Saat ketidak peduliaan perlahan sirna oleh waktu...
terisilah waktu yang bisu pada kalutnya hati yg tak menentu...
buliran mutiara di sudut pipi bergulir tanpa pernah diminta..
kelunya lidah tak kuasa lagi mengurai setiap kata,...
dambakan kejujuran sementara hati tak kuasa menerima,..
kecewa yang dirasa bukanlah akhir dari segala harapan,..
menangislah... bila memang dalam kesedihan...,
tapi...jangan tenggelamkan hati pada perasaan,..
hadapi segala kegagalan menuju pintu ke ikhlasan,..
bukan berarti pasrah tanpa perbuatan...
Hadapi segala sesuatunya dengan Iman.
Ditinjau dari segi fungsinya istilah
Aqidah mengandung beberapa makna yakin;
1. Aqidah sebagai ikatan yang
membatasi artinya sesuatu yang membatasi mengekang dan membelunggu keberadaan
dan perjalanan hidup manusia
2. Aqidah sebagai ikatan
mengendalikan artinya aqidah selain membatasi juga berfungsi mengendalikan dan
mengarahkan perjalanan hidup seorang manusia, sehingga ia dapat berjalan pada
arah dan tujuan tertentu sesuai dengan aqidah tersebut
Dengan demikian bahwa seluruh
manusia pada dasarnya memiliki Aqidah/ikatan (keyakinan) baik ia terikat kepada
Allah sebagai Pencipta yang disebut Aqidah Tauhid maupun Aqidah/ikatan di luar
Allah atau disebut Aqidah Syirik.
Perkara perkara yang dibenarkan oleh
Jiwa dan Hati merasa tenang karenanya serta menjadi suatu keyakinan bagi
pemiliknya yang tidak dicampuri keraguan sedikitpun
Makna lain Aqidah sebagai tali
ikatan sama seperti Fungsi Iman, dimana Iman berfungsi sebagai tali yang
mengikat kehidupan seseorang (Mu’min). Iman ini yang membatasi, membelenggu
(mengekang), mengendalikan serta mengarahkan kehidupan sesorang sesuai dengan
dasar dan tujuan iman tersebut.
Dalam definisi Iman menurut para
Ulama adalah;
“Membenarkan dalam hati,
mengucapkan dalam lisan dan
mengamalkan dengan perbuatan”
Dari definisi tersebut
Iman/Keyakinan mengandung dua Aspek (Wujud Manisfestasi) yakni aspek bathiniah
berupa tasdiq biqolbi dan aspek lahiriah berupa iqror bilisani dan qobul bil
arkan. Jadi iman adalah kesatuan yang tak terpisahkan antara aspek bathiniyah
dan lahiriah
“Iman itu bukan hayalan/angan angan
dan bersifat kongkrit (material) tetapi sesuatu yang bersemayam dalam hati
(nafsiah) dan dibuktikan dengan amal.’
Iman dilukiskan dalam Al-Qur’an
sebagai cahaya (Nur), yakni sebuah cahaya yang tertanam dalam hati (Qolb) yang
dengan cahaya itu seseorang dapat berjalan di muka bumi ini dengan benar.
Gambaran iman sebagai cahaya dijelaskan dalam Qs. 24:35
Allaahu nuuru alssamaawaati
waal-ardhi matsalu nuurihi kamisykaatin fiihaa mishbaahun almishbaahu fii
zujaajatin alzzujaajatu ka-annahaa kawkabun durriyyun yuuqadu min syajaratin
mubaarakatin zaytuunatin laa syarqiyyatin walaa gharbiyyatin yakaadu zaytuhaa
yudhii-u walaw lam tamsas-hu naarun nuurun 'alaa nuurin yahdii allaahu linuurihi
man yasyaau wayadhribu allaahu al-amtsaala lilnnaasi waallaahu bikulli syay-in
'aliimun
Artinya:
"Allah (Pemberi) cahaya
(kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah
lubang yang tak tembus [*], yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di
dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara,
yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun
yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)
[**], yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh
api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya
siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi
manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS.An-Nuur [24]:35).
[*] Yang dimaksud "lobang yang
tidak tembus" (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak
tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau
barang-barang lain.
[**] Maksudnya: pohon zaitun itu
tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit
maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya
menghasilkan minyak yang baik.