Mengenai Saya

Foto saya
Malang, East Java, Indonesia
Uhibbuka Fillah...

Laman

Kamis, 18 November 2010

Antara Kita dan Pengamen


Mengamen menjadi rutinitas laki-laki remaja ini setiap harinya. Ia lakukan itu demi kedua adiknya, satu perempuan dan satu laki-laki yang masih menginjak bangku sekolah, selain juga sebagai penyangga hidup mereka bertiga. Ia sendiri rela melepas bangku sekolahnya agar leluasa mencari nafkah demi kebutuhan hidup yang teramat berat harus ditanggungnya untuk anak seusia dirinya.
Tak ayal cacian dan makian menjadi sarapan paginya. Tatapan mata benci dan sinis menjadi bekalnya. Dan tak jarang pula bentakan dan hinaan menjadi teman di kala sepinya. Tak ada pelindung, tak ada pengayom dan tak ada kasih sayang dalam kerasnya hidup yang ia jalani. Hanya senyum dan tawa adik-adiknyalah yang menjadi penyemangat hidupnya yang pilu saat ini.
Saat ditanya oleh seorang penanya dalam suatu kesempatan acara ia hanya berujar bahwa yang ia lakukan ini semata untuk bertahan hidup mereka bertiga. Kedua orang tua yang seharusnya menjadi pelindung hidup mereka telah terenggut nyawanya dalam suatu kecelakaan maut. Semuanya berubah seketika setelah musibah itu menimpa keluarga mereka.
Sang penanya yang menanyakan hal ini tak kuat menahan butiran bening yang meleleh dari kedua bola matanya. Haru tatkala mendengar ketegaran remaja yang harus tunduk dalam ganasnya ibukota Jakarta. Tak sepantasnya anak seusianya harus berjuang hidup menanggung nafkah diri dan adik-adiknya. Ia bukan pengemis. Ia bukan pencopet, ia juga bukan gelandangan yang hidup tanpa arah dan cita-cita. Tapi ia adalah ayah untuk adik-adiknya dan ibu untuk masa depannya. Ia membimbing adik-adiknya dengan kesabaran dan ia menyulam masa depannya dengan air mata ketegaran.
Tapi sungguh Allah Maha Agung, ia yang seharusnya masih dicibir dan dicemooh, Allah selamatkan diri dan adik-adiknya melalui sang penanya dalam kesempatan acara tersebut. Karena tak kuasa menahan haru sang penanya berencana memberikan beasiswa dan pekerjaan yang layak untuknya dan adik-adiknya. Selamatlah hidup mereka, lantaran doa sang kakak yang tak henti-hentinya dipanjatkan demi mengharap pertolongan Allah dalam kehidupannya.
Kini hidup mereka sedikit lebih baik karena telah ada yang menfkahi dan mengayomi mereka. Tapi di luar sana masih banyak anak-anak yang terlantar dan terseret dalam susahnya hidup seperti yang ia rasakan. Masih banyak pengamen jalanan yang dicemooh dan dicaci hanya karena ia menyanyi demi sebuah harapan untuk bertahan hidup, dan mungkin salah satunya adalah kita yang mencemooh dan mencaci mereka. Akankah kita seperti sang penanya itu yang mau berempati dan bersimpati terhadap para pengamen jalanan seperti mereka?


Kini Allah telah memanggil sang penanya itu, ia menghadap Sang Penciptanya dalam suatu tragedi maut yang merenggut nyawanya. Ia adalah Taufiq Savalas, artis yang memberi teladan untuk kita semua. Semoga Allah berkenan menerima semua amal baiknya dan semoga pula Allah tumbuhkan Taufiq Savalas – Taufiq Safalas yang lain yang mau peduli terhadap anak-anak pengamen jalanan di sekitarnya. Amiiin...

http://www.facebook.com/notes/setetes-peluh-perjuangan/antara-kita-dan-pengamen/175789475770789