat sambil mengucapkan kalimat zikir, sebaiknya sesaat menyempatkan diri untuk menilai kesabaran diri sendiri. Menggapai makna sabar sebagai suatu ibadah, dan berusaha menancapkan sifat sabar dalam sikap dan perilaku.
4.  Yakin pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seringlah bangun malam melakukan sholat tahajud, karena akan mempunyai sifat yang selalu rendah hati dan sabar. Penyayang pada sesama, apalagi kaum miskin dan lemah sebagaimana ditegaskan dalam Surat Al-Anfaal ayat 2 (coba baca artinya), bila kita baca maka merinding dan hatinya bergetar serta imannya bertambah.
5.   Shalat, berzakat, dan istighfar.
Dasar hukum memohon doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti ditegaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 186(coba baca artinya).  Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan saja memerintahkan agar bermohon kepada-Nya, tetapi ditunjukkan-Nya rumusan-rumusan doa itu, sehingga manusia tinggal seperti makan pisang dikupas saja. Salah satu diantara doa-doa itu yang merupakan sumber kekuatan dalam setiap usaha dan perjuangan dalam hidup adalah Surat Tha Ha ayat 25-29 (coba baca artinya).  Nilai-nilai rokhaniah yang terkandung dalam Surat Tha Ha ayat 25-29 (coba baca artinya) pada pokoknya terdapat empat unsur doa terutama ketika menghadapi sesuatu kesulitan yang amat berat.
Empat unsur doa yang dianjurkan agar selalu kita mohonkan dalam setiap usaha dan perjuangan dalam kehidupan ini menjadikan sumber kekuatan, yaitu :
1.      Permohonan supaya dada lapang. Dada yang diterangi oleh semangat iman, pada umumnya akan berhasil mencapai kesuksesan. Sukses atau kegagalan seseorang sangat tergantung kepada karunia Ilahi dan yg memberikan hidayah adalah berupa dada yang lapang seperti ditegaskan dalam Surat Al-An'am ayat 125 (coba baca artinya). Ketika Rosulullah menghadapi kesulitan, pada saat itu Allah Subhanahu wa Ta’ala memancarkan sinar pengharapan ke dalam jiwa Beliau dengan turunnya ayat 1-5 Surat Al-Insyirah (coba baca artinya).
2.      Dimudahkan dalam semua urusan. Suatu kelanjutan dari dada yang lapang, karena bila dada sudah lapang, timbullah pengharapan dan opimisme sehingga urusan yang berat akan terasa ringan. Bila dada sempit, urusan yang ringan menjadi berat (sedikit-sedikit garuk kepala, hati kecut dan seterusnya buang air kecil). Sikap jiwa kita haruslah memandang sesuatu urusann atau kewajiban dengan ringan, jangan dianggap berat. Banyak orang yang melihat sesuatu urusan atau kewajiban dari segi negatifnya saja, bukan dari segi positifnya.  Fikiran selalu dipusatkan kepada persoalan, bagaimana memecahkan kesulitan yang akan terjadi untuk selanjutnya mencapai hasil yang diharapkan.
3.      Supaya da'wah (ajakan) diterima lawan. Dalam menyampaikan hal kebenaran (al-haq) diperlukan diplomasi dan dialog yang mengesankan, yang membuat lawan bicara sadar dan kemudian menerima.
4.      Memohonkan pembantu dan pembela. Setiap usaha dan perjuangan memerlukan pembantu dan pembela yaitu orang-orang yang menyediakan segala-galanya, bahkan bila perlu jiwanya sendiri untuk mensukseskan usaha dan perjuangan tersebut.
Demikianlah empat unsur doa yang dianjurkan agar selalu kita mohonkan dalam setiap usaha dan perjuangan dalam kehidupan ini menjadikan sumber kekuatan. Dalam hal mengarungi kehidupan, janganlah putus asa karena sifat putus asa merupakan mentalitas orang-orang kafir seperti ditegaskan dalam Surat Yusuf ayat 87, "Janganlah putus asa dari karunia Ilahi. Sesungguhnya yang putus asa dari karunia Allah hanyalah kaum yang kafir (tidak beriman)".
Tatkala Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sudah sampai puncak kesulitan, pada saat itu turun wahyu Ilahi memberikan semangat, kekuatan dan energi, yang pada dasarnya mengandung enam macam petunjuk, yaitu :
1.      Berjiwa besar menghadapi setiap permasalahan dan perjuangan. Hal ini ditegaskan pada surat Al-Insirah ayat 1 . (coba baca artinya)
2.      Jangan mencari pekerjaan yg enteng/mudah krn mengelak dari resiko dan kesulitan. Hal ini ditegaskan pada surat Al-Insirah ayat 2-3 (coba baca artinya).
3.      Harus selalu memelihara nama baik dan berkarakter. Hal ini ditegaskan pada Suraat Al-Insirah ayat 4 (coba baca artinya).
4.      Jangan kecewa dan patah semangat ketika mendapatkan kegagalan, sebab sesudah gagal akan datang kesuksesan. Hal ini ditegaskan pada Suraat Al-Insirah ayat 5-6 . (coba baca artinya)
5.      Jangan absen dari perjuangan, dan jangan merasa puas dengan cita-cita yang telah tercapai (carilah sukses yang lebih baik). Hal ini ditegaskan pada Surat Al-Insirah ayat 7 (coba baca artinya).
6.      Dalam situasi dan kondisi yang bagamanapun, hendaknya senantiasa bersikap optimis, selalu mengharapkan inayah (pertolongan) dan taufik Allah, berbakti dan beribadah kepada-Nya. Hal ini ditegaskan pada Surat Al-Insirah ayat 8 (coba baca artinya) . Berbakti kepada Allah merupakan manifestasi atau pelaksanaan dari perasaan syukur, dan orang-orang yang bersyukur dijamin oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surat Ibrahim ayat 7 (coba baca artinya).
Semoga anda dapat memulai kehidupan yang baru, bersemangat dalam mengarungi hidup ini dan bersemangat berbuat kebajikan…amiin.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…


http://www.facebook.com/notes/melati/impian-mu-/185154371522946