Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Rabu, 01 Desember 2010

Malam Pertama dengan Bidadari Surgaku


Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Assalamu'alaikum wr.wb..

Orang-orang menyebutnya " Si Buruk Rupa", Wajahnya tidak cantik, kulitnya hitam, gendut, dan kakinya cacat. Tetapi sungguh aku menyebutnya "Bidadari Surgaku".

---------------------------------------------------------------------------------

HARI INI..! Hari pernikahanku datang juga. Hari yang paling bersejarah dalam hidup. Seharusnya saat ini aku menjadi makhluk yang paling berbahagia. Tapi yang aku rasakan justru rasa haru biru.

Betapa tidak. Di hari bersejarah ini tak ada satupun sanak saudara yang menemaniku ke tempat mempelai wanita. Apalagi ibu. Beliau yang paling keras menentang perkawinanku.

Masih kuingat betul perkataan ibu tempo hari, "Jadi juga kau nikah sama 'buntelan karung hitam' itu ....?!?" Duh......, hatiku sempat kebat-kebit mendengar ucapan itu. Masa calon istriku disebut 'buntelan karung hitam'. Siapapun psti akan marah jika istrinya dihina seperti itu, bahkan oleh ibu sendiri. Tapi masih bisa aku sabarkan. Biar bagaimanapun, Ibuku tetap ibuku.



"Kamu sudah kena pelet barangkali Anwar. Masa suka sih sama gadis hitam, gendut dengan wajah yang sama sekali tak menarik dan cacat kakinya. Lebih tua beberapa tahun lagi dibanding kamu !!" sambung ibu lagi.

"Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu menghina sekasar itu. Dia kan ciptaan Allah. Bagaimana jika pencipta-Nya marah sama ibu...?" Kali ini aku terpaksa menimpali ucapan ibu dengan sedikit emosi. Rupanya ibu amat tersinggung mendengar ucapanku. Danburu-buru ku minta maaf sama ibu.

"Oh.... rupanya kau lebih memillih perempuan itu ketimbang keluargamu. baiklah Anwar. Silahkan kau menikah tapi jangan harap kau akan dapatkan seorang dari kami ada di tempatmu saat itu. Dan jangan kau bawa perempuan itu ke rumah ini !!"

DEGG !!!!


*******************

"Anwar.... jangan bengong terus. Sebentar lagi penghulu tiba," teguran Ismail membuyarkan lamunanku. Segera kuucapkan istighfar dalam hati.

"Alhamdulillah penghulu sudah tiba. Bersiaplah ...akhi," sekali lagi Ismail memberi semangat padaku.

'Aku terima nikahnya.., Shalihah binti Mahmud almarhum dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai !"

Alhamdulillah lancar juga aku mengucapkan aqad nikah.

"Ya Allah hari ini telah Engkau izinkan aku untuk meraih setengah dienku. Mudahkanlah aku untuk meraih sebagian yang lain."

****

Dikamar yang amat sederhana. Di atas dipan kayu ini aku tertegun lama. Memandangi istriku yang tengah tertunduk larut dalam dan diam. Setelah sekian lama kami saling diam, akhirnya dengan membaca basmalah dalam hati kuberanikan diri untuk menyapanya.

"Assalamu'alaikum .... permintaan hafalan Qur'annya mau di cek kapan De'...?" tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sejak tadi disembunyikan dalam tunduknya. Sebelum menikah, istriku memang pernah meminta syarat bahwa malam pertama hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan Al-Qur'an-ku tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui.



"Nanti saja dalam qiyamullail," jawab istriku, masih dalam tunduknya. Wajahnya yang berbalut kerudung putih, ia sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat dagunya, ia seperti ingin menolak. Namun ketika aku beri isyarat bahwa aku suaminya dan berhak untuk melakukan itu , ia menyerah.

Kini aku tertegun lama. Benar kata ibu ..bahwa wajah istriku 'tidak menarik'. Sekelebat pikiran itu muncul ....dan segera aku mengusirnya. Matanya berkaca-kaca menatap lekat pada bola mataku. Astaghfirullah..aku harus membuang perasaan jijik ini. Dia istriku.

