Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Minggu, 20 Maret 2011

BIRRUL WALIDAIN


Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban seorang anak terhadap ibu bapaknya. Ibu yang begitu tulus mencintai kita semenjak kita berada dalam kandungan, ikhlas menjaga dan mendidik kita semasa kita bayi hingga dewasa , bersabar dengan segala kenakalan bahkan tak jarang kekurangajaran kita, baik kita sengaja atau tidak. Sementara bapak rela bercapek-capek banting tulang mengais rejeki untuk kebutuhan rumah tangga dan sekolah kita. Sudah sepantasnya bukan jika kita sebagai anak menghormati, menghargai bahkan berbakti pada kedua orang tua kita.

Sobat ada kisah yang buat aku sangat menarik untuk aku tulis di sini. Kisah ini aku ambil dari kisah harmoni milik "bunda Neno Warisman". Kisah bakti seorang dokter "gelandangan" kepada ibunya.

~~~~

Dr. Darmanto dan Embak

Seluruh ijasahnya dicuri, entah oleh siapa. Dan dia menerima seraya berkata kepada ibunya yang biasa dipanggil Embak. "Sekarang ini mbak, aku sudah tidak membutuhkan ijasah-ijasah itu lagi, percayalah kita bisa tetap hidup bahkan selama ini juga, tidak dari ijasah-ijasah itu". 

Suaranya terasa perih namun bijak. Itu yang mahal dari seorang ayah bernama Darmanto. Ijasah dokter, dan ijasah serta berbagai sertifikat di bidang biologi dan bahan-bahan khasiat selama beliau menuntut ilmu di luar negeri... raib.

Cerita duka tersebut mengalir disela-sela kekeh tawanya. Kadang kekeh tawa itu terdengar seperti tawa bayi. Polos murni, begitu paham pada kehendak Allah Rabb. Kami yang mendengarkannyapun menjadi tertular aroma kepasrahan.

Esok siangnya saya dan seorang saudara menyempatkan diri berkunjung ke rumah beliau. Saya pernah singgah sekali beberapa waktu lalu, mungkin sekitar setahun lewat. Tak ada yang berubah. Sekotak ruang tamu dengan kursi yang amat sederhana. Lemari coklat panjang sebagai satu-satunya benda lain. Gordin batik itu saja.

Di rumah di desa Cebongan inilah sehari-harinya, Dr. Darmanto tinggal bersama 2 orang anaknya kelas 6 dan kelas 2 SD, seorang kakak laki-laki yang memiliki kebutuhan khusus dan Embak yang berusia hampir 90 thn, yang ketika terakhir saya berkunjung masih sehat dan sangat mandiri. Masih mampu membaca Al Qur'an dan doa-doa zikir, masih mencuci bajunya sendiri, menyapu pekarangan dan mengemong 2 cucu ketika dr. Darmanto pergi menyuluh para petani di desa-desa atau peternak, yang selalu diajarkannya untuk memiliki teknologi tepat guna yang berbasis sumber-sumber alam daerah sendiri.

Ya, dr. Darmanto sebagaimana ayahnya yang bergelar "dokter gelandangan"  (dokter yang selalu menolong para gelandangan dan orang miskin) ia setali tiga uang dengan ayahandanya. Bedanya ayahnya masih cukup kaya saat masih hidup dan dr. Darmanto miskin itu saja.

Di tepi pembaringan yang dihampar di lantai, Dr. Darmanto mengisi pipet suntikan di tangannya. Bubur halus memasuki hidung Embak. Embak mengeluarkan suara, lalu terdengar seperti orang berkumur di tekak. " Ayo mbak, ojo digae dolanan hayoo,,, mengko tak walik meneh nek digae dolanan,,, hayoo,,," guraunya pura-pura marah. Benarlah Al Qur'an, kata Dr. Darmanto, orang tua kita akan kembali menjadi seperti bayi dan kita yang jadi orang tua untuk mereka.

Saya melihat adegan itu dengan menahan sebongkah batu besar didada. Saya tahu dr. Darmanto memiliki beberapa saudara yang hidup sangat layak di beberapa kota termasuk Jakarta. Sangat strategis dan tidak dapat saya mengerti dengan alasan apapun juga, bagaimana mungkin hanya Dr. Darmanto yang miskin menanggung semua ini sendiri.

"Embak kehilangan gula dari tubuhnya. Hilang sama sekali. Itu yang terjadi. Uang Rp. 30 juta untuk pindah rumah habis
untuk seminggu perawatan, lalu saya putuskan untuk membeli albumin yang sangat mahal tapi dapat menyelamatkan Embak."

Cinta Sejati
" Lebih dari Rp. 28 juta kemudian saya berhutang. Dan alhamdulillah berkat albumin, kemajuan embak banyak."  Albumin adalah protein yang ada dalam darah yang di perlukan oleh tubuh untuk memelihara dan memperbaiki jaringan.

" Untuk orang lain, Embak mestinya di harapkan untuk segera mati. Saya tahu itu. Tidak untuk saya. Saya cek semua, jantung, otak, ginjal, paru,,, semua bagus! Embak juga masih berkomunikasi. Coba lihat, senyum itu di beri jus jeruk kesukaannya,,! Sambil menekan pipet selang, Dr. Darmanto menggosok mesra pipi keriput ibunya dengan sangat mesra.

Saya sendiri yang mengganti sehari dua kali kasur ini setelah saya mandikan, saya lap, saya selimuti dengan kain yang embak suka," Dr. Darmanto menyisi ke sisi lain pembaringan lalu melakukan terapi totok sambil terus mengajak ibunya berbicara. Sepanjang semua bakti itu ia lakukan, saya yang melihat hanya merasa pasti, keduanya ini bukan makhluk bumi.

Dr. Darmanto adalah sosok manusia langka. Itu sebabnya utusan-utusan Prancis, Morokko, Inggris masih terus mengincarnya, menawarkan boyong sekeluarga untuk keluar dari Indonesia dan bekerja untuk negara pengundang. Di sana ia akan mendapatkan fasilitas teramat layak.

Di daftar orang-orang cerdas terbaik di Indonesia, tak ada nama Dr. Darmanto. Namun saya yakin ia ada di daftar hamba-hamba terbaik dari pendidik surga. Dan ia tetap bertahan untuk hanya mencintai negeri ini. sekalipun negeri ini tak perduli padanya.

~~~

Sobat dari kisah diatas sekiranya aku mulai berfikir, bisakah aku seperti beliau yang begitu berbakti merawat ibu beliau yang tengah sakit dengan kasih sayang yang tulus dan ikhlas? Aku merasa seperti membaca kisah malaikat.. Subhanallah kisah yang benar-benar membuat aku melihat pada ibuku yang saat ini tengah tertidur dalam lelapnya. Semoga aku bisa, paling tidak menyenangkan hati beliau,, semoga,, dan semoga sobat semua bisa mengambil hikmah dari kisah diatas.

>>>*<<<


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/birrul-walidain/10150157123551042