Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Selasa, 22 Maret 2011

Pertama kali aku kenal politik ~ Sebuah renungan juga


Catatan ini, masih kelanjutan dari pada kisah heroik yang pernah aku alami. Bedanya, catatan sebelumnya adalah perkemahan pertama yang aku ikuti, dan kali ini, adalah yang terakhir kali aku ikuti.
Sebelumnya, pendidikan Pramuka yang aku peroleh saat SMP beberapa belas tahun silam, ternyata efeknya membekas dalam karakterku sampai sekarang.
Ceritanya, usai sekolahku menang di perkemahan bersama, dan aku naik kelas 2 (VIII), serta aku terpilih dalam jajaran atas pengurus OSIS, 4 bulan kemudian sekolahku mengadakan classmeeting, pertandingan antar kelas yang meliputi olahraga, seni, dan pramuka. Kegiatan itu kami sebut PORSEKA.
Yang pasti, kepala sekolahku sangat berharap kelasku, 2B, meraih juara. Dan diam-diam beliau bilang pada kami bahwa ingin kami juara. Melihat potensi dan bakat terpendam kami.
Mendengar hal itu dan kata-kata Pak Kepsek, tanpa terasa kami semua merasa besar kepala dan yakin akan juara. Kami benar-benar lupa bahwa di atas kami ada kelas 3 yang barusan 4 bulan paling berperan membawa sekolahku juara perkemahan bersama.
Alhasil, gara-gara terpedaya duluan, kelasku kalah telak dalam PORSEKA I itu, bahkan kami secara memalukan diungguli oleh adik kelas. Aku sendiri yang mewakili kelasku dalam lomba pidato mengalami hal memalukan sebab pidatoku dinilai seperti reporter acara pertandingan sepak bola :-D sangat cepat, tergesa-gesa. Belum kayak pembaca berita yang setiap setengah menit melihat teks.
Tapi sepertinya pak kepsek tidak puas, seminggu setelah PORSEKA yang rencana awalnya akan diadakan dua tahun sekali itu, beliau datang ke kelasku, dan meminta pendapat kami, apakah setuju jika PORSEKA diadakan dua tahun sekali?
 Kala itu aku yang menjawab, "sebaiknya setiap tahun pak". Sebab saat pak kepsek mengutarakan rencana itu, aku berpikir, jika dua tahun sekali, maka kami pasti tak akan dapat kesempatan pada PORSEKA berikutnya, sebab kami telah lulus. Pertama kali naluri politikku berbicara :-D.
Pak kepsek pun setuju, dan PORSEKA diputuskan diadakan setiap tahun. Hatiku bersorak, kesempatan untuk balas dendam dan mengakhiri masa SMP dengan kenangan manis.
Waktu pun berjalan, sampai tes cawu terakhir (kala itu masih sistem cawu) dan menjelang kami naik kelas 3 (IX). Nah, saat itu, sekolahku mendapat kehormatan untuk mewakili Lamongan ke perkemahan penggalang Ma'arif (PERGAMA V) se-Jawa Timur yang diadakan di Sidoarjo.
Aku secara otomatis terpilih dalam skuad sekolahku. Dan saat persiapan serta pemilihan peserta itu, tanpa kusangka, pembina kami mempercayaiku untuk memilih anggota tim sekolah.
Pikiranku berputar, kesempatan emas, ini tak cuma perkemahan biasa, tetapi sudah kelas provinsi, dan 4 bulan lagi, saat kami kelas 3, PORSEKA II akan digelar. Aku pun berpikir nepotis, :-D, jahatnya. Dari 25 siswa yang akan dikirim mewakili sekolah, 10-nya adalah dari kelasku. Sementara kelas lain, hanya aku pilih ketua kelas dan wakilnya saja, hohoho.
Pikiranku sederhana, jika ingin juara PORSEKA besok, maka kami harus punya jam terbang tinggi. Meski sebenarnya tak satupun yang sadar dengan rencanaku ini (File yang aku bongkar setelah 10 tahun lebih tersimpan :-D).
Alhasil, meski kami mengalami insiden di Sidoarjo (terjadi kecurangan oleh tuan rumah yang menyebabkan demo), tetapi aku bersama 9 temanku mendapat bekal penting. PERGAMA di Jatim bukan target, tetapi PORSEKA-lah target utamaku.
Dan perhitunganku tak meleset. Saat PORSEKA II digelar, kelasku benar-benar superior, kami dipuncak klasemen tanpa terkejar oleh peringkat kedua, 3A, yang tentu saja semua kelas-kelas itu hanya ketua-ketuanya saja yang punya pengalaman di Jatim. Berbeda dengan kelasku yang ada 10 anggota terbaik tim sekolah.
Dan kami pun meraih gelar juara umum tanpa ada persaingan berarti dari kelas lain, bahkan oleh kelas 2, yang pada tahun sebelumnya mempecundangi kami.
@ @ @
Teringat satu hal juga, memang saat itu aku masih pada zaman jahiliyah, tak tahu hukum dan adab islam, jadi cara yang agak kotor pun aku gunakan.
Namun lebih dari pada semua itu, PORSEKA II itu meninggalkan kenangan termanis sepanjang hidupku. Sebab aku sukses meraih impian dengan membawa kelasku juara, seorang diri, tanpa bantuan siapapun. Bahkan tanpa campur tangan wali kelas kami sama sekali.
