Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Sabtu, 04 Desember 2010

Subuh yang Bermakna


oleh Eko Wahyudi


 Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Catatan ini saya kutip dari ceramah salah satu khotib saat saya sedang Jum'atan di Masjid yang berada di lingkungan Perusahaan tempat saya bekerja..
Cerita ini berawal saat seorang guru Agama di salah satu sekolah menjelaskan betapa nikmatnya kita apabila bisa Sholat Subuh berjamaah di masjid pada murid anak kelas IV (Empat) SD, guru tersebut menjelaskan secara jelas dengan bahasa yang mudah di mengerti oleh anak - anak. Sehingga ada salah satu anak berkeinginan untuk bisa melaksanakan Sholat Subuh berjamaah di Masjid, untuk melaksanakan keinginannya tersebut, anak itu tidak tidur karena takut ketinggalan adzan subuh dan melewatkan sholat subuh berjamaah.
Detik demi detik, menit demi menit dan jam demi jam ia lewati akhirnya adzan subuh pun berkumandang, ia pun mengambil air wudhu dan bersiap - siap berangkat ke mesjid, di saat seluruh keluarganya sedang terlelap tidur, tapi saat ia menengok suasana di luar masih begitu gelap timbul rasa bimbang dan cemas, ia takut tak bisa Sholat Subuh di masjid dan usahanya menjadi sia - sia. Tapi dengan kemurahan Allah lewatlah seorang kakek tua dengan memakai baju koko dan kopiah menuju masjid. Hati anak itu gembira dengan perlahan ia membuka pintu dan mengikuti kakek itu dia sengaja menjaga jarak agar tidak di ketahui oleh si kakek, dan akhirnya anak itu bisa melaksanakan Sholat Subuh di Masjid.


Kejadian itu terus berlanjut, hingga suatu hari kakek yang sering ia ikuti dari belakang itu meninggal dunia. Si anak kecil pun sedih ia menangis karena tidak ada lagi yang menemaninya ke mesjid lagi. Ia terus menangis hingga sang Ayah menegurnya "Kenapa nak kamu menangis?" tanya  Ayahnya, "Saya sedih karena kakek itu meninggal" jawab si Anak
"Lho memangnya siapa dia, saudara bukan, keluarga pun bukan kenapa harus di tangisi?" tanya Ayahnya
"Seandainya yang meninggal itu Ayah, bukan kakek itu mungkin aku tidak begini" jawab si anak, mendengar perkataan anaknya si Ayah terkejut, ia bagai di sambar petir melihat kenyataan bahwa anaknya lebih peduli pada kakek itu daripada dirinya.
Setelah di selidiki ternyata di keluarganya anak itu merasa tidak ada yang menjadi teladan dan contoh dalam hal beribadah, dan justru anak tersebut mendapat pelajaran agama dari orang lain bahkan ada yang tidak di kenalnya.
Mungkin dari cerita ini kita bisa ambil hikmah, bahwa betapa pentingnya seorang Ayah atau Ibu menanamkan nilai - nilai keagaman pada keluarga dan anak - anaknya.

Semoga Allah selalu meridhoi kita semua...Amiin

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

http://www.facebook.com/notes/melati/subuh-yang-bermakna/165979216773795