Selama semester akhir tahun 2010
Komunitas Bisa! dan Asma Nadia Workshop mengadakan setidaknya 12 workshop (4
workshop menulis, 3 workshop menulis anak, 2 workshop menulis di Bandung, 1
workshop menulis di Surabaya, 1 workshop parenting di Jakarta, 1 workshop
menulis buku di Jakarta, dan 1 workshop No Excuse).
Dari penyelenggaraan workshop
tersebut kami banyak belajar tentang Excuse dan No Excuse!
Tempatnya jauh!
Ini excuse yang cukup sering kami
dengar.
Yang parah ada yang bilang:
"Kapan nih workshop di
Bekasi" atau "Kapan nih workshop di Bogor",padahal kita
menyelenggarakannya di Jakarta yang cuma 1,5 jam atau dua jam dari Bogor atau
Bekasi,
dan hampir setiap hari 1,5 juta
orang dari Bogor atau Bekasi pergi ke Jakarta untuk bekerja.
Jadi bukan masalah jarak, tapi
seberapa besar keinginan kita dan seberapa besar kita mau berkorban.
Buat beberapa orang, alasan terlalu
jauh tidak lain hanya excuse yang terselimuti jarak.
Ketika kami mengadakan workshop di
Surabaya ada seorang dokter yang datang khusus dari Banjarmasin,
datang pagi pulang malam hari
kembali ke Banjarmasin.
Workshop di Jakarta pun ada peserta
dari Pontianak, Semarang, Sukabumi, bahkan dari Papua dan Hong Kong.
Ada yang sengaja datang khusus untuk
workshop dan ada yang mengatur acara lain agar perjalanannya effektif.
Bahkan ada Galuh Ayu, yang karena
keterbatasannya duduk di kursi roda, tapi ia mau menempuh perjalanan 18 jam
dari Semarang untuk ikut workshop dan ini merupakan perjalanan jauh pertamanya
tanpa didampingi orang tua.
Alhamdulillah ia merasa dapat
sesuatu dari workshop yang diikutinya. Baginya kelelahannya lunas terbayar.
Dari mereka saya belajar No Excuse!
atas alasan jarak.
Bagaimanapun mereka mencari cara
untuk bisa mendapat yang mereka inginkan.
Tentu saja kami juga tidak berharap
peserta memaksakan pergi jauh-jauh datang, bahkan kami juga sedang mengatur
workshop online tapi sedang mencari cara terbaik.
Tapi sementara ini kami fokus di
Jabotabek dan di daerah yang mau membentuk panitia lokal.
Saya sibuk! Tidak ada waktu!
Rutinitas dan kesibukan juga alasan
yang sering diungkap
"Saya mau ikut tapi Sabtu -
Minggu harus istirahat!"
"Wah jadwal saya padat"
"Wah tiap hari Sabtu - Minggu
anak saya kursus"Padahal justru salah satu tujuan workshop misalnya
menulis atau no excuse! adalah membuka kesempatan atau kemungkinan pada kita
untuk punya alternatif baru (penghasilan menulis atau income baru) yang mungkin
pada akhirnya bisa membebaskan kita dari rutinitas yang mengikat.
Ini mungkin bisa jadi teladan. Ada
peserta workshop anak yang kedua orang tuanya sibuk bekerja tapi ingin anaknya
ikut workshop. Mereka tidak ada orang lain yang bisa menjaga anaknya. Maka
kedua orang tua itu membagi tugas. Ayah mengantar, ibu menjemput dan keduanya
memastikan secara detail kepada panitia tentang kebutuhan dan keamanan anaknya
selama workshop ketika mereka tidak ada.
Yang dilakukan kedua orang tua itu
adalah mengorganisir diri mereka agar bisa mencapai apa yang mereka inginkan
tercapai dengan keterbatasan (waktu) yang ada. Itu semangat No Excuse!
Anak saya tidak mau!
Ini alasan yang biasa disampaikan
orang tua yang ingin anaknya ikut workshop menulis, tapi anaknya tidak mau
ikut. Padahal anak itu suka menulis dan bakat menulis tapi karena satu dan lain
hal tidak mau ikut.
Buat orang tua yang tahu itu penting
pagi anak, mereka berusaha mempersuasi atau membujuk anak untuk ikut.
Banyak peserta yang awalnya datang
tidak tahu apa isi workshop anak, tapi begitu mereka melihat acaranya fun
mereka langsung terlibat dan akhirnya berkarya.
Bahkan ada satu peserta yang datang
ke workshop 'setengah dipaksa orangtuanya' kini sudah menghasilkan satu buku
dan jadi penulis cilik. Dia adalah Diandra penulis buku "School
Girls" yang disambut luar biasa.
Jadi bagaiamana trik orang tua
membujuk anak.
Saya tidak punya uang!
Ini excuse paling banyak diungkap
hampir semua orang, untuk banyak hal.
Dulu sebelum saya membuat buku No
Excuse! saya juga merasa alasan ini wajar.
Karena itu dulu kami sering juga
memberi fasilitas gratis pada mahasiswa yang tidak punya uang.
Kami pernah memberi 5 tiket gratis
pada mereka yang suka menulis tapi tidak punya uang.
Hasilnya? Tidak satupun yang datang.
Kenapa? Karena mereka tidak mengorbankan apapun.
Dari situ kita belajar "
Semakin besar pengorbanan semakin besar penghargaan"
Karena itu dalam workshop kami
selalu tekankan:
"Jangan sia-siakan uang yang
kamu bayar, anggap itu yang besar sekali, sehingga kita jadikan workshop ini
bermanfaat".
Lalu bagaimana yang benar-benar
tidak punya uang tapi bersemangat?
Saya juga tetap memberi kesempatan.
Ketika ada yang bilang "saya
tidak punya uang"
Saya bilang "Saya punya buku
bagus buat dijual, kalau kamu jual saya kasih diskon besar. Saya juga kasih
diskon untuk workshopnya. Jadi jual sepuluh buku saja cukup untuk ikut
workshop, bagaimana"
Ada yang bilang "OK, saya
coba". Nah buat yang seperti ini saya mau ambil resiko mengirim buku ke
rumahnya tanpa uang muka.
Tapi ada juga yang bilang "Wah
saya gak biasa jualan." Nah buat yang ini, saya percaya dia baru saja
mengeluarkan excuse keduanya. Nanti kalau saya tawarkan lagi akan ada excuse
ketiga keempat dan kelima.
Dulu ada peserta workshop seorang
supir. Dia tanpa banyak excuse menyisihkan tabungannya ikut workshop.
Sekarang dia menjadi netter ulung,
bukunya dalam proses penerbitan, dan juga jadi pembicara yang menarik.
Karena kita tertarik kepribadiannya,
dia direkrut dalam tim inti Asma Nadia Publishing.
Dia adalah Dedi Padiku yang saat ini
menjadi admin online Asma Nadia.
Contoh excuse di atas tidak hanya di
workshop, tapi dalam hal apapun dalam kesempatan apapun, selama kita masih
tunduk pada excuse maka kita tidak akan mencapai yang kita inginkan.
Intinya
Ketahui apa yang kamu inginkan.
Jadikan itu impianmu. Raih impian tersebut, dengan apapun yang kita punya. #No
Excuse!