Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Jumat, 11 Februari 2011

Ummi…


berbisiklah di telinganya bahwa kamu sayang dia...

oleh Safir Alkatiri

Sudah berapa lama kita hidup? Mungkin sudah terlampau banyak derita yang telah kita torehkan. Kisah sedih, pembangkangan dan mungkin kenakalan yang membekas di hatinya. Kamu pun hanya diam, tak bisa berbuat apa-apa. Walau hanya sekedar mengembalikan hatinya yang telah kau renggut.
Ibu, yah sosok itulah yang selalu membuat kita berlinang air mata. Tulus tanpa pamrih, melayani dengan hati dan kasih sayang. Dari kecil hingga dewasa, tak pernah lelah putus asa. Dengan tangannya yang lembut, menyapa kita dengan senyum tanpa kabut. Cerah membingkai di hati, dekap tiada berhenti. Ibu yang selalu ada di saat kita butuh, membelai kegelisahan dan menggantinya dengan harapan dan pencerahan.
Dia yang mengenalkan kita tentang makna bertahan dan sabar. Ketika diri ini dihantam badai dunia yang sering kali kejam. Dia yang mengajarkan untuk tetap optimis, di saat peluang satu persatu hilang dan tinggal meringis. Ia juga sosok yang selama ini memberi nilai-nilai kehidupan. Nilai tentang perjuangan, militansi, dedikasi dan loyalitas pada dien yang telah kita peluk. Dia yang mengajarkan kita tentang Allah, dan segala yang bermuara pada-Nya.
 Mungkin ia pernah membentak, tapi ia tak pernah membenci kita. Mungkin ia pernah melotot, tapi ia tidak pernah menyesal memiliki kita. Ia ada untuk melayani kita, anak-anaknya.
 Tetapi ketika kegagalan menerpa kita, telunjuk ini dengan mudah menuduhnya. Menyesali kehadirannya, dan malu memiliki dia. Hanya karena dia tidak seperti yang kita harapkan. Tidak se-trendi yang kita miliki. Dan tidak semodern yang kita lakukan. Bentakan kita lebih keras, mata pun nyaris mau keluar saat berbicara dengan dia. Sedih, perih, seolah-olah dia telah menghancurkan hidup kita. Padahal ia hanya bermaksud baik, tapi mungkin salah dalam melangkah. Kita sudah sering membuatnya menangis. Dan kini telunjuk itu bertanya, sudah berapa kalikah kita membuat dia bahagia?
Maka berbisiklah di telinganya bahwa kamu sayang dia kalau dia di sampingmu. Kalau dia nun jauh di sana, ambil teleponmu dan dengarkanlah suaranya yang merdu itu. Suara yang pernah membantumu tidur di masa kecil dulu. Kalau dia masih terjangkau, datangilah dia dan peluk serta cium pipinya. Tetapi kalau dia sudah pergi, dan tak kembali, maka doakanlah hidupnya di sana. Semoga Allah memberi pahala yang tiada terhingga, untuk bunda yang kita harapkan di surga.


http://www.facebook.com/notes/melati/ummi/178769585494758