Pernahkah kamu
terpenjara sahabat, pernahkah? Sebuah penjara sunyi nan gelap, sebuah penjara
yang ada jauh di dalam perut bumi, sebuah penjara yang tak memiliki setitik
cahayapun yang bahkan rembulan tak akan pernah bersinar dan langit hitam tak
berbintang. Sebuah penjara hati,
orang-orang menamakannya...
Sunyi kelam hati ini,
begitulah ia. Sebuah penjara tanpa ruang untuk memasukinya, sebuah penjara yang
hanya dikelilingi oleh tembok ilusi dan rupa-rupa. Sebuah eksistensi yang
begitu menggugat, sebuah hati yang hitam. Tolong jangan pernah menyentuhnya.
Sahabat, aku berharap
kau tidak akan pernah mengalaminya. Tak akan pernah ia menyapamu, atau paling
tidak ia tidak akan menjadi sekelam ini. Sebuah bagian tanpa ruang tanpa waktu,
lebih pekat dari hitam terpekat, lebih menghisap daripada bintang mati yang
terhisap oleh gravitasinya sendiri. Amat menggugat, ia amat menggugat.
… dan tak ada ruang
dan waktu untuk menangis …
Ini bukan bagian yang
terbentuk oleh cinta yang terlunta dan terluka, sama sekali bukan. Dia bukan
tercipta dari ribuan hampa dan kejenuhan yang terakumulasi, sama sekali tidak.
Hanya setitik awal ia terbentuk, mengakar, menyebar, lalu kau tersadar dia
telah menjadi begitu kelam. Tak ada tempat untuk bernafas dalam hitam sepekat
itu, tak ada ruang untuk hidup.
… jantung yang terus
berdetak memompa nyawa, namun tanpa jiwa …
Coba engkau bayangkan
teman, walau ia tak akan pernah terbayangkan kecuali engkau rasakan. Bagaimana
sebuah hati yang hitam dan amat pekat, hati yang begitu liat, hati yang tak
memiliki ruang untuk disentuh. Bayangkanlah dia begitu menggurita menjalari
setiap pembuluh kehidupanmu, menancap keras di nadi-nadimu, dan seluruh ototmu
menjadi tak pernah kau mengerti.
Mungkin hanya Allah
yang mampu membuat hati itu kembali putih, menjadi seperti awal ia terlahir,
mungkin hanya Allah. Dan hanya Allah yang mampu membuat ia sepekat itu, hanya
Allah sahabat… bukan oleh yang lain, bukan cinta, bukan hampa, bukan kesunyian,
bukan kemarahan. Hanya
Allah
… sebuah bongkah hitam
yang ada dalam tiap tubuh, dan memakan jiwa …
Penjara itu masih
tetap sesunyi yang lalu, masih tetap menjadi hitam yang terpekat, menjadi tak
terbantahkan dan terbilang. Entah kapan ia akan mulai melunak dari liat,
menjadi sedikit pudar dari hitam, dan memiliki sedikit bunyi dari tak bersuara.
Hitam yang bukan hanya hitam, sunyi mendalam daripada hampa.