Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Senin, 07 Maret 2011

RIBUT VALENTINE LAGI DEH :)


Sekali lagi, kita terjebak dalam polemik. Apalagi kalau bukan soal Valentine. Boleh jadi, mungkin dengan catatan ini aku dikatakan latah ikut-ikutan bicara soal valentine. Pada dasarnya, aku pribadi tidak berminat menanggapi hal ini. Tidak penting, karena masih ada masalah yang lebih penting yang harus dipikirkan oleh ummat ini daripada hanya sekedar meributkan valentine.
Namun, karena sebuah kewajiban, maka aku ada keharusan untuk menyampaikan. Sebagai tautsiq bi amanatil ilm, menyampaikan amanah ilmu, sekaligus memanfaatkan momentum.
Tulisan ini tidak akan berbicara apa hukum merayakan valentine, atau bagaimana Muslim yang bervalentine. Meski mau tak mau pasti akan dibicarakan di tengah-tengah tulisan.
Oke, kita tahu pasti bahwa budaya ini tidak ada dalam Islam, dan kita tahu pasti datangnya dari mana, sekaligus sejarahnya yang aku kira sangat banyak diposting di mana-mana.
Sebelum menulis tulisan ini, saat lagi makan siang bersama (ghoda'), aku ditanya teman, Wy', bagaimana hukum valentine. Aku tanya balik, ini untuk siapa pengucapannya? Antar sepasang kekasih yang sedang berstatus pacaran? Temanku hanya diam. Dan kujawab, kamu jangan langsung ke valentine-nya, pacarannya saja tidak ada dalam islam, dan kamu tahu sendiri bagaimana posisi pacaran dalam syariah kita. Tak ada jawaban.
Dilema, sering sekali saat ini kita terjebak hal-hal kecil (yang dibesar-besarkan) dan kita lupa dengan permasalahan yang lebih besar daripada itu, kita punya banyak qodhiyyah kubro (masalah-masalah besar) yang harus dipecahkan, dari pada sekedar ini.
Tentu saja, akan lebih rumit lagi, saat ada suara lantang menyatakan dengan tegas bahwa yang merayakan valentine bisa-bisa kafir, karena telah menyerupai tindakan orang kafir. Berdalih (Man Tasyabbaha bi qoumin fa huwa minhum). Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk mereka.
Sepintas, benar. Namun jika dicermati dan dianalisa, penggunaan dalil pada tempat yang kurang tepat ini, bisa menjadi boomerang mematikan. Sebab hadits ini adalah hadits aam (umum), yang membutuhkan takhsis (pengkhusus). Hadits mutlaq yang membutuhkan taqyid.
Karena, kesalahan menggunakan dalil, bisa membuat kesalahan memberikan hukum. Yang tentu saja saat itu juga bertentangan dengan ruh syariat sendiri.
Harus dipahami dengan baik, bahwa meniru, menyerupai (tasyabbuh) yang disalahkan dalam islam, adalah meniru yang membabi buta, meniru total sehingga keluar dari norma-norma islam.
Jadi, selama meniru itu tidak keluar dari kaidah, dhowabit, dan tsawabit dalam Islam, maka tidak jadi masalah. Dan teramat banyak sekali kasus ini dalam kehidupan kita. Facebook, ini contoh paling nyata dalam tasyabbuh itu. Tapi tak ada masalah dalam syariah kan? Atau contoh nyata dalam syariat kita, yaitu puasa sunnah 10 asyuro', ini adalah kebiasaan orang Yahudi, tapi ditetapkan dalam Islam.
Makanya, kembali ke valentine, aku tanya lagi pada temanku tadi. Kalau untuk suami istri bagaimana? Kan valentine itu katanya hari memperbaharui kasih sayang. Dalam islam, dituntut apa tidak memperbaharui cinta antar suami istri? Terus jika suami atau istri saling memberi hadiah, bukankah dalam islam sendiri saling memberi hadiah itu sangat dianjurkan, untuk saling memperkuat rasa cinta kan?
Jadi, valentine hanya momentum saja. Adapun ritual dalam valentine sendiri (kasih sayang, memberi hadiah) ada dasarnya dalam islam. Cuma sekarang yang perlu dilihat, penggunaannya untuk siapa, nah itu saja. Bukan penghukuman terhadap valentine-nya.
Pada akhirnya, terus terang, saat ini kita masih banyak terjebak dalam istilah dan selalu ribut dalam istilah. Hampir semua perdebatan yang kita alami saat ini, terbentur pada hal-hal bersifat istilah, tanpa kita melihat masalah lebih penting substansi yang ada di balik istilah itu sendiri. Dan tanpa dengan memahami lebih baik apa definisi dari istilah itu sendiri terlebih dahulu.Kita masih perlu belajar banyak untuk memahami kehidupan, dalam rangka mengembalikan kejayaan Islam. Jangan sampai kita justru yang menjadi penghancur Islam tanpa kita sadar. Seperti orang membunuh tikus tapi dengan membakar lumbungnya. wallahu a'lam :)
>>>*<<<


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/-ribut-valentine-lagi-deh-/10150136587426042