Ini adalah sebuah kisah tentang salah
satu dari sifat sifat suci Sang Rasul Akhir Jaman, Muhammad SAW, yang ditulis
Jalaluddin Rumi dalam buku Al-Matsnawi.
Pada suatu hari di mesjid, Rasul
kedatangan serombongan kafir yang meminta untuk bertamu. Mereka berkata,
“Kami ini datang dari jarak yang
jauh, kami ingin bertamu kepada Engkau, Ya Rasulullah.”
Lalu Rasul mengantarkan para tamu
tersebut kepada para sahabatnya. Salah seorang kafir yang bertubuh besar
seperti raksasa tertinggal di mesjid, karena tidak ada seorang sahabat pun yang
mau menerimanya.
Dalam syair itu disebutkan, ia
tertinggal di mesjid seperti tertinggalnya ampas di dalam gelas. Mungkin para
sahabat takut menjamu dia, karena membayangkan harus menyediakan wadah yang
sangat besar.
Lalu Rasul membawa dan
menempatkannya di sebuah rumah. Dia diberi jamuan susu dengan mendatangkan tiga
ekor kambing dan seluruh susu itu habis diminumnya. Dia juga menghabiskan
makanan untuk delapan belas orang, sampai orang yang ditugaskan melayani dia
jengkel. Akhirnya petugas itu menguncinya di dalam.
Tengah malam, orang kafir itu
menderita sakit perut. Dia hendak membuka pintu tapi pintu itu terkunci. Ketika
rasa sakit tidak tertahankan lagi, akhirnya orang itu mengeluarkan kotoran di
rumah itu.
Setelah itu, ia merasa malu dan
terhina. Seluruh perasaan bergolak dalam pikirannya. Dia menunggu sampai
menjelang subuh dan berharap ada orang yang akan membukakan pintu.
Pada saat subuh dia mendengar pintu
itu terbuka, segera saja dia lari keluar. Yang membuka pintu itu adalah
Rasulullah saw. Rasul tahu apa yang terjadi kepada orang kafir itu. Ketika
Rasul membuka pintu itu, Rasul sengaja bersembunyi agar orang kafir itu tidak
merasa malu untuk meninggalkan tempat tersebut.
Ketika orang kafir itu sudah pergi
jauh, dia teringat bahwa azimatnya tertinggal di rumah itu. Jalaluddin Rumi
berkata, “Kerakusan mengalahkan rasa malunya. Keinginan untuk memperoleh barang
yang berharga menghilangkan rasa malunya.” Akhirnya dia kembali ke rumah itu.
Sementara itu, seorang sahabat
membawa tikar yang dikotori oleh orang kafir itu kepada Rasul,
“Ya Rasulullah, lihat apa yang
dilakukan oleh orang kafir itu!”
Kemudian Rasul berkata, “Ambilkan
wadah, biar aku bersihkan.”
Para sahabat meloncat dan berkata,
“Ya Rasulullah, engkau adalah Sayyidul AnĂ¢m. Tanpa engkau tidak akan diciptakan
seluruh alam semesta ini. Biarlah kami yang membersihkan kotoran ini. Tidak
layak tangan yang mulia seperti tanganmu membersihkan kotoran ini.”
“Tidak,” kata Rasul, “ini adalah
kehormatan bagiku.”
Para sahabat berkata, “Wahai Nabi
yang namanya dijadikan sumpah kehormatan oleh Allah, kami ini diciptakan untuk
berkhidmat kepadamu. Kalau engkau melakukan ini, maka apalah artinya kami ini.”
Begitu orang kafir itu datang ke
tempat itu, dia melihat tangan Rasulullah saw yang mulia sedang membersihkan
kotoran yang ditinggalkannya. Orang kafir tidak sanggup menahan emosinya. Ia
memukul-mukul kepalanya sambil berkata, “Hai kepala yang tidak memiliki
pengetahuan.” Selanjutnya, dia memukul-mukul dadanya sambil berkata, “Hai hati
yang tidak pernah memperoleh berkas cahaya.”
(tulisan diambil dari berbagai
sumber)
Catatan :
- Betapa mulianya Rasululloh, alam semesta ini diciptakan hanya karena beliau, namun beliau tidak pernah sedikit pun bersikap arogan, sombong dan takabur. Beliau senantiasa rendah hati, tawadlu dan sangat menghormati tamu, meski tamu itu adalah seorang kafir yang tidak tahu diri.
- Ya Allah curahkanlah sholawat dan salam atas Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya, yang dengan berkah sholawat tersebut Engkau berkenan lembutkan hati kami dan perindah akhlak kami sebagaimana Engkau telah perindah rupa kami. Amiiin.