Sendirian aku menyiapkan dan memimpin kelasku menempuh persaingan yang mempertaruhkan image itu. Tentu saja pelaksana di lapangan adalah seluruh rekan-rekanku. Namun leader, dari keempat regu kelasku saat itu, aku sendirian.
Persiapan, lobi, taktik, strategi, semua kulakukan sendiri, dan saat itulah aku benar-benar menikmati menjadi pemimpin yang sukses :-D
Yang pasti, ternyata ada pembelajaran kehidupan banyak yang bisa aku tangkap setelah itu. Jauh setelah aku lulus.
@ @ @
beberapa pelajaran moral yang bisa dipetik dari catatan harianku di atas :
@ kata al-Imam muhammad bin idris assyafi'i : (aroftus syarro laa lis syarri wa lakin li tawaqqihi), aku sengaja ingin mengetahui keburukan bukan untuk berbuat buruk, tetapi untuk menghindarinya.
@ jika tak punya ketaqwaan yang cukup, moral yang tinggi, jangan coba-coba masuk politik, pasti terjebak bahkan terlibat dalam permainan kotor.
@ adil itu mudah diucapkan, tetapi sangat sulit sekali dilaksanakan. Seseorang jika berusaha menerapkan keadilan, dan tak kuat iman, maka alamat mundur lebih dahulu. Atau jika tidak, nyawa adalah taruhan. Sebab orang adil pasti tidak disukai banyak orang, terutama yang culas dengan kepentingan pribadi.
@ dalam politik, yang ada hanya kepentingan pribadi dan golongan. Saat persiapan PORSEKA, memanfaatkan posisi sebagai ketua MPK, aku melobi penjaga gudang sekolahku dan diam-diam meminjam seluruh perlengkapan sekolah buat kelasku, hal yang seharusnya tak boleh dilakukan.
@ benar kata Iwan Fals, politik itu kejam.
@ orang yang memiliki ketaqwaan kuat, wazi' diini (faktor agama dan moral) yang dalam, bisa dipastikan tak akan masuk politik. Kurang apa Abdul Malik bin Marwan, sebelumnya adalah muhaddits (pakar Hadits), faqih (ahli hukum), tapi saat jadi kholifah, dengan pongah, menutup alqur'an seraya berkata, "hadza akhiru ahdi baini wa bainak", ini adalah akhir perjanjianku denganmu. Dan setelah itu terkenal dengan politiknya yang mengerikan. Banyak sahabat Nabi terbunuh di eranya.
@ pesan Guru Besar kami, Abuya, kepada setiap santri yang lulus dan mau pulang adalah, jika ingin hidupmu bebas, maka jangan terlibat politik praktis.
@ dalam politik, apapun posisi kita, jika hanya bawahan, maka usaha kita, semuanya, bahkan nama baik, larinya adalah ke atasan kita, kita tak lebih hanya alat.
@ itu jika bicara hal negatif. Soal hal positif sekarang, lepas dari semua itu, seorang leader, harus mempunyai target jangka panjang untuk kesuksesan proyeknya.
 @ seorang leader, harus mampu memanfaatkan peluang dan celah serta harus memiliki kemampuan strategi yang baik.
@ seorang leader, harus selalu mengimajinasikan berbagai macam kemungkinan untuk menghindarkan timnya dari kerugian, dan sebisa mungkin menjauhkan tim dari kekalahan.
@ seorang leader, harus mampu mengayomi bawahan, komunikatif dengan siapapun, care, dan mencurahkan semua pikiran dan tenaga hanya untuk kemaslahatan umum.
@ seorang leader, harus mampu membaca keadaan dan mampu melihat jauh ke depan.
@ apapun kepandaian dia, seorang leader tetap harus bisa bekerjasama yang baik dengan timnya, tidak egois.
@ seorang leader, harus dengan sabar menampung semua aspirasi bawahan, menyaringnya, dan tahu mana yang harus diterapkan dan mana yang tidak. Leader yang baik adalah yang mengikuti arus untuk mengarahkannya, bukan yang terbawa arus
@ tim yang sukses, adalah tim yang mempunyai leader, pemimpin, bukan boss, penguasa. Sebab tim yang memiliki leader, selalu berjuang dengan sepenuh hati, cinta dan dari lubuk hati terdalam, tanpa pamrih, dan tak ada keterpaksaan.
@ leader yang baik, banyak kerja tak banyak bicara, tak sekedar kata-kata dan rencana di atas kertas, tapi bukti di lapangan. Pegang kaidah ini, jangan percaya dengan pemimpin yang hanya banyak mengumbar janji, NATO, no action, talk only.
Emmm...apa lagi ya? Masih banyak jika dirunut satu-satu. Namun sekali lagi, yang terpenting dari semua itu adalah rasa taqwa pada Allah Ta'ala dan moral yang baik. Dua hal inilah yang sebenarnya mengkontrol kebahagiaan hidup kita. Wallahu a'lam.


http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/-pertama-kali-aku-kenal-politik-sebuah-renungan-juga/10150159093071042