oleh Fachrian Almer Akiera As-Samawiy
Untukmu anandaku sayang, kutulis
surat ini saat ananda belum terlahir, bahkan ketika aku belum memiliki seorang
wanita yang rahimnya akan menjadi pintu bagimu untuk masuki bumi Allah.
Tertulis surat ini, pula, sebagai salah satu ungkapan cinta dari seorang
laki-laki yang ingin menjauhkan diri dan keluarganya kelak dari dahsyatnya
kobaran api neraka yang hitam pekat menyembur.
***
>>Ananda dalam Kandungan
Anandaku tercinta, seperti proses
penciptaan manusia pada umumnya, ananda akan tercipta dari sari pati tanah.
Allah jadikan ananda sebagai nutfah dalam rahim. Ananda pun menjelma menjadi
segumpal darah. Selanjutnya menjadi segumpal daging. Allah membalut
tulang-tulang ananda dengan daging. Terbentuklah ananda dalam wujud berbeda.
Tibalah saatnya malaikat (atas kehendak dan perintah Allah) meniupkan ruh bagi
raga ananda agar menjadi manusia seutuhnya.[1]
>>Menatap Indahnya Dunia. . .
Anandaku tersayang. Akan tiba
saatnya ananda terlahir dari rahim seorang wanita yang penuh cinta. Dialah yang
kemudian ananda panggil dengan sapaan “Bunda” secara naluri. Dialah yang akan
menjadi seorang permaisuri yang akan membantuku mengarahkan bahtera kita menuju
surga Allah. Untuk itu anandaku, aku berjanji, wanita yang penuh pesona takwa
nan berilmu syar’i lah yang akan kujemput menjadi kekasih hati.
Kelak, ananda tercinta, kau akan
ramaikan bumi ini atas kehendak Allah. Berbahagia dan begitu bersyukurnya kami
kepada Allah sekiranya Allah benar-benar titipkan ananda untuk kami. Lihatlah
disana, ananda, Allah terkadang menakdirkan orang tua tak miliki anak,
padahal mereka begitu mendambakan kehadiran kalian sebagai permata hati. Mereka
begitu sedih menunggu kedatangan kalian untuk curahkan kasih sayang.
Allah berfirman,
“Kepunyaan Allah lah kerajaan langit
dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak
perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada
siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan
perempuan (kepada siapa) yang Dia kehendaki, dan Dia menjadikan mandul siapa
yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”[2]
>>>Permata Hati (Sejukkan
Mata dan Jiwa). . .
Ananda yang kusayang. Adalah cinta
dari Allah ‘azzawajalla akan memperkenalkan kita di bumi nusantara. Adalah
cinta dari Allah akan mempertemukan kita di ufuk rumah. Adalah cinta dari Allah
akan mempercintakan kita di atas agama tauhid ini. Adalah cinta dari Allah akan
menjadikan ananda permata hati yang istimewa. Adalah cinta dari Allah akan
menggelorakan letupan-letupan cinta kami pada kalian dan cinta kalian pada
kami.
Dengan cinta-Nya pula, ananda akan
memekarkan kuncup-kuncup bahagia di beranda rumah.
Allah berfirman:
“..Harta dan anak-anak adalah
perhiasan dunia.”[3]
“..Ya Rabb kami, anugerahkanlah
kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),
dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”[4]
Akan ada sejuta kebanggaan yang
menyemburat dalam jiwa ketika kalian bercanda dan bermain bersama kami. Ada
tawa pengikis lelah setelah kami berterik mentari di arena kehidupan. Ada
senyum merona yang tersungging di bibir kami setelah bergelut dan berkutat
dengan pekerjaan rumah.
>>Senarai Harapan Cinta. .
Anandaku terkasih, kelak kan
kubisikkan padamu dengan penuh kelembutan kasih bahwa ananda hadir di bumi
Allah ini adalah untuk menerbitkan kejayaan islam. Oleh karena itu, wahai
pahlawanku, berhias dan berbekallah dengan ilmu syari’i.
Ketahuilah bahwa setiap muslim dan
muslimah diperintahkan untuk menuntut ilmu, ilmu tentang agama islam yang mulia
sehingga mereka akan memahami islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Tak lah bisa seseorang melaksanakan agama ini dengan benar kecuali
setelah belajar islam yang benar berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut
pemahaman salafushshalih. Agama kita adalah agama ilmu dan amal karena
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus dengan membawa ilmu dan amal
shalih.
Menuntut ilmu syar’i, seperti yang
dituturkan para ulama, adalah jalan yang lurus untuk dapat membedakan antara
yang haq dengan yang batil, tauhid dan syirik, sunnah dan bid’ah, yang ma’ruf
dan munkar. dengan ilmu, kan terbedakan antara sesuatu yang bermanfaat atau
tidak. Pula, akan menambah hidayah serta kebahagiaan dunia dan akherat.
Maukah ananda sekiranya Allah
mudahkan surga untuk ananda? Maukah ananda sekiranya malaikat membuka sayapnya
lalu mengepakkannya untuk ananda karena ridho dengan ananda? Maukah ananda
sekiranya seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi hingga ikan di dasar air
mendo’akan ananda ampunan? Tak inginkah ananda berada di salah satu taman-taman
surga? Tak inginkah ananda sekiranya Allah menyanjung ananda diantara para
malaikat? Maukah ananda mendapat keutamaan bagai keutamaan bulan diantara
seluruh bintang? Jawabannya adalah dengan menorehkan tinta di majelis ilmu….
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
"Barangsiapa menempuh suatu
jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan dia menempuh
jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat
benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan
sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh
makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di
tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan seorang
yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada
malam purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para
Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi
mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka
sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak. "[5]
>>Kisah Mereka Telah Berlalu
Ananda, kudapati seorang anak kecil
berumur 10 tahun dengan penuh harapan dan semangat yang membara berucap kepada
ibunya, ”apakah aku boleh pergi guna memburu ilmu? Insya Allah setelah
sholat subuh nanti aku mau pergi untuk keluar menuntut ilmu (syar’i).”
Alangkah bahagianya sang ibu mendengar permintaan sang buah hati. Sang ibu pun
berkata, kemarilah anakku, pakailah pakaian ilmu.”
Lalu sang ibu menggantikan pakaian
putranya dengan pakaian indah berwarna kecoklat-coklatan, memasang dan
mengikatkan surban di kepalanya dengan penuh sentuhan keimanan, menaburkan
parfum yang harum semerbak dengan harapan kelak sang anak akan menebarkan
wewangian ilmu yang diperolehnya. Lalu dengan penuh sedih sang ibu berkata, ”pergilah
anakku dan burulah ilmu.” Lalu sang anak belia itupun keluar demi mencari
kebenaran dengan semangat yang tak pernah padam dan menemui 900 ulama di
masanya. Subhanallah. Itulah jiwa yang selalu haus ilmu.
Tahukah engkau siapakah si kecil
belia? Dialah imam Malik bin Anas bin Malik bin Amir[6], salah seorang imam
madzhab penyusun kitab hadits al-Muwaththa’ yang beredar luas di
kalangan penuntut ilmu dan disusun selama 40 tahun. Sang imam menapaki ilmu di
waktu kecil dengan menggantikan kemalasan dengan kesungguhan, mengisi waktu
dengan bercanda bersama ilmu lalu meneguk saripatinya.
Dan kepadamu wahai anandaku,
pahlawanku, kesatriaku, jadilah engkau seperti mereka. Jadilah engkau seperti
mereka. ..
Wallahu a’lam,
subhanaka allahumma wabihamdika
asyhadu alla ila hailla anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.