"Mas, sudah saya katakan sejak awal ta'aruf, bahwa fisik saya seperti ini. Jauh dari sempurna, bahkan cacat. Kalau Mas kecewa, saya siap dan ikhlas. Namun bila Mas tidak menyesal beristrikan saya, mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan yang banyak untukmu Mas. Seperti keberkahan yang Allah limpahkan kepada Ayahnya Imam malik yang ikhlas menerima sesuatu yang tidak ia sukai pada istrinya. Saya ingin mengingatkan Mas akan firman Allah yang dibacakan ibunya Imam Malik pada suaminya pada malam pertama pernikahan mereka," ... Dan bergaullah dengan mereka (istrimu) dengat patut (ahsan). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya kebaikan yang banyak."
(QS An-Nisa:19)

Mendengar tutur istriku, kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata itu lekat-lekat. Aku teringat kisah suami yang rela menikahi seorang wanita yang memiliki cacat itu. Dari rahim wanita itulah lahir Imam Malik, ulama besar ummat Islam yang namanya abadi dalam sejarah.

"Ya Rabbi aku menikahinya karena Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan kasih sayang milikMu pada hatiku untuknya. Agar aku dapat mencintai dan menyayanginya dengan segenap hati yang ikhlas."

Pelan kudekati istriku. Lalu dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam dekapku. Sementara, istriku menangis tergugu dalam wajah yang masih menyisakan segumpal ragu.

"Jangan memaksakan diri untuk ikhlas menerima saya, Mas. Sungguh... saya siap menerima keputusan apapun yang terburuk," ucapnya lagi.

"Tidak...De'. Sungguh sejak awal niat Mas menikahimu karena Allah. Sudah teramat bulat niat itu. Hingga Mas tidak menghiraukan ketika seluruh keluarga memboikot untuk tak datang tadi pagi di hari pernikahan kita," paparku sambil menggenggam erat tangannya.

****

Malam telah naik ke puncaknya pelan-pelan. Dalam lengangnya bait-bait do'a kubentangkan pada Nya.



"Robbi, tak dapat kupungkiri bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan cinta buat laki-laki. Namun telah kutepis memilih istri berdasar rupa yang cantik karena aku ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi saksikanlah malam ini akan kubuktikan bahwa cinta sejatiku hanya akan kupasrahkan pada-Mu. Karena itu, pertemukanlah aku dengan-Mu dalam Jannah-Mu !"

Aku beringsut menuju pembaringan yang amat sederhana itu. Lalu kutatap raut wajah istriku dengan segenap hati yang ikhlas. Ah, .. sekarang aku benar-benar mencintainya. Kenapa tidak? Bukankah ia wanita sholihah sejati. Istriku memang tidak cantik, kakinya cacat, kulitnya gelap bahkan cenderung hitam. Tetapi ia senantiasa menegakkan malam-malamnya dengan munajat panjang pada-Nya. Ia habiskan malam2nya dgn tahajud panjang dan derai airmata bersama Tuhannya. Ia pun senantiasa menjaga hafalan KitabNya yg saat ini sudah hampir hafal lengkap 30 juz. Dan senantiasa melaksanakan shaum sunnah Rasul Nya.

Haruskah mutiara duniaku ini aku tinggalkan hanya untuk menikahi wanita pilihan ibuku? Yang nota bene cantik, putih bersinar, tapi merelakan tubuhnya setengah telanjang berlenggak-lenggok diatas catwalk..? Naudzubillah, itu sangat bertentangan dengan hati nuraniku.

Yaa Allah, Engkau Maha Tahu. Aku hanya ingin menikahi wanita yang bisa menjaga dirinya, yang dekat kepadaMU sehingga akupun akan mencintainya seperti dia mencintaiMU.

Ibu..maafkan anakmu ini yg mungkin engkau bilang anak durhaka tidak mengikuti anjuranmu. Tapi aku iklaskan langkah ini menikahi istriku yg tidak cantik, hitam, dan cacat ini hanya untuk menggapai ridhoNya. Maafkan saya Ibu, maafkan anakmu ini..
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

"...dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya pada Allah ..."
(QS. al-Baqarah:165)

******